Unordered List

6/recent/ticker-posts

Merawat Kehidupan


Ketika memasuki bulan Mei, ingatan publik, khususnya umat Katolik seluruh dunia terarah pada bulan Maria. Di sisi lain, pada tanggal 1 Mei, di mata kaum buruh, juga diperingati sebagai hari buruh Internasional. Peringatan hari buruh yang jatuh pada tanggal 1 Mei merupakan reaksi atas revolusi yang terjadi di Inggris dan menyebar ke Amerika Serikat dan Kanada. Dua peristiwa penting ini, oleh penulis disejajarkan, dengan menarik sebuah benang merah, yakni “Merawat Kehidupan.”

Sebagai seorang Katolik, tentunya tahu tentang siapa itu Bunda Maria dan peranannya dalam sejarah keselamatan. Bunda Maria memainkan peranan penting karena “berani menerima tawaran dari Allah” untuk menjadi ibu Sang Penyelamat. Keberanian seorang Maria untuk menjawab “ya” atas salam yang dibawa oleh Malaikat Gabriel dan Bunda Maria harus mempertanggung jawabkan atas keputusan yang sangat radikal itu. Bunda Maria menjadi ibu kehidupan karena ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa, pada saat yang sama, manusia mengalami “kematian” dan relasi dengan Allah terputus. Tetapi atas inisiatif Allah sendiri maka relasi yang renggang itu bisa dipulihkan kembali melalui Mesias, yang lahir dari rahim Maria.


Mengapa Bunda Maria dikaitkan sebagai ibu kehidupan? Di negara-negara Eropa yang memiliki empat musim, pada bulan Mei mereka mengalami musim kembang atau musim semi. Tunas-tunas baru mulai muncul dan menandai adanya kehidupan baru yang terlihat pada tunas-tunas pohon yang sedang menunjukkan tanda-tanda kehidupan di musim semi itu. Pengalaman perjumpaan dengan peristiwa alam di musim semi itu, menggiring kesadaran iman untuk menempatkan Maria sebagai ibu kehidupan, dengan dasar biblis yang sangat kuat pada kitab Kejadian 3: 20 di mana Bunda Maria dijuluki sebagai Hawa Baru. Hawa sendiri artinya ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living.”  Bunda Maria berperan penting dalam karya keselamatan dan karena itu sejak akhir abad ke 13, Gereja Katolik memberikan perhatian khusus untuk devosi pada Bunda Maria. Praktek devosi ini menjadi popular di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an.

Peristiwa lain juga mau memperlihatkan campur Bunda Maria dalam peristiwa yang mencekam.  Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen. Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan Ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.

Dalam konteks iman Katolik, bisa dilihat bahwa Bunda Maria “menempuh jalur sunyi” untuk menerima tawaran Allah dengan tidak memikirkan resiko yang akan terjadi atas dirinya. Sebuah reaksi iman produktif seorang Maria karena ia hanya memikirkan keselamatan manusia secara universal tanpa mempertimbangkan resiko-resiko manusiawi. Sepertinya Maria yang selalu reaktif menjemput tawaran Allah yang menyelamatkan, demikian juga kaum buruh yang memberikan reaksi atas revolusi industri yang terkadang mengorbankan hak-hak dasar manusia. Setiap tahun ketika memperingati hari buruh pada tanggal 1 Mei, mereka berdemonstrasi untuk menyuarakan hak-hak mereka, sebenarnya kaum buruh juga mengingatkan betapa pentingnya keberadaan kaum buruh. Bisa dibayangkan, seperti apa keberadaan sebuah perusahaan tanpa kaum buruh?  

Keberadaan kaum buruh masih menjadi ancaman karena mereka hanya dijadikan sebagai pekerja dan pada waktu tertentu bisa dinonaktifkan. Di sini, pada peristiwa PHK, mengingatkan kita akan kelanjutan hidup karena dengan PHK berarti memutuskan mata rantai relasi kaum buruh dan majikan , sementara hidup ini terus berlanjut. Pada momentum dua peristiwa penting ini (Bulan Maria dan Hari Buruh), spirit Bunda Maria sebagai ibu kehidupan harus diteladani untuk menjawabi tantangan hidup. Bunda Maria selalu pasrah pada kehendak Allah, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Dalam kepasrahan itu, “iman” mengalahkan segala-galanya. Karena beriman pada Allah, Bunda Maria mengambil sebuah keputusan tegas dan oleh keputusan itu, dunia diselamatkan. Selamat memasuki bulan Maria dan hari buruh.*** (Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar