Unordered List

6/recent/ticker-posts

Insan Teratai: Berbagi di Bulan Ramadhan

 

Selasa, 4 Mei 2021, bertempat di sekolah Insan Teratai, puluhan guru dari jenjang TK, SD dan SMP berkumpul pada pukul 15.30. Para guru tidak sekedar berkumpul tetapi punya satu tujuan luhur, berbagi pada mereka yang kurang beruntung. Ketika suasana sedikit mendung menggelayut langit Kota Bumi, tidak menyurutkan semangat bagi para guru pada persekolahan Insan Teratai. Langkah-langkah pasti terus diayun untuk segera keluar dari gerbang sekolah itu. Para guru datang untuk menjemput bungkusan makanan agar  segera dibagi pada mereka yang membutuhkan makanan, sekaligus sebagai bekal berbuka puasa. Ratusan bungkus makanan yang siap dibagi, dikantongi oleh masing-masing guru. Mereka mulai bergerak mencari orang-orang yang membutuhkan makanan.

Beberapa wilayah menjadi sasaran, seperti Kota Bumi, Bumi Indah, Regency dan Sepatan. Sasaran mereka adalah “wong cilik” yang kini sedang bertarung hidup tetapi tetap menunjukkan kesetiaan untuk berpuasa. Orang-orang kecil yang setia bekerja, entah sebagai tukang becak, tukang sapu, pak ogah bahkan pengemis sekalipun, menjadi incaran para guru untuk ditawarkan bungkusan makanan yang sudah disiapkan itu.

Bertemu untuk bertatap muka sekejap dan berbagi kepada mereka yang tengah mengalami kekurangan merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Berbagi berarti bersedia untuk keluar dari “aku” untuk mencari “aku-ku” yang lain. Aku menjadi aku, hanya karena dibentuk oleh "aku-ku” yang lain. Sebuah pernyataan filosofis ini mau menuntun kepada siapa saja yang mau membuka diri untuk tetap mencari sesama, entah untuk berbuat baik atau sekedar untuk sharing pengalaman. Berjumpa dengan orang lain, secara tidak langsung membentuk suasana baru karena dipengaruhi oleh sebuah sapaan dan cara berpikir yang berbeda.  

Insan Teratai, tidak sekedar nama sebuah sekolah tetapi lebih dari itu merupakan sebuah lembaga yang membentuk insan-insan yang mengajar sekaligus  belajar tentang nilai-nilai kemanusiaan. Seperti slogan yang terus digaungkan oleh Insan Teratai bahwa akhir dari sebuah proses pendidikan bisa terlihat dari karakter yang telah dibentuk pada panti pendidikan itu. Pendidikan dalam konteks yang lebih luas, bukan soal sistem pembelajaran semata-mata tetapi juga penanaman nilai-nilai kemanusiaan menjadi konsentrasi Yayasan Insan Teratai Sejati. Berbagi kepada mereka yang kekurangan merupakan cara sederhana untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan. Selama dalam menjalani kehidupan ini, dua aspek, yakni aspek kerohanian dan kemanusiaan harus dijalani secara seimbang. Sebagai manusia, kita tidak membangun relasi dengan Tuhan dalam setiap saat tetapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana memperlihatkan buah-buah dari doa itu, yakni kebaikan dan menebarkan cinta kasih.

Insan Teratai terus bergerak berbagi kebaikan pada orang-orang sekitar. Tindakan ini mencerminkan filosofi bunga teratai yang tetap memancarkan keindahan kembang walau di atas lumpur. Bunga teratai, tumbuhnya menjalar dan bertahan hidup di atas air yang berlumpur,  juga menjadi simbol rakyat jelata, orang-orang kecil yang sering dilupakan oleh publik tetapi tetap bertahan pada “onggokan zaman”. Orang-orang kecil, di mata sekolah Insan teratai adalah mitera untuk berbuat kebaikan karena secara sederhana, mereka (orang-orang kecil) menjadi sasaran bagi kita untuk berbuat baik. Dapatkah kita membayangkan, betapa besar sikap egoistis yang muncul jika semua manusia hidup dalam kelimpahan harta duniawi? Tak ada yang peduli dan masing-masing tentu mengurus dirinya sendiri tanpa harus memikirkan bagaimana berbagi kepada orang lain.


Muder Teresa, pahlawan kemanusiaan dari Calkuta, pernah diwawancarai oleh seorang wartawan. Dalam wawancara itu muncul satu pertanyaan yang cukup menohok. “Kapan Muder Teresa terbang ke bulan?” Tanya sang wartawan. Dengan nada santai Muder Teresa menjawab bahwa saya bisa terbang ke bulan kalau di bulan ada orang-orang miskin. Orang-orang miskin dan terlantar menjadi perhatiannya dan sebagai  lahan garapan
atas nama cinta. Di mana ada kemiskinan, di situ harus ada pahlawan kemanusiaan seperti Muder Teresa. Muder Teresa selalu mengedepankan cinta kasih sebagai basis utama dalam membangun gerakan kemanusiaan melampaui aspek primordial. Baginya, cinta itu seperti pohon yang selalu menghasilkan buah pada setiap musim dan setiap orang berhak memetiknya. Setiap musim selalu menghasilkan cinta dan kebaikan. Insan Teratai telah membuktikan kebaikan itu yang tetap dipancarkan pada mereka yang membutuhkan
.***(Valery Kopong)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar