Unordered List

6/recent/ticker-posts

Berjuang Melawan Maut

 

Terik teramat menyengat di Pukul 12. 00 Wita. Hari itu Sabtu, 22 Mei 2021.  Akhir pekan di minggu ke tiga  itu,  kami isi dengan Safari kemanusian. Begitu kami menyebut perjalanan kami. Perjalanan  diawali dari Larantuka dengan menyebrang selat pendek  Larantuka – Tobilota menuju Desa Danibao, Kecamatan Adonara Barat.

Berbekal informasi seadanya yang kami baca dari status facebook Januar Bala Lamablawa. Beliau adalah mantan anggota DPRD Flores Timur periode sebelumnya, dan kini bergabung dalam relawan kemanusiaan Pancasila Sakti, sejak Badai Seroja melumpuhkan wilayah NTT, 4 April lalu.

Dalam Akun FB-nya, Januar mengisahkan seorang Aloysius Foni. Lelaki empat anak  yang menjadi korban satu-satu-satunya di Desa Danibao yang kehilangan rumah dan bengkel motor tempat usahanya karena  disapu banjir bandang di tengah malam tanggal 4 April lalu. Tidak ada yang berhasil dia selamatkan kala itu, selain isteri bersama empat orang anak biologisnya dan seorang anak angkatnya.

Om Alo memang terjaga dari tidurnya sejak hujan lebat mengguyur. Dia juga sempat  keluar rumah  dan mengecek aliran air di kali yang jaraknya terpaut sekira 15 meter dari rumahnya. Namun siapa sangka, debit air yang tinggi pada bagian lain dari kali, meluap dan membuat jalur baru yang menyasar rumah dan bengkelnya.

Alo kaget dan dengan cepat membawa keluarganya megungsi ke rumah keluarga lain yang ada di sisi jalan raya. Persis berhadapan dengan rumah miliknya. Sayang, ketika luapan air semakin melebar, dia  merasa bahwa rumah tumpangan itu pun tak lagi nyaman untuk ditempati.

Seisi rumah memutuskan keluar dan mencari tempat yang nyaman. Untuk kedua kalinya, mereka nekad menerobos semak yang ada di belakang rumah keluarga isterinya untuk bisa naik ke atas dataran yang lebih tinggi. Diantara rimbunan pohon dan semak itu, mereka semua bertahan ditengah guyuran hujan hingga subuh. Setelah hujan meredah dan air di kali sudah  perlahan surut, mereka baru kembali ke rumah keluarga isterinya.

Peralatan Bengkel & Semen

Dalam status FB Januar Bala Lamablawa, disebutkan bahwa saat ini Om Alo Foni sedang membangun rumahnya dan ia kekurangan semen. Selain itu, dia juga membutuhkan paket peralatan bengkel agar ia boleh kembali membuka usahanya yang selama ini ia geluti untuk menghidupi keluarganya.  Informasi ini memantik rasa kemanusian kami di Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS), karena kebetulan kami memiliki apa yang sedang dibutuhkan Om Alo. 

Kembali ke perjalanan Safari Kemanusiaan kami, setelah kurang lebih satu  jam perjalanan, kami  akhirnya tiba di Desa Danibao. Dalam bayangan kami, semua dusun dalam Desa ini terpusat pada satu area yang sama. Namun ketika hendak memasuki desa Danibao dan menanyakan keberadaan om  Alo Foni pada sejumlah orang yang kami temui, disampaikan bahwa rumah tumpangan Om Alo dan keluarganya sudah kami lewati. Jauh di dusun Riangduli. Begitulah kondisi Desa Danibao. Jarak setiap dusun berjauhan.

“Om Alo tinggal di Dusun Riangduli. Jadi om mereka kembali lagi ke bawah. Rumah itu persis di ruas jalan besar ini, “ jelas seorang anak muda Desa Danibao yang  saat itu bersama rekannya sedang bakti membersihkan ruas jalan dari timbunan bebatuan menuju desa mereka.

Kamipun kembali ke arah jalan pulang. Disitu kami baru sadar kalu kami sudah cukup jauh sekitar 2 kilometer melewati rumah tumpangan Om Alo. Sampai di rumah Om Alo, ia lagi santap siang bersama keluarga. Kami memberinya salam dan dia membalas dengan mengajak kami makan siang bersama, meski ajakannya itu kami tolak karena waktu kami sedikit mepet. Kami dipersilahkan duduk di bawah pohon sambil menunggu santap siang mereka berakhir.

Setelah santap siang, dia keluar bersama isteri dan anak-anaknya memberi salam kepada kami. Mulailah kami berceritera seputar kisah tentang banjir bandang yang menghanyutkan rumah dan bengkel tempat usahnya, pun tentang perjalanan hidupnya hingga menetap di Adonara. Sebuah pulau yang oleh Ernst Vatter disebut sebagai pulau pembunuh  dalam bukunya berjudul Ata Kiwan. Selain itu, kami juga menanyakan kebutuhan Om Alo. Sambil menunjuk sebuah rumah pada  sayap kiri rumah keluarga istrinya, dia mengatakan kalau dirinya saat ini sedang membangun rumah.  Ia masih kekuraangan semen sekitar 20 sak. Setelah rumah selesai dibangun, ia berencana membangun kembali bengkel di depan rumahnya tepat di sisi ruas jalan yang menghubungkan Waiwadan, Ibukota Kecamatan Adonara Barat dengan Desa Danibao.

Atas nama Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS), kamipun memberikan bantuan paket peralatan bengkel dan semen 20 sak untuk melanjutkan pengerjaan rumahnya.  Bantuan ini tentu masih jauh dari cukup, namun kami yakin bisa mengembalikan harapan Om Alo untuk memiliki rumah hunian yang nyaman dan bengkel usaha yang selama ini ia tekuni agar dapurnya tetap berasap.

Jejak Hidup Sang Penantang Maut

Kisah tentang Alo Foni yang  memilih menetap di Desa Danibao, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, bermula dari kedatangnya di wilayah itu  tahun 1998. Saat itu, Alo datang bersama sejumlah rekan kerjanya untuk melakukan pengerjaan proyek pengaspalan jalan dari Waiwadan ke Danibao. 

Ketika proyek selesai, pria asal Oeolo, TTU ini tidak pulang bersama sejumlah rekan kerjanya. Ia  memilih untuk tetap di Danibao. Ini dilakukan karena jatuh cinta dengan gadis setempat  bernama Elisabet Tada dari Liwo.  Cinta keduanya berlanjut hingga ke pelaminan. Perkawinan keduanya membuahkan empat orang anak. Selain keempat anak kandung, Alo juga memiliki seorang anak angkat. Kehadiran anak angkat ditengah-tengah keluarga inti  menambah jumlah mereka menjadi tujuh  orang  dalam rumah.

Keseharian hidupnya kala itu, ia bekerja sebagai pendorong gerobak di pelabuhan Waiwadan. Namun ketika pelabuhan Tanah Merah mulai beroperasi dan semakin ramai, banyak  penumpang memilih menyebrang melalui pelabuhan Tanah Merah. Paraktis kondisi ini membuat pendapatan Alo menurun drastis. 

Tahun 2012 Alo memilih menjadi pekerja migran ke ne


geri Jiran Malaysia. Selama 3 tahun bekerja, Alo kembali ke Danibao dan merintis usaha bengkel motor. Usaha itu berjalan baik hingga hari naas itu datang. Banjir bandang yang menerjang wilayah itu menyapu pula rumah kediaman dan bengkel motornya hingga tak berjejak. Kini harapan Alo akan mengembalikan usahnya dan memiliki rumah tinggal perlahan terwujud. Berkat bantuan dari berbagai pihak, rumah ukuran 41,25 m
²  sebentar lagi selelasi di bangun dan akan dilanjutkan dengan pembangunan bengkel sebagai tempat usahnya. *** (Mans Balawala)

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar