Renungan
kita pada hari ini bertema: Terikat Awal dan Akhir. Iman mengarahkan kita untuk
kita terikat dari awal sampai akhir, yaitu suatu komitmen pertama kali dan
sampai terakhir kali dengan Tuhan. Kita memiliki perjanjian dengan Tuhan. Tuhan
itu abadi dan tak dapat berubah kehendak-Nya terhadap kita. Maka perintah,
pilihan, penetapan dan perjanjian-Nya berlaku dari awal sampai akhir.
Salah satu
bentuk penetapan dan perjanjian yang diwartakan oleh bacaan hari ini ialah
perjanjian perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita. Dasar untuk perkawinan
ialah setiap pria dan wanita diciptakan dalam gambar dan rupa Allah sendiri.
Masing-masingnya dikaruniai kemampuan untuk memilih dan menyukai pilihan
cintanya pada lawan jenis yang tepat. Ini dapat terjadi berkat campur tangan
Tuhan. Makanya kita percaya bahwa jodoh pria dan wanita itu bergantung sekali
pada peran Tuhan yang menentukan.
Tuhan bertindak
melalui Gereja untuk menindaklanjuti penetapan Ilahi ini dengan melembagakan
perkawinan. Pria dan wanita yang sudah saling memilih, pada saat perjanjian
perkawinan, Gereja bertindak untuk
meresmikannya. Dengan tahap ini, ikatan yang sudah terbentuk sejak awal
disahkan di hadapan Allah dan dunia, dan harus dipertahankan sampai akhir
hayat. Penetapan Allah memang harus kekal.
Bagaimana
jika terjadi kegagalan dalam perkawinan? Seperti apa keadaannya kalau perkawinan
itu tidak sampai diputuskan oleh kematian? Itu adalah persoalan yang dihadapi
dulu oleh Musa terhadap orang-orang Israel yang menceraikan perkawinannya.
Persoalan ini turun sampai kepada orang-orang di zaman Yesus, dan seterusnya
sampai zaman kita.
Intinya,
perbuatan apa pun yang merusak dan membatalkan perjanjian perkawinan, menurut
Tuhan Yesus, adalah dosa percabulan. Ini tergolong dosa besar. Dosa ini jelas
menghapus keterikatan perjanjian awal dan akhir penetapan Tuhan itu. Ingkar
janji dengan Tuhan pada prinsipnya merupakan perbuatan manusia. Dosa ini sama
artinya dengan tidak menganggap Tuhan itu suci, yang membuat perkawinan suci
Lalu
bagaimana caranya merawat dan mempertahankan ikatan itu? Dalam terang Sabda
Tuhan pada hari ini, kita dituntut untuk selalu mempertahankan sebuah semangat
“memoria” atau mengingat bahwa Tuhan sudah berbuat amat baik kepada kita dalam
sejarah hidup setiap orang. Jadi kita harus dapat membalasnya dengan sangat
baik pula. Kita juga sangat dituntut untuk bertahan di dalam persekutuan.
Perpisahan dan perceraian hanya menyakitkan dan merusak kehidupan perkawinan
yang sudah dibangun dan diperlihara bersama. (Pastor Peter Tukan, SDB)
0 Komentar