Unordered List

6/recent/ticker-posts

Tantangan Menjadi Seorang Pemimpin

James Milton Black, penulis himne Kristen sekalius editor terkenal di Amerika serikat mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang mampu meyakinkan orang lain yang bersedia bekerja di bawah arahannya dalam kesatuan tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kata kemampuan dan meyakinkan mengarah pada suatu pemahaman yang baik dan benar. Oleh karena itu sebagai pemimpin harus mampu meyakinkan seseorang atau suatu kelompok.

Pemimpin dan kepemimpannya selalu menggambarkan dua sisi mata uang yang dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan dan terpisahkan. Debat tentang pemimpin dan kepemimpinan sering bersumber dari hasil yang tampak dari seorang yang disebut pemimpin karena kepemimpinannya masuk dalam kategori masalah. Untuk mengukur keberhasilan seorang pemimpin, ada 3 indikator utama yang dapat kita uraiakan di dalam tulisan ini, yakni Kepemimpinan, Organisasi dan Administrasi

Dari aspek kepemimpinan, kita dapat melihat secara langsung bagaimana seorang pemimpin mengayomi seluruh anak buahnya. Visi dan Misi kepemimpinannya akan teruji melalui subyek uji yang baik tanpa memilah  latar belakang orang tersebut, menguntungkan secara bisnis atau tidak secara personal. Kepemimpinan seseorang akan terlihat bukan saat ia dipuji dan dipuja tetapi saat ia dikritik habis oleh bawahannya karena suatu substansi kebenaran yang nyata. Kita memang sudah sangat sering terbiasa, jika seseorang atau banyak orang memuji kita atau sekedar memuji kita, padahal hasil kepemimpinan kita jeblok tak berujung. Karena mentalitas memuji begitu kuat pada akhirnya kita lupa diri untuk menata Kembali kepemimpinan kita, karena kita sudah dan selalu terbiasa “makan puji(an)” dengan kualitas kepemimpinan seadanya apalagi dengan mutu kepemimpinan yang tak konsisten karena kita juga memainkan suatu kepentingan untuk sesuatu atau beberapa hal secara ekonomis dan mungkin saja politis.

Kepemimpinan seseorang adalah inheren dalam dirinya sejak lahir sehingga bakat dan talenta kepemimpinan itu harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Memang tak mudah menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan sejak berinteraksi dengan sesama namun tak ada alasan untuk meyerah kalau  kita terus menerus menata kepemimpinan menjadi lebih baik dalam putaran waktu. Mungkin hari ini kita gagal, tetapi esok atau lusa belum tentu gagal. Kegagalan hanya milik mereka yang tak dapat menolehkan mata hatinya untuk mempersembahkan yang terbaik dalam dirinya, untuk dirinya sendiri, untuk orang lain dan untuk Tuhan.

Kepemimpinan yang bertumbuh dan berkembang tentu saja dapat “ menjalari” seluruh bawahan yang dipimpinnya dalam corak demokrasi paling sederhana : mendengarkan orang lain – menganalisa tujuan, memetakan target dan mengimplementasikan target itu secara bersama-sama. Hasil yang baik memang sering lama dalam proses dan tidak lahir dari suatu proses instan melainkan terproses dalam putaran waktu oleh subyek yang ikut berproses dalam proses itu. Sifat dan bentuk Kepemimpinan demokratis harus dapat dipertanggungjawabkan, diukur secara standar dan membias dalam kehidupan orang lain. Banyak orang memiliki karisma kepemimpinan, tetapi karisma itu hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri karena terlandaskan pada aspek kepentingan. Karena berlandaskan pada kepentingan maka nilai-nilai yang hendak digapai menjadi sekunder dalam target akibat tertutup kepentingan semu yang menjadi alasan primer di balik sebuah pergerakan.

Dari Aspek organisatoris, seorang pemimpin dan kepemimpinannya selalu menunjuk pada adanya penataan organisasi secara bijak dalam skala lokal maupun nasional dan internasional. Dalam ke tiga skala di atas, terutama jika kita mengalihkan fokus kajian pada kepemimpinan skala lokal, maka harus kita akui betapa sulitnya memperoleh pemimpin dan kepemimpinan yang berwatak organisatoris. Riuh rendah teriakan, protes, saran dan kritik bawahan dalam suatu organisasi sudah tak asing lagi menghiasi media cetak maupun digital. Protes, kritik dan saran selalu mengisyaratkan bukan hanya ketakpuasan akan hasil melainkan ketidakjelasan dalam mengelola organisasi dan hasil terbaik yang dapat dinikmati setiap orang dalam pengembangan organisasi tersebut.

Akibat dari manajemen organisasi yang tak demokratis kaena berpijak semata mata pada soal uang alias anggaran atau dana maka proses terkesan berjalan seiring dalam bisik-bisik sampai teriakan slogan dan semboyan patriotik yang membahana di ruang publik tetapi tidak selalu seirama dalam hasil akhir.

Penataan organisasi yang baik selalu dapat memperlihatkan potret pemimpin dan kepemimpinannya. Cara seorang pemimpin membidik hasil akhir dan kemudian menjalani proses haruslah bertujuan mendapatkan hasil maksimal. Caranya menetapkan visi dan misi secara praktis dan praksis dengan mempertimbangkan lingkungan dan manfaat komunal dalam organisasi  itu menjadi potret kesanggupan dan kecerdasan intelektual seorang pemimpin. Visi dan misi yang dtetapkan tidak sekedar logis di atas kertas melainkan berdaya guna dalam praksisnya. Realisasi visi dan misi secara praktis dan praksis selalu menggandeng dua sudut pergerakan seorang pemimpin dan kepemimpinannya yaitu : sanggup membaca konteks dan meyesuaikannya ke teks dan membaca teks untuk diterapkan dalam konteks.

Dari aspek Administratif

Di mana-mana pertanyaan dan pernyataan tentang administrasi menjadi begitu lumrah di setiap pengurusan secara personal maupun kolektif. Dahulu, hal administrasi senantiasa dikaitkan dengan data faktual yuridis yang dapat terbaca secara manual misalnya akte kelahiran, sertifikat tanah dan sebagainya. Di era digital saat ini, hampir 98 % data telah terekam dan dikonversikan secara digital dalam platform web sehingga dapat diakses terbatas atau bebas oleh siapa saja atau pihak-pihak yang telah direkomendasikan karena kompetensinya.

Administrasi dan penataannya, baik secara manual maupun digital selalu menunjuk pada fakta yang terekam dalam data. Jadi data dan fakta adalah dua dimensi yang terikat kuat dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Data inilah yang kita sebut sebagai administrasi. Administrasi selalu dikaitkan dengan pemimpin dan kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang memiliki administrasi yang baik biasanya memperlihatkan tiga hal : akurat – obyektif dan mengandung kebenaran. Lay out dan kerapian administrasi begitu tergantung dari skill / ketrampilan  seorang pemimpin dan bawahnnya mendesain dan mengelola administrasi tersebut.

Seorang pemimpin yang hebat tidak datang dari proses yang instan melainkan terproses dari subyek uji, obyek atau alat uji, metode uji, medan uji, waktu uji – cara uji yang baik sehingga pemimpin dan kepemimpinanya berproses dan terproses dari dan di dalam putaran waktu. Seorang pemimpin yang hebat tidak menyerah hanya karena suatu tantangan dan hambatan melainkan menempatkan dirinya dalam hambatan itu lalu melihat peluang dan mengolahnya menjadi harapan untuk membangun organisasi dan administrasi yang baik.

Pemimpin - organisasasi dan administrasi adalah 3 bagian dari satu tali yang terurai panjang namun memiliki ujung yang sama. Pemimpin hebat akan selalu memperlihatkan organisasi yang baik dengan penataan administrasi yang baik pula. Kemampuan seorang pemimpin akan terlihat dari organisasi yang dipimpinnya dan bagaimana ia menyelenggarakan tata kelola administrasi secara praktis dan terkait dengan asas manfaat yang komunal dalam pergerakan kolektif sesuai visi dan misi yang ditetapkan. Pemimpin – Organisasi dan Administrasi bukanlah mitos melainkan fakta yang menunjukkan realitas kausalitas di dalam ziarah keseharian hidup kita dan orang lain yang kita jumpai dan menjumpai kita. Akhirnya jangan hanya bangkit dari suatu kejatuhan melainkan segera

lah bergerak menggapai mimpimu sebagai seorang pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan dengan ketegasan prinsip namun lembut dalam cara. (Beny Fanumby)



Posting Komentar

0 Komentar