Larantuka , Gagas Indonesia Satu. com
Edy Tjoa salah satu
peserta Munas II Sahabat Mgr. Gabriel Manek yang berlangsung di Larantuka (5 –
7 November 2021 lalu, mengalami mujizat
kesembuhan dari sakit stroke yang ia alami setelah berdoa disamping jenazsah
Mgr. Gabriel Manek, SVD . Edy yang datang dari Surabaya dengan menggunakan tongkat itu pulang tanpa
tongkat setelah tiga kali berdoa mohon
kesembuhan disamping jenazah Almarhum
Mgr. Gabriel Manek atas sakitnya.
Sebagaimana
disaksikan media ini, Edy yang datang dari Surabaya dan dijemput bersama
rombongan peserta Munas II SMGM di pelabuhan Fery Waibalun Jumat, (5/11) pukul 10.00 Wita, terlihat mengenakan tongkat
untuk menopang tubuhnya ketika berjalan.
Malam pertama di Larantuka ia meminta suster pemimpin umum untuk berkenan
membukakan pintu ruangan tempat jenazah
Uskup Gabriel Manek, SVD di letakan.
Setelah hari pertama berdoa disamping jenazah Mgr. Gabriel Manek, Edy tidak lagi terlihat menggunakan tongkat
untuk menyanggah tubuhnya karena stroke yang dideritanya. Ia dengan semangat
mengikuti kegiatan Munas II SMGM tanpa tongkat di tangannya.
Edy mengaku sudah punya keyakinan bahwa ketika dirinya ke
Larantuka dan berdoa di depan peti jenazah Uskup Mgr. Gabriel Manek , maka
dirinya yakni bisa berjalan normal saat
kembali dari Larantuka. Merasa sudah bisa berjalan Edy pun memutuskan untuk
membuang tongkatnya do tong sampah .
Berikut kesaksian
Edy Tjoa melalui grup WhatsApp yang diturunkan secara utuh;
Mujizat itu nyata
Munas adalah impian
banyak sahabat untuk bisa mengikutinya, khususnya saya. Apalagi tempatnya di Larantuka, tempat Mgr.
Gabriel Manek SVD disemayamkan jenazahnya di Kapela.
Tapi kondisi yang
saya alami, dimana karena pernah stroke dan saat ini kaki kiri saya tidak kuat
dan tidak bisa untuk jalan normal, walaupun bisa jalan dan dibantu tongkat
supaya lancar dan kuat jalannya.
Saya tidak dapat
ijin oleh istri dan anak-anak ke Larantuka
karena sebelumnya, saya ke Solo selama tiga hari, pulangnya saya drop selama sehari, jadi
keluarga takut karena pasti di Larantuka saya pasti lebih banyak kegiatan yg
bisa membuat saya drop. Itu yang ditakutkan.
Saya ikuti saja
kemauan keluarga, untuk tidak ikut ke Larantuka, tapi saya katakan bahwa saya harus
selesaikan semua pekerjaan, sambil berharap bisa ke Larantuka.
Singkatnya, saya diijinkan ke Larantuka dan ditemani istri. Saya berusaha ke sana dan memakai tongkat, walau berjalan dengan sedikit sulit.
Ketika di Larantuka, malam pertama, saya
berdoa di depan kaca Bapak Uskup minta kesembuhan. Malamnya saya diijinkan
suster PU untuk masuk berdoa di dalam.
Disamping peti jenazah, say berdoa mohon kesembuhan. Selama ini, untuk duduk jongkok saja saya sangat susah, apalagi berlari. Bahkan ketika mau jongkok mengalami kesakitan, dan berdiri juga dengan susah.
Malam kedua saya juga diizinkan masuk untuk
berdoa disamping peti jenazah.
Sore ketiga saya juga bisa masuk dan berdoa . Selesai berdoa, saya ke depan Sakristi berlutut untuk berdoa, dan ketika selesai, saya coba berdiri. Ternyata Puji Tuhan, saya bisa berdiri.
Lalu saya keluar dan coba jongkok berdiri
selama tiga kali, ternyata saya bisa.
Saya coba berlari, dan bisa juga. Tongkat deh saya buang. Saya naik kapal sekarang tanpa tongkat dan saya bisa berjalan dgn baik. Puji Tuhan Terima Kasih Bapak Uskup Gabriel Manek.
Terima kasih Tuhan untuk kesembuhan yang saya
alami . @@@
0 Komentar