Unordered List

6/recent/ticker-posts

Terikat Awal dan Akhir

 



 

Renungan kita pada hari ini bertema: Terikat Awal dan Akhir. Iman mengarahkan kita untuk kita terikat dari awal sampai akhir, yaitu suatu komitmen pertama kali dan sampai terakhir kali dengan Tuhan. Kita memiliki perjanjian dengan Tuhan. Tuhan itu abadi dan tak dapat berubah kehendak-Nya terhadap kita. Maka perintah, pilihan, penetapan dan perjanjian-Nya berlaku dari awal sampai akhir.

 

Salah satu bentuk penetapan dan perjanjian yang diwartakan oleh bacaan hari ini ialah perjanjian perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita. Dasar untuk perkawinan ialah setiap pria dan wanita diciptakan dalam gambar dan rupa Allah sendiri. Masing-masingnya dikaruniai kemampuan untuk memilih dan menyukai pilihan cintanya pada lawan jenis yang tepat. Ini dapat terjadi berkat campur tangan Tuhan. Makanya kita percaya bahwa jodoh pria dan wanita itu bergantung sekali pada peran Tuhan yang menentukan.

 

Tuhan bertindak melalui Gereja untuk menindaklanjuti penetapan Ilahi ini dengan melembagakan perkawinan. Pria dan wanita yang sudah saling memilih, pada saat perjanjian perkawinan, Gereja bertindak untuk meresmikannya. Dengan tahap ini, ikatan yang sudah terbentuk sejak awal disahkan di hadapan Allah dan dunia, dan harus dipertahankan sampai akhir hayat. Penetapan Allah memang harus kekal.

 

Bagaimana jika terjadi kegagalan dalam perkawinan? Seperti apa keadaannya kalau perkawinan itu tidak sampai diputuskan oleh kematian? Itu adalah persoalan yang dihadapi dulu oleh Musa terhadap orang-orang Israel yang menceraikan perkawinannya. Persoalan ini turun sampai kepada orang-orang di zaman Yesus, dan seterusnya sampai zaman kita.

 

Intinya, perbuatan apa pun yang merusak dan membatalkan perjanjian perkawinan, menurut Tuhan Yesus, adalah dosa percabulan. Ini tergolong dosa besar. Dosa ini jelas menghapus keterikatan perjanjian awal dan akhir penetapan Tuhan itu. Ingkar janji dengan Tuhan pada prinsipnya merupakan perbuatan manusia. Dosa ini sama artinya dengan tidak menganggap Tuhan itu suci, yang membuat perkawinan suci

 

Lalu bagaimana caranya merawat dan mempertahankan ikatan itu? Dalam terang Sabda Tuhan pada hari ini, kita dituntut untuk selalu mempertahankan sebuah semangat “memoria” atau mengingat bahwa Tuhan sudah berbuat amat baik kepada kita dalam sejarah hidup setiap orang. Jadi kita harus dapat membalasnya dengan sangat baik pula. Kita juga sangat dituntut untuk bertahan di dalam persekutuan. Perpisahan dan perceraian hanya menyakitkan dan merusak kehidupan perkawinan yang sudah dibangun dan diperlihara bersama. (Pastor Peter Tukan, SDB)

Posting Komentar

0 Komentar