Sumber Inspirasi: Yoh.16:29-33
Ketika hujan turun ke bumi,
ia menyatu untuk membasahi bumi dan menyuburkan segala tumbuhan yang
selama ini berada pada terik musim panas. Kehadiran hujan ke bumi sepertinya
memberikan kehidupan pada
tetumbuhan. Hujan itu selalu turun ke
bumi dan sebelum naik ke langit lagi melalui proses penguapan, ia (hujan) tetap
dikenang oleh tumbuhan dan makhluk hidup lain dan jasanya memberikan rasa
dahaga. Kehadiranya memberi makna dan daya hidup bagi makhluk ciptaan Allah
yang ada di dunia ini. Kehadirannya mengusir kegersangan bumi dan memberikan
tawaran kehidupan dengan menumbuhkan tunas-tunas baru.
Sebuah analogi sederhana di atas ini menggiring kesadaran
kita untuk memahami keberadaan Yesus di dunia ini. Kedatangan-Nya diramalkan
oleh para nabi dan kehadiran-Nya penuh dengan tantangan dan resiko. Ketika Ia
berkeliling mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini, banyak di antara para
agamawan yang menentang dan bahkan kehadiran-Nya mengusik kemapanan hidup kaum
agamawan yang selama ini begitu fasih untuk menarasikan tentang hukum Taurat,
karena itu menjadi alasan kuat bagi mereka untuk menyingkirkan-Nya dari
panggung dunia ini. Kehadiran Mesias menjadi penting karena menyelamatkan umat
manusia yang berada dalam kegersangan hidup. Ia hadir untuk memulihkan hubungan
antara Allah dan manusia yang putus serta menyelamatkan dunia melalui “jalan
salib sebagai cara mengorbankan diri.”
Memang sulit dimengerti dengan logika manusia ketika kita
memahami proses yang ditempuh oleh Yesus untuk menyelamatkan manusia. Sebuah
cara yang tragis dan tidak umum harus dilewatinya demi sebuah misi utama, yakni
menyelamatkan manusia. Yesus telah menunjukkan kesetiaan-Nya untuk tetap berada
pada jalan derita sebagai jalan untuk menyelamatkan manusia. Penginjil Yohanes
hari ini mengingatkan kita akan duka cita yang mendahului kemenangan. Kristus
telah menyerahkan nyawa sebagai tebusan atas dosa tetapi karena kuasa Allah
maka maut itu dikalahkan dan Ia bangkit dari kubur. Pengalaman kebangkitan-Nya
memberikan sebuah nuansa suka cita dan sekaligus melupakan derita yang
dialaminya, mulai dari taman Getzemani hingga puncak Golgota. Penginjil Yohanes
melukiskan peristiwa ini seperti pengalaman seorang ibu yang melahirkan, walau
dengan susah payah bahkan berada pada situasi sakratul maut, namun ketika bayi
itu sudah dilahirkan, betapa gembiranya hati seorang ibu yang memeluk dan
memandang bayi itu yang diperolehnya dengan susah payah.
Pengalaman hidup Yesus adalah pengalaman jalan salib, sebuah jalan terjal penuh intrik politik kekuasaan. Ia (Yesus) menjadi “kurban” supaya umat manusia diselamatkan. Ia telah menjalani peristiwa jalan salib dan kini Ia bangkit dari alam maut. Kebangkitan-Nya membawa suka cita sekaligus meneguhkan iman para murid dan kita semua yang menjadi pengikut-Nya. Kebangkitan-Nya tidak hanya ditandai dengan kekosongan kubur tetapi lewat penampakan diri-Nya terutama pada dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Kisah Emaus adalah kisah jalan pulang ke kampung karena mengalami kekecewaan terhadap Yesus yang diandalkan itu namun mati secara tragis. Tetapi dua murid itu mengenal Yesus saat Ia memecahkan roti. Hati mereka berkobar-kobar karena melihat Yesus yang menampakan diri setelah kebangkitan-Nya. Kebangkitan-Nya merupakan peristiwa nyata dan Yesus tidak menyampaikan peristiwa itu dalam bahasa kiasan tetapi menunjukkan diri-Nya yang masih terluka oleh “paku pengkhianatan.” "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." Kebangkitan-Nya menunjukkan kua
sa Allah atas diri-Nya dan Dia benar-benar datang dari Allah.
Seperti air hujan yang turun ke bumi, sebelum naik ke langit
melalui proses penguapan, air hujan telah memberikan kesuburan dan kehidupan
bagi dunia. Demikian juga Yesus, Ia
datang ke dunia dan memberi makna penyelamatan dunia melalui pengorbanan
diri-Nya. Ia mati untuk sebuah penebusan dan karena kebangkitan-Nya maka kita
semua diselamatkan.***(Valery Kopong)
0 Komentar