“Pengalaman sebelum aktif berbicara di depan orang banyak kadang tidak bisa
tapi ketika masuk dalam organisasi, dilatih, ditempa ternyata semuanya bisa
dilakukan. Dulu saya tidak terlalu terampil bicara tapi karena latihan terus -
menerus akhirnya jadi biasa,’’ tutur Endang saat ditemui di Jakarta.
Endang mengatakan hal itu menjawab pertanyaan manfaat ketika ia bergabung dalam wadah organisasi WKRI. Pada saat awal menjadi anggota segelintir orang belum mengenal mengenai WKRI tapi ketika mulai terlibat dalam organisasi ia bisa mengetahui lewat seminar-seminar dan pelatihan.
Maria Assumpta Endang |
Lebih lanjut dikatakan, berbagai program yang dicanangkan wadah WKRI dan
yang paling utama adalah PPUK (program peningkatan usaha kecil). Program ini
menjadi program andalan WKRI. Tentu saja program ini sebagai cara
meningkatkan kapasitas sebagai ibu rumah tangga ikut mendampingi suami.
Wanita kelahiran Yogyakarta ini menyatakan salut kepada para pendiri WKRI
dengan program tersebut memberikan pengalaman berharga bagi para wanita
Katolik di seluruh pelosok tanah air.
Endang mengatakan, konsep belajar itu tidak hanya di dalam ruang sekolah tapi
juga melalui keterlibatan dalam suatu organisasi.
Di dalam organisasi, seorang
wanita Katolik bisa mendapatkan pengalaman dari sesama lain atau dari nara
sumber yang berkompeten. “Sekolah hanya ditandai dengan waktunya selesai tapi
kalau belajar tidak mengenal batas waktu, belajar terus sepanjang manusia
berkeinginan untuk memiliki kemampuan lebih,’’ katanya.
Semangat bekerja sama dan menumbuhkan rasa toleransi dalam keluarga
merupakan nilai yang diperoleh dalam wadah WKRI.
Nilai-nilai itu, kata Endang
ditumbuhkembangkan dalam keluarga. “Anak-anak saya jika mereka
berkesempatan biasa mengantar saya dengan mobil agar bisa ikut kegiatan WKRI,
juga termasuk suami,’’ kisah dua anak, satu cucu ini.
Lulusan IKIP Negeri Yogyakarta ini mengatakan bertekad untuk tetap mengikuti
kegiatan WKRI, karena di dalam WKRI Endang mengaku dapat terus
meningkatkan kapasitas kemampuannya.
“Sewaktu muda saya banyak mengikuti organisasi misalnya Ikatan Sarjana Katolik
dan sejumlah organisasi lainnya. Bahkan untuk di WKRI saya menjadi ketua
cabang selama tiga periode dan hal ini saya melihat banyak manfaat yang saya
dapatkan,’’ ujar pengajar public speaking di sebuah lembaga di Tangerang itu.
Endang menjatuhkan pilihan aktif di dalam wadah WKRI karena sewaktu kecil ia
melihat ibunya juga seorang aktivis WKRI. Ia menyaksikan ibunya sangat ‘guyub’
dengan sesama ibu wanita Katolik. Pengalaman inilah yang sangat memberikan
pengaruh Endang perlu terlibat dalam WKRI.-
Ia mengharapkan bagi wanita Katolik yang belum bergabung, bisa bergabung dan
memetik manfaat dari kegiatan berorganisasi. Ada banyak nilai yang bisa
dikembangkan bukan hanya dalam organisasi tapi juga diaplikasikan dalam
kehidupan keluarga. ***
Konrad R. Mangu
0 Komentar