Selama lima (5) hari ( 27-31 Juli 2021) dilakukan acara Siberkelas Cakap Digital oleh Kominfo yang menghadirkan ratusan peserta dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan di berbagai kota di Indonesia seperti Bali, Semarang , Surabaya dan sejumlah kota besar lain. Beragam materi yang diberikan secara online yang berhubungan dengan komunikasi publik, keamanan digital dan lain-lain.
Pembicara “Keamanan
Digital ( 28 Juli 2021) ” dibawakan Reza Rizki Darmawan (Co dan Co-Founder
Past), Ida Bagus Ida Bagus
Gede Sugitayasa sebagai Programmer Analyst Dan Komang Arya Sutrisna sebagai CTO
Konsulin.
Dalam sesi
ini peserta yang diikuti sekitar 200 orang ini diajak menganalisis
konten berdasarkan tren dan data audiens. Menurutnya segala sesuatu mendukung kehidupan manusia kini
terintegrasi melalui teknologi digital, dari
konsumsi, transportasi, hiburan, pendidikan, belanja, sampai dengan perbankan.
Hal ini, lanjutnya erat kaitannya dengan perkembangan teknologi
komunikasi. Fenomena
peningkatan ini juga terjadi di Indonesia. Sementara itu, berdasarkan
data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia
kuartal ke dua 2020 sebesar 73.7%, yang
artinya 197,71 juta penduduk Indonesia telah dapat mengakses internet.
“Data
yang sama menunjukkan bahwa,rata-rata orang berusia 16-64 tahun di
Indonesia,menghabiskan waktu hingga 8 jam dan 52 menit untuk mengakses
internet. Teknologi
yang sudah mengubah semua aspek kehidupan dan perilaku menjadi masyarakat
berbasis digital,’’ jelasnya.
Teknologi berkontribusi
besar bagi peningkatan kesejahteraan dan peradaban manusia dengan kemudahan
pertukaran informasi untuk interaksi dan transaksi lewat dunia digital .
Darmawan
menambahkan hanya dengan smartphone atau komputer, pengguna
internet dapat berinteraksi melalui sosial media dan internet messenger, bekerja dari jarak jauh. Selain itu melakukan jenis pembayaran atau tagihan, maupun membeli kebutuhan secara
perkembangan teknologi digital menciptakan berbagai inovasi baru dalam
mengambil,menyimpan, mengolah,serta
mentransmisikan data secara nyata (real time).
Aplikasi
dapat menyimpan data-data pribadi tersebut dan bahkan dapat tersebar dengan
umum, baik karena
website tidak sengaja terbobol karena jika tingkat keamanannya rendah, maupun sengaja menjual kepada
perusahaan lain untuk iklan.
Topik “Etika
Digital” dibawakan Ivan Lalamentik dan Ananda, mencakup apa itu persona
digital, etika
interaksi di dunia digital,serta panduan etika interaksi di dunia digital.
“Secara
sederhana, persona
digital dapat di anggap sebagai perpanjangan dari identitas digital seseorang, dan lebih jauh dapat di anggap
sebagai penggambaran mengenai diri seseorang di dunia digital,’’ katanya.
Persona digital seseorang
dapat di tunjukkan juga pada ruang kerja digital,ruang sekolah digital, maupun
media sosial dengan suatu karakteristik tertentu, menggambarkan tujuan, kebutuhan,dan
ketertarikan seseorang.
Berdasarkan hal ini, lanjutnya seseorang individu dapat memiliki beberapa persona
digital yang menginterpretasikan dirinya dalam situasi dan kondisi baik, yang dikembangkan secara
sengaja, maupun persona yang berkembang secara tidak disadari individu.
Persona digital ini yang
kemudian di gunakan oleh penyedia layanan internet untuk mengiklankan layanan
atau produk yang sesuai dengan perilaku pengguna.
Hal ini kemudian mendukung
terbentuknya hubungan antar jaringan yang tercipta, dan muncul internet. Individu
saling berinteraksi satu sama lain,dengan menggunakan pesan elektronik dari
satu ke yang lainnya,dan menyimpan informasi elektronik yang dapat di akses
oleh siapa pun.
Sebelumnya pada 27 Juli 2021 peserta mendapatkan materi dengan tema “Komunikasi Publik Efektif” oleh Aulia Halimmatussadiah sebagai Co-Managing Director Girls In-Tech. Selain itu, peserta diharapkan untuk dapat mempraktekkan komunikasi publik efektif. Seluruh peserta kegiatan ini akan mendapatkan sertifikat yang disediakan panitia. (Susan Sandy)
0 Komentar