Unordered List

6/recent/ticker-posts

Badai Kehidupan

 

Sumber Inspiras: Matius 14:22-36

Membaca pesan Injil hari ini mengingatkan kita akan badai yang datang melanda para murid di atas perahu. Memaknai badai dalam konteks Injil yang diperdengarkan hari ini, membawa nuansa yang sangat berbeda. Bahwa badai yang datang menghampiri perahu yang membawa para murid Yesus, memberikan goncangan sesaat terhadap para murid yang berada di dalam perahu itu. Pada peristiwa yang menakutkan itu, Yesus justeru berjalan di atas air untuk menghampiri mereka, namun mereka tidak mengenal Yesus, bahkan mereka berteriak, itu hantu. Para murid yang setiap saat ada bersama dengan Yesus tetapi tidak mengenal secara dekat dan memahami siapa itu Yesus yang sebenarnya. Yesus adalah penyelamat, Ia datang pada saat di mana ada badai kehidupan dan membersihkan badai itu agar mereka (para murid) menjadi tenang.

 "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Sepotong kalimat ini  menjadi peneguh batin para murid yang bergejolak akibat hantaman badai itu. Gulungan ombak dan hantaman angin kencang, menjadi pratanda alam mulai mengamuk. Samudera tidak bersahabat lagi dan musim yang tidak lagi ramah pada para penumpang perahu itu. Para murid ketika dilanda badai itu, kehilangan harapan dan hanya menunggu nasib, kapan badai itu berlalu. Sikap pasrah para murid bisa nampak pada kepanikan mereka saat menghadapi badai yang tak bersahabat itu.

Peristiwa munculnya badai ini menjadi pintu masuk bagi para murid untuk memahami siapa itu Yesus yang sebenarnya. Yesus tidak sekedar sebagai guru yang mengajar orang banyak seperti yang dilakukan saat mewartakan Kerajaan Allah. Saat badai, Yesus tampil secara berbeda. Ketika manusia lain berjalan di atas air dan tenggelam di dasar laut terdalam, namun berbeda dengan Yesus. Ia berjalan dalam kekelaman dan mau menghampiri para murid-Nya yang tengah berusaha untuk menyelamatkan diri. Kedatangan Yesus dengan berjalan kaki di atas air, ingin menunjukkan kepada murid bahwa Yesus melakukan sesuatu, melampaui apa yang terjadi selama ini.

Petrus sebagai kepala atas para murid, ingin menunjukkan kepercayaan-Nya kepada Yesus dan mau berjalan juga di atas air, namun sayang hampir tenggelam juga. Petrus mau melakukan apa yang diperlihatkan oleh Yesus tetapi karena kurang percaya maka niatnya untuk berjalan bersama-Nya di atas air tidak terpenuhi. Apa makna di balik peristiwa badai ini untuk kita yang menamakan diri sebagai pengikut-Nya? Iman yang kuat pada Yesus menjadi tolok ukur untuk bisa melakukan segala sesuatu untuk dan atas nama Yesus. Para murid yang sehari-hari ada bersama dengan Yesus tetapi belum tentu beriman kepada-Nya. Karena itu, ketika badai itu datang menghantam mereka di tengah lautan luas, hidup mereka tergoncang tanpa arah dan harapan.


Setiap kita yang menjalani hidup ini, pasti mengalami badai kehidupan. Sekecil apa pun tantangan yang kita lakukan dalam hidup, bisa kita kategorikan sebagai badai yang selalu mengganggu kehidupan kita. Hidup di dunia yang luas ini, seakan kita sedang berada pada lautan samudera. Ada goncangan yang menghantam perahu keluarga kita yang terkadang membuat kita mencari “penenang” badai agar perahu keluarga kita tak akan karam. Seperti para murid yang bisa tenang hatinya ketika Yesus hadir di tengah kekelaman hidup mereka. Angin dan badai pun tunduk pada-Nya. Situasi menjadi tenang dan redah. Mereka mengakui Yesus sebagai anak Allah. Badai tidak hanya membawa kepanikan tetapi melalui badai itu, kita mendapat kepastian bahwa Yesus adalah anak Allah dan sanggup menundukkan semesta ini. Banyak badai kehidupan yang bakal datang menghampiri,  karena itu kita harus mencari perahu dan nahkoda yang tepat agar pelayaran di dunia ini aman dari hantaman badai.***(Valery Kopong)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar