Tangerang, Gagas Indonesiasatu. com
MOTIVATOR bidang pendidikan, Tri Warsono mengajak
700-an guru SD - SMP di Kota Tangerang agar menjadi guru yang bukan hanya
melaksanakan tugas mengajar di sekolah tapi juga kehdadirannya di tengah –
tengah masyarakat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar.
Penegasan itu disampaikan Tri Warsono
dalam webinar yang diselenggaran Dinas Pendidikan Kota
Tangerang bekerja sama dengan organisasi
PGRI kota Tangerang dalam acara “Penguatan
Kompetensi Guru Se Kota Tangerang’ yang berlangsung, Jumat ( 6 Agustus 2021)
melalui aplikasi zoom meeting. Kegiatan itu dimoderatori Ibu Arum dan dihadiri
Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kota Tangerang dan sekitar 700 lebih
guru yang mengabdi di tingkat satuan pendidikan SD dan SMP se wilayah Kota
Tangerang.
Menjadi guru bukanlah cita-cita Tri Warsono, ia ingin menjadi
akuntan tapi kemudian atas “paksaan’ dari ayahnya ia masuk di IKIP Yogyakarta
dan memilih jurusan bahasa Inggris. Ia mengikuti anjuran itu, di samping pertimbangan uang kuliah kala itu termasuk
murah. Ia pun menyelesaikan kuliahnya
sampai dengan tahun 1985.
Ia menceritakan selama menjadi mahasiswa, ia bekerja menjadi
pengajar di unit bimbingan belajar sekedar untuk menambah uang kuliahnya. Di
jurusan bahasa Inggris itu, Tri Warsono mempelajari dengan tekun bagaimana bisa
mengajar peserta kursus dengan kurun
waktu tertentu sehingga anak bimbingan
itu dengan cepat mempraktikan kemampuan bahasa Inggris yakni melakukan percakapan
dengan baik dan benar. Dan sesuai dengan
tekadnya ia menggunakan metode itu dan berhasil mengajarkan anak-anak sehingga bisa berkomunikasi dengan bahasa
Inggris dengan cepat.
Setelah ia tamat kuliah ia membuat
surat lamaran untuk bekerja tapi ia tidak mendapatkan pekerjaan. Ia mengatakan
bahwa ia tidak mempunyai IPK yang memuaskan, yakni 2,75 namun dari nilai yang ia peroleh ia mau
menunjukkan bahwa IPK itu tidak menjadi
jaminan seorang sukses dalam hidup. Di tengah-tengah perjuangan mendapatkan
pekerjaan, sebuah perusahaan yang ia lamar menerima dan di tempat itu ia menjadi pengajar
bisa mengajar karyawan mampu berbahasa Inggris dengan cepat dan berkomunikasi dengan karyawan asing dan jumlahnya sangat banyak.
Menurutnya ini merupakan suatu
peluang yang dia terima. Ia melakukan pekerjaan itu dan menerapkan ilmu yang
diperolehnya selama kuliah dan
pengalaman mengajar di tempat –tempat kursus. Pekerjaan itu dilakoninya dengan
baik yang membawa manfaat begitu banyak orang.
Tri Warsono mengaku sewaktu kuliah ia dikenal sangat introvert.
Kendati demikian ia selalu berusaha untuk selalu mengikuti berbagai kegiatan di kampus untuk
pengembangan dirinya. Maka jadilah ia memiliki kawan yang banyak serta jaringan yang luas.
Ia juga mengaku bahwa semasa kuliah ia tidak menyukai profesi
sebagai guru karena pilihannya sebagai
seorang akuntan. Lama – kelamaan setelah menjalani pekerjaan menjadi guru Tri
Warsono justru merasa sangat menikmati pekerjaan itu bahkan mengaku sangat bahagia dengan profesi guru.
Sosok yang pernah bekerja di PT
Freeport Indonesia itu, mengajak para guru agar ‘jangan selalu merendahkan diri
tapi selalu menonjolkan kehebatan dalam
pekerjaan sebagai seorang guru”. Sekali
lagi sebagai guru jangan selalu
merendahkan diri.
Menurutnya, guru itu adalah profesi
yang mulia, ‘janganlah kalian berhenti hebatkan diri anda”. Arti yang
terkandung dalam pola pikir adalah ,
guru jangan sekali-sekali mengatakan , saya tidak bisa, saya tidak mampu dan
sebagainya. Kalau kalimat seperti itu yang dikatakan, ya tetaplah guru yang
tidak mampu. “Hiduplah yang memberi
kemanfaatan bagi lingkungan masyarakat
bahkan akan dicari ke mana-mana,’’ kata
Tri Warsono.
Lebih lanjut dikatakan, seorang guru
hebat sesungguhnya tergantung
mindset guru itu sendiri. Jika sedari
dulu kalian tidak merasa bersyukur
menjadi guru, hari ini selalu bersyukur terhadap pekerjaan yang sedang dijalani
seperti sekarang ini.
Ditegaskan sebagai makhluk social siapa pun akan hidup di tengah-tengah masyarakat berinteraksi
membagikan pengalaman, pengetahuan serta keterampilan kepada semua orang.
Sebagai guru, ketika melakukan kegiatan mengajar berarti, menghidupkan teori
pelajaran menjadi pengalaman imajinatif
mindset para pelajar.
Tri Warsono membawa materi “Potensi dan Kompetensi Tersembunyi di balik Prfesi Guru,’’ mampu melihat potensi
diri masing-masing misalnya menjadi master of ceremony, menjadi pemain musik,
menyanyi dan memiliki keahlian lainnya dari situ dikembangkan untuk kebaikan
bersama.
Kepada ratusan guru, Tri
menganjurkan untuk tetap mengikuti apa
yang disebut sebagai pola hidup meraih keberhasilan. Ketika melakukan tugas
mesti ada tujuan yang haris dicapai, merasa yakin ia mencapai tujuan, melakukan
tindakan untuk melakukan tujuan itu serta mencari solusi jika ada hambatan dan
tantangan.
Menjawab pertanyaan peserta soal persaingan antar usia para guru dengan paradigma yang lebih muda lebih unggul yang menyisikan generasi tua, Tri Warsono mengatakan dalam kondisi apapun selalu optimis. Belajar tak pernah mebgenal usia, maka apa pun kondisi yang dihadapi bersiap untuk mengatasi dengan pikiran positif.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang , Drs. H. Jamaluddin pengalaman yang disahringkan selama webinar memberikan pedoman yang berharga buat para guru yang melaknsakan tugas di masa covid 19. “Semoga semua pengetahuan yang diperoleh selama webinar bermanfaat dan bermakna,’’ harapnya. *** Konradus R, Mangu
0 Komentar