Unordered List

6/recent/ticker-posts

Yudas dan Ciuman Khianat


Setiap orang yang hidup selalu meninggalkan jejak sejarah. Entah jejak sejarah bermakna atau tidak bermakna yang ditinggalkan, sangat bergantung pada apa yang diistimewakan oleh orang lain terhadap pengalaman masa lampau yang memiliki nilai sejarah tersendiri. Ketika merenungkan tentang perjalanan hidup Yesus melalui pendalaman dan perenungan Kitab Suci terutama Perjanjian Baru, mengingatkan kita bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus merupakan sebuah warisan yang berharga yang perlu ditiru. Kenangan masa lampau yang merupakan warisan berharga dari Yesus, sungguh memberikan penguatan iman kita akan DIA yang tersalib. Sebelum menjalani sengsara, Yesus mengadakan malam perjamuan terakhir bersama dengan murid-murid. Tindakan Yesus untuk mengadakan perjamuan malam terakhir, juga mengingat kita akan perayaan  Paskah Yahudi untuk mengenangkan peristiwa pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

Cara Yesus menghadirkan kenangan masa lampau yang membebaskan itu, melalui perjamuan bersama para murid-Nya. Dalam peristiwa perjamuan malam terakhir itu, Yesus juga mewariskan sebuah tindakan sederhana, yakni membasuh kaki para murid. Peristiwa pembasuhan kaki ini mau mengingatkan kita agar mampu menerjemahkan peristiwa simbolik itu ke dalam tindakan nyata, yakni saling melayani satu sama lain. Yesus tidak hanya berhenti pada peristiwa pembasuhan kaki para murid sebagai tindakan simbolik untuk melayani tetapi juga memperlihatkan nilai pelayanan itu dengan sebuah pengorbanan diri secara utuh. Yesus menunjukkan ketaatan kepada Bapa-Nya dan kesetiaan kepada manusia, dengan cara paripurna dan tragis. Ia ditangkap di taman Getzemani sebagai taman pergulatan. Namun sebelum ditangkap, sudah ada tanda yang diberikan oleh Yudas Iskariot dengan “ciuman khianat.” “Orang yang kucium, itulah Dia. Tangkaplah Dia!” Ciuman khianat ini merupakan kode dan sekaligus permulaan bagi-Nya untuk mulai memasuki gerbang penderitaan.  

Kesetiaan-Nya diuji dan dalam sakratul mau itu, kemanusiaan Yesus bisa terlihat melalui doa-Nya, yang tidak lain adalah jeritan permintaan pada Bapa-Nya. “Ya, Bapa, kalau mungkin, biarlah piala derita ini berlalu dari pada-Ku, tetapi bukan atas kehendak-Ku melainkan atas kehendak-Mulah yang terjadi.” Yesus membuka diri, mengosongkan diri dan membiarkan Allah bekerja atas peristiwa hidup-Nya. Allah yang memulai maka Allah jugalah yang berproses untuk mematangkan kesetiaan itu sampai pada puncak suksesi sebuah perutusan. Penderitaan yang dialami oleh Yesus adalah penderitaan yang membawa makna dan berharga bagi orang-orang yang ditebus-Nya. Karena dari bilur-bilur derita itu, kita diselamatkan. Dari luka yang menganga itu, kita dibalut oleh darah-Nya yang Maha Suci. Kematian-Nya bukanlah kematian yang sia-sia tetapi kematian-Nya berharga di mata Allah dan manusia. Nilai sebuah pengorbanan diri bisa terlihat pada bilur-bilur-Nya dan nilai keberpihakkan-Nya pada manusia bisa terlihat pada aliran darah yang mengalir dari lambung yang tertikam tombak.


Ribuan tahun yang lampu, Ia hadir dan menggoreskan sejarah keselamatan itu dengan nilai sebuah pengorbanan diri. Kehadiran-Nya sampai kapanpun tetap menggetarkan dunia. Ia bukan manusia biasa. Ia adalah Mesias, penyelamat yang hadir dengan mengusung nilai pengorbanan diri. Dia yang tersalib bukanlah cerminan jiwa yang rapuh dan bukan pula potret seorang muda yang frustrasi yang mengakhiri hidupnya secara berbeda. Tetapi Dia yang tersalib oleh “paku keangkuhan manusia,” boleh menawarkan harapan baru dari atas salib, harapan akan keselamatan.  “Ya Bapa, selesailah sudah!” Inilah rumusan kalimat sebagai bentuk pertanggung jawaban Yesus atas puncak karya keselamatan-Nya. Ia mati di kayu salib tetapi kematian-Nya untuk sementara saja karena setelahnya Ia bangkit dari alam maut oleh kuasa Allah. Kebangkitan-Nya dari alam maut, mewarisi iman yang kokoh bagi kita yang percaya pada-Nya. Kebangkitan-Nya juga merupakan puncak iman kita akan Kristus. Tanpa kebangkitan-Nya maka sia-sialah iman kita.***(Valery Kopong)  

Posting Komentar

0 Komentar