Unordered List

6/recent/ticker-posts

Ada Apa "Nubun Puhun" Honihama (?)

 


INDEKS kegemaran membaca masyarakat Indonesia tahun 2020 tercatat 55,74 atau kategori sedang. Demikian hasil dari catatan Perpustakaan Nasional  (Perpusnas) kondisi di negeri ini.  Mencermati angka tersebut maka naik 1,9 poin dari tahun 2019 yakni  53,84. Survei Perpusnas  ini memberi indeks kajian membaca Maret –November 2020, melibatkan 10.200 responden di 34 provinsi, bertujuan mengukur frekuensi membaca, durasi membaca dan jumlah buku yang dibaca.

Hasil survei di atas tentu belum menggembirakan karena masih dalam kategori sedang. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN), 2016. Program ini tidak hanya bagi anak- anak yang sedang mengikuti pelayanan pendidikan sekolah dasar tapi juga menyentuh  dan mengajak masyarakat umum agar memiliki kebiasaan membaca, bahkan menjadi habit.

Implementasi gerakan ini dibangunnya sarana-sarana seperti pondok baca, perpustakaan, taman bacaan di desa-desa di seluruh Indonesia. Para pegiat literasi dengan keterbatasan fasilitas mulai melangkah meski dengan keterbatasan dana membangun unit-unit yang bisa menampung orang yang memiliki minat mencari, membaca dan memahami teks atas bahan bacaan.

“Nubun Puhun” Honihama. 

Gagasan untuk mendorong anak-anak dan masyarakat umum meningkatkan minat baca “menggema” sampai ke Honihama, desa Tuwagoetobi, Kec. Withama, Kab. Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa yang berada di  depan  Gunung Ile Boleng ini saat ini dipimpin oleh Johanes Kopong Lamtokan. Desa ini sangat dikenal makanan “jagung titi”  juga sangat populer memiliki potensi wisata pantai yang menarik  juga sebagai daerah tujuan wisata sejarah yang layak dikujungi.

Kondisi minat baca masyarakat Flores Timur, khususnya Witihama boleh dibilang harus terus diupayakan. Penulis buku tentang Lamaholot, Michael Boro Bebe mislanya dalam suatu pernyataan pernah mengatakan minat baca sudah ada hanya belum menjadi kebutuhan, kalau pun ada yang dibaca hanya karena tugas yang harus dikerjakan bukan karena keasadaran tinggi untuk membaca.

“Nubun Puhun” Honihama adalah nama pondok baca yang terletak di dusun Lewoblolon, Desa Tuwagoetobi. “Nubun Puhun” diberi nama Klementinus Demon Arep, seorang tokoh adat Desa Honihama/ Tuwagoetobi.  Nama  “Nubun Puhun” ini terdiri dari dua frase  Lamaholot, nubun artinya  tumbuh tunas baru sedang puhun artinya berbunga. Pemberian nama bermakna sangat simbolik, bahwa ketika yang datang membaca di Pondok Baca Nubun Puhun, mereka tumbuh menjadi pribadi yang terus bertumbuh , menebarkan kebaikan setelah itu berbuah lalu menghasilkan yang baik.  

Ide awal pendirian pondok baca adalah Ketua PGRI Flotim, Maksimus Masan Kian, S.Pd. Sosok ini yang kala itu masih menakhodai Agupena (Asosiasi Guru Penulis Nasional ) Kab. Flotim. Ketika ia melakukan tugas mengajar di Larantuka kembali ke ‘lewotana’  menginisiasi dibangunnya sarana pondok baca. Ide itu selanjutnya disampaikan kepada ketua Karya Baru. Ini ada kelompok Karang Taruna, yang dulu dikenal Klompencapir (Kelompok pembaca, pendengar, pemirsa) yang juga dimiliki ketiga dusun lainnya di desa itu.

Oktavianus Bali, penanggungjawab Pondok Baca Nubun Puhun Honihama mengisahkan, gagasan itu tidak membutuhkan waktu lama untuk direalisasikan. Ketua Karang Taruna “Karya Baru” Lewoblolon, Saverinus Laga Payon didukung teman – teman anggotanya untuk mewujudkan keberadaan pondok baca.

Niat baik itu biasanya didukung spirit positif setelah disepakati lokasi banyak pihak yang membantu memberikan sarana seperti  tiang atap dan saran lain seperti jaringan listrik. Ada bambu untuk dinding disumbang Markus Lewotobi,  tiang dan kayu disumbang Fabianus Pugel. Keberadaan PB Nubun Puhun ini tidak lepas dari dukungan muda-mudi Dusun Lewoblolon.

Bulan Juli 2018 ketua Karang Taruna KB mengundang Wakil Bupati, Agus Payong Boli, SH. MH membuka kegiatan turnamen futsal antar RT di desa itu. Kegiatan penutupan rangkaian HUT KB  dihadiri Bupati Flotim Anton Hadjon hadir hadir sekaligus  meresmian sebuah pondok baca milik masyarakat Honihama itu, 17 Juli 2018.

Karang Taruna Karya Baru saat ini dinahkodai Okatv Luli Laba, namun kepedulian KB tentang pentingnya literasi tidak berubah. Atas berbagai pertimbangan, dibangunlah sebuah bangunan sederhana yang terletak di RT 09, sebagai tempat beroperasi hingga saat ini.

Oktav Bali dalam pernyataan sejak beroperasinya Nubun Puhun banyak orang baik yang menaruh kepedulian. Banyak buku  mulai dikirim dari banyak tempat di Indonesia, yakni dari Larantuka, Lembata, Kupang, dan Jakarta. “Banyak dari mereka yang memberi sumbangan adalah orang baru yang tidak kami kenal sebelumnya. Berkat pergerakan ini, ketersediaan buku sumber bacaan di Nubun Puhun semakin baik walaupun belum memadai,’’tambah pria lajang yang penah mengabdi di Satap Riangduli ini.

Sesuai dengan nama tempat setiap orang yang datang wajib membaca. Pengunjung dilatih beberapa kemampuan seperti membaca, menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Bahkan belakangan kemampuan lain diasah seperti membawakan acara,  dan kegiatan positif lainnya.

Beberapa kegiatan dilakukan misalnya ada Senandung Natal Nubun Puhun I di tahun 2019 kolaborasi Nubun Puhun, Karya Baru, dan Komunitas Oi Adonara, juga Senandung Natal Nubun Puhun II di tahun 2020, kolaborasi Nubun Puhun dan muda-mudi Karya Baru, yang menyediakan panggung kreatif untuk beberapa pentas seni misalnya teater, puisi, komedi dan seni musik.

                                             Oktav Bali dan nara sumber lainnya 

Keterlibatan anak-anak sekolah tingkat  SMP dan SMA masih sangat minim. Ini adalah tantangan bagi kami, dalam menemukan metode tepat merangkul mereka. Memang sulit menumbuhkan kesadaran anak-anak dalam dunia literasi, khususnya literasi dasar. Namun kami optimis bisa melakukannya.Ia  mengatakan yang membuat Nubun Puhun optimis merangkul anak-anak SMP dan SMA adalah pengadaan alat  musik. NubunPuhun Honihama telah memulai, bahkan pendamping belum lama ini diundang jadi pembicara  tingkat nasonal. Maju terus Nubun Puhun ***Konrad Mangu

 


Posting Komentar

0 Komentar