Unordered List

6/recent/ticker-posts

Saling Mengasihi dan Membina

 


Renungan kita pada hari ini bertema: Saling Menasihati dan Membina. Gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu telah merusak sekitar 50 persen gedung gereja Paroki yang memiliki jumlah umat lima ribuan orang. Akibatnya, gereja itu terpaksa tidak digunakan untuk sementara. Untuk perbaikannya diputuskan bersama bahwa setiap keluarga di paroki sebagai penyumbang dana dan bahan bangunan.

 

Pembicaraan antara pastor paroki dan umatnya perihal perbaikan itu pada akhirnya mengerucut pada dua tujuan yang akan dicapai bersama. Pertama ialah perbaikan fisik gereja secepat dan sebaik mungkin supaya umat tidak terlalu lama bertahan di tempat ibadat yang darurat. Tujuan kedua yang sama pentingnya yaitu pembangunan jemaat, khususnya persaudaraan dan kerja sama di antara mereka dirajut kembali setelah terjadi sejumlah friksi lantaran perbedaan pandangan dan salah paham di antara mereka, terutama menyangkut swadaya umat atau tidak untuk perbaikan Gereja.

 

Semakin perbaikan gereja itu menunjukkan kemajuan, semakin pula disadari bahwa pembangunan jemaat itu harus diberi lebih banyak perhatiannya. Kehidupan jemaat yang positif, sehat dan penuh persaudaraan tentu menjadi kondisi dasar untuk suksesnya pembangunan fisik gereja. Tentang persoalan friksi di antara umat, Pastor Paroki bersama umatnya mengusahakan adanya saling menasihati dan membina di antara mereka. Hal ini merupakan kebaikan yang dikembangkan juga oleh jemaat di Tesalonika seperti yang dikatakan dalam bacaan pertama.

 

Gereja lokal seperti paroki berorientasi kepada pemberdayaan jemaatnya dengan salah satu cirinya ialah kemandirian umat. Kebiasaan pastor sentris atau imam sebagai pusat sudah berubah menjadi umat sentris. Umat paroki yang mandiri dianggap mampu mengatasi persoalan-persoalan di antara mereka, dan salah satu cara penting untuk melakukan ini ialah dengan saling menasihati dan membina. Kata Santo Paulus, Allah menetapkan kita bukan untuk mengalami kemurkaan, melainkan untuk memperoleh keselamatan oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.

 

Kemandirian sebagai satu jemaat, sangat perlu menghindari sifat menunggu untuk dilayani, atau mengharapkan datangnya bantuan. Mirip dengan mental pastor sentris ialah semangat “santa klaus”, di mana hadiah dan pemberian itu sangat dinantikan. Bisa jadi orang-orang berdoa dan berharap supaya mujisat-mujisat datang silih berganti. Jika hal ini yang dikejar dan didambakan, bisa jadi usaha untuk saling menasihati dan membina hanya sebagai omong kosong. Sesungguhnya sebagai orang beriman, bukan mujisat-mujisat yang kita kejar, tetapi karya-karya iman seseorang atau komunitas beriman yang dapat menghadirkan mujizat-mujizat.  ***(P. Peter Tukan, SDB) 

Posting Komentar

0 Komentar