Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kemampuan WKRI Terus Ditingkatkan

SETIAP orang mempunyai alasan mengikuti kegiatan tingkat paroki termasuk memilih aktif dalam organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI). Satu dari sekian wanita yang memilih aktif dalam WKRI, adalah Maria Assumpta Endang Widiyanti . Sosok ini dipercayakan membidangi Hubungan Masyarakat (Humas) berkahir sampai dengan 2019. Ia didapuk menjadi Humas DPD WKRI KAJ. Tercatat kurang lebih 40 tahun ia aktif dalam wadah wanita Katolik. Wanita yang dikenal murah senyum ini menuturkan lewat wadah ini , kemampuan wanita Katolik terus digali dan ditingkatkan. 

 “Pengalaman sebelum aktif berbicara di depan orang banyak kadang tidak bisa tapi ketika masuk dalam organisasi, dilatih, ditempa ternyata semuanya bisa dilakukan. Dulu saya tidak terlalu terampil bicara tapi karena latihan terus - menerus akhirnya jadi biasa,’’ tutur Endang saat ditemui di Jakarta. Endang mengatakan hal itu menjawab pertanyaan manfaat ketika ia bergabung dalam wadah organisasi WKRI. Pada saat awal menjadi anggota segelintir orang belum mengenal mengenai WKRI tapi ketika mulai terlibat dalam organisasi ia bisa mengetahui lewat seminar-seminar dan pelatihan. 
  
Maria Assumpta Endang 
“Suatu hal yang semula tidak bisa dilakukan kemudian menjadi bisa itu menjadi modal yang sangat penting bagi seorang anggota WKRI. Misalnya dalam kegiatan ekonomi, seorang anggota WKRI bisa belajar, melakukan usaha-usaha ekonomi produktif. ‘’Dari usaha tersebut seorang wanita Katolik bisa melakukan kegiatan ekonomi dan bisa membantu suaminya,’’ tutur umat Paroki St Bernadet Ciledug, Tangerang ini.

Keaktifan Endang bukan hanya tingkat DPD tapi juga di tingkat paroki yakni WKRI Cabang Paroki St Bernadeth Ciledug dan Ranting St Thomas. Ia juga dikenal sebagai penggerak lingkungan hidup dan eco enzyme. Setelah menjadi Humas DPD, kini Endang aktif bidang kehumasan paroki setempat khususnya seksi HAAK (Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan). Menurutnya dalam WKRI anggota WKRI diberikan kail bukan ikan. Ia menganalogikan wanita Katolik yang mendapatkan pengetahuan kemudian bisa mempraktikkan sendiri. Mereka melakukan secara kreatif untuk mencari tambahan ekonomi keluarga. 

Lebih lanjut dikatakan, berbagai program yang dicanangkan wadah WKRI dan yang paling utama adalah PPUK (program peningkatan usaha kecil). Program ini menjadi program andalan WKRI. Tentu saja program ini sebagai cara meningkatkan kapasitas sebagai ibu rumah tangga ikut mendampingi suami. Wanita kelahiran Yogyakarta ini menyatakan salut kepada para pendiri WKRI dengan program tersebut memberikan pengalaman berharga bagi para wanita Katolik di seluruh pelosok tanah air. Endang mengatakan, konsep belajar itu tidak hanya di dalam ruang sekolah tapi juga melalui keterlibatan dalam suatu organisasi. 

Di dalam organisasi, seorang wanita Katolik bisa mendapatkan pengalaman dari sesama lain atau dari nara sumber yang berkompeten. “Sekolah hanya ditandai dengan waktunya selesai tapi kalau belajar tidak mengenal batas waktu, belajar terus sepanjang manusia berkeinginan untuk memiliki kemampuan lebih,’’ katanya. Semangat bekerja sama dan menumbuhkan rasa toleransi dalam keluarga merupakan nilai yang diperoleh dalam wadah WKRI. 

Nilai-nilai itu, kata Endang ditumbuhkembangkan dalam keluarga. “Anak-anak saya jika mereka berkesempatan biasa mengantar saya dengan mobil agar bisa ikut kegiatan WKRI, juga termasuk suami,’’ kisah dua anak, satu cucu ini. Lulusan IKIP Negeri Yogyakarta ini mengatakan bertekad untuk tetap mengikuti kegiatan WKRI, karena di dalam WKRI Endang mengaku dapat terus meningkatkan kapasitas kemampuannya. “Sewaktu muda saya banyak mengikuti organisasi misalnya Ikatan Sarjana Katolik dan sejumlah organisasi lainnya. Bahkan untuk di WKRI saya menjadi ketua cabang selama tiga periode dan hal ini saya melihat banyak manfaat yang saya dapatkan,’’ ujar pengajar public speaking di sebuah lembaga di Tangerang itu. 

Endang menjatuhkan pilihan aktif di dalam wadah WKRI karena sewaktu kecil ia melihat ibunya juga seorang aktivis WKRI. Ia menyaksikan ibunya sangat ‘guyub’ dengan sesama ibu wanita Katolik. Pengalaman inilah yang sangat memberikan pengaruh Endang perlu terlibat dalam WKRI.- Ia mengharapkan bagi wanita Katolik yang belum bergabung, bisa bergabung dan memetik manfaat dari kegiatan berorganisasi. Ada banyak nilai yang bisa dikembangkan bukan hanya dalam organisasi tapi juga diaplikasikan dalam kehidupan keluarga. *** Konrad R. Mangu

Posting Komentar

0 Komentar