Unordered List

6/recent/ticker-posts

Memaknai Gelar Maria

 

(Bunda Maria Sebagai Tabut Perjanjian)

Sumber: www.wikipedia.org

Ketika bertemu dan berdiskusi dengan salah seorang teman, yang dulunya beragama Kristen Protestan dan kini memeluk agama Katolik, ia melontarkan sebuah pertanyaan penting. Mengapa dalam Gereja Katolik, Bunda Maria menjadi perhatian penting  oleh umat Katolik? Secara sederhana, saya menjawab bahwa kalau saya mengenal Yesus maka saya juga harus mengenal Ibu-Nya. Maria berperan penting dalam karya keselamatan. Bisa dibayangkan bila Bunda Maria menolak tawaran dari Allah melalui malaikat Gabriel untuk menjadi Ibu Tuhan? Apabila ia menolak tawaran itu maka peristiwa inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia tidak akan terlaksana. Tetapi dari “Fiat Voluntas Tua” kita meyakini bahwa Bunda Maria membiarkan diri untuk dikuasai Roh Kudus agar jalan kehadiran sang Mesias itu bisa terlaksana.

 

Peran Maria dalam karya keselamatan merupakan sebuah peran yang strategis. Karena begitu banyak peran Bunda  Maria untuk dunia maka Gereja Katolik melalui dogma, menetapkan beberapa hari raya penting untuk memberikan penghormatan kepada Bunda Maria. Kepada Bunda Maria, juga diberi gelar berdasarkan perannya.  Beberapa sumber mengatakan bahwa ada 117 gelar yang diberikan pada Bunda Maria. Beberapa gelar yang kita tahu dalam litani para kudus, salah satunya adalah gelar  Bunda Maria yang disebutkan adalah “sebagai Tabut Perjanjian Allah.” Gelar Maria sebagai Tabut Perjanjian ini mengingatkan kita akan Perjanjian Lama di mana umat Israel selalu membawa ke mana-mana  Tabut Perjanjian sebagai tanda kehadiran Allah.

 

Apa isi dari Tabut Perjanjian itu? Dalam Tabut Perjanjian itu, berisi tongkat Harun, Manna dan dua loh batu. Maria mengandung Sabda Allah dan di dalam Sabda Allah itu memuat perintah-perintah Allah. Ada sepuluh perintah Allah dan juga lima perintah Gereja. Sepuluh perintah Allah itu diterima oleh Musa di Gunung Sinai dalam bentuk dua loh batu. Perintah-perintah itu kalau dimaknai secara mendalam, bukan memberikan sebuah aturan (perintah) yang membatasi ruang pergerakan manusia tetapi dalam terang iman, perintah-perintah  itu memberikan kebebasan sejati dalam mengikuti aturan untuk berbuat baik.

 

Maria tidak membawa roti manna tetapi ia mengandung Yesus Kristus yang adalah roti hidup. Kita tahu bahwa dalam pengembaraan umat Israel di padang gurun selama empat puluh tahun, roti manna memberikan kekuatan jasmani bagi mereka untuk bisa bertahan dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Sementara itu dalam Perjanjian Baru, kita menerima Yesus sebagai “Roti Hidup” yang memberikan kekuatan rohani kepada kita. Jika roti manna itu memberikan kekenyangan sesaat hanya untuk bertahan dalam pengembaraan, tetapi Yesus yang telah menyerahkan diri sebagai roti hidup bagi kita yang percaya dan menerima-Nya. Maria adalah orang pertama yang menerima komuni kudus karena ia mengandung Yesus sebagai “Roti Hidup” yang menyelamatkan.

 

Bunda Maria tidak membawa  tongkat Harun tetapi Ia mengandung Imam Agung. Maria mengambil bagian dalam tugas pengantaraan Kristus yang memerintah dengan tongkat kegembalaan-Nya. Tongkat Imam Agung itulah yang menuntun kita dalam ziarah hidup ini. Pada bulan rosario ini, kita diajak untuk mengenal lebih jauh tentang siapa itu Bunda Maria di balik gelar-gelar yang diberikan oleh Gereja padanya. Memaknai gelar-gelar Bunda Maria, berarti kita memaknai peran dan keterlibatannya dalam penyelamatan manusia.***(Valery Kopong) Bagian 1, bersambung......  

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar