KEPALA Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Pendidikan Kec. Witihama (2006
– 2011), Thomas Tuwa Rian mengatakan guru
ketika menjalankan tugas pelayanan harus lebih fokus untuk memperhatikan menanamkan
budi pekerti yang baik terhadap anak sehingga diharapkan karakter mereka semakin baik. Ia mengakui guru saat
ini memiliki tanggungjawab yang sangat
berat seiring dengan kemajuan berbagai
bidang termasuk teknologi informasi. Dari semua kenyataan yang dihadapi
masyarakat umum saat ini, mau tidak mau guru
harus komitmen memberikan perhatian anak didik dalam menumbuhkan budi pekerti.
‘’Perkembangan ilmu dan teknologi makin pesat tentu
sangat berpengaruh tumbuh - kembangnya
anak. Untuk itu guru diharapkan terus memberikan perhatian soal budi pekerti
sehingga mereka memiliki pemahaman tentang budi pekerti, karena
ditengarai tentang budi pekerti selama ini kurang mendapat perhatian, di tengah
pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi,’’ kata Thomas Tuwa Rian, kepada Gagas Indonesiasatu.com,
Kamis ( 11 November 2021) melalui jaringan
telepon seluler.
Kepala SD Inpres Bunga Lawan
( 1999-2002), Adonara Timur, Flores Timur ini mengatakan
guru – guru yang bertugas pada era tahun 1970an memiliki
tanggungjawab berbeda dengan yang dihadapi guru saat ini. Ia menilai guru –
guru masa lalu lebih memiliki semangat dan bertanggungjawab lebih tinggi sementara guru kini lebih “dimanja’ dengan berbagai kemajuan pengetahuan dan teknologi sehingga menyebabkan lebih menitikberatkan pada aspek pengetahuan
dari pada budi pekerti anak.
Guru kelahiran Honihama yang pernah bertugas di SD Negeri
Lohayong, ( 1977 – 1991) Solor, Kab. Flores Timur ini
mengaku perkembangan ilmu teknologi membawa positip dan negatif bagi anak dalam hubungan budi perkerti atau karakter
yang kurang baik. Oleh karena itu pendampingan peserta didik di tengah
penggunaan alat komunikasi seperti handphone mutlak diperlukan. Pendidikan di sekolah bukan hanya aspek
kognitif saja tetapi berhubungan karakter atau budi pekerti anak itu sendiri.
‘’Semangat guru harus dijalankan dengan tanggungjawab, apalagi derasnya
informasi yang bisa mempengaruhi karakter
anak atau peserta didik,’’ katanya.
Sementara itu Gabriel Gawe Lela, pensiunan guru asal Desa
Riangduli memiliki pendapat yang lain bahwa guru saat ini sebaiknya jangan
diberi beban tugas yang banyak misalnya menyiapkan RPP. Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan
Mas Menteri Pendidikan dan kebudayaan Ristek, Nadim Makarim yang membolehkan
menulis RPP cukup satu halaman. Administrasi yang banyak diminta kepala sekolah
membuat guru semakin tidak siap karena
banyak waktu untuk menulis atau mengetik RPP
sehingga tidak ada waktu cukup menyiapkan materi pelajaran untuk peserta
didik.
Persatuan Guru
Republik Indonesia Flores Timur menurut rencana akan menggelar Hari Guru Nasional (HGN) dipusatkan di
Witihama pada 25 November yang akan datang. Semua pihak berharap pendidikan di
Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
umumnya semakin menunjukan perkembangan yang semakin maju. Artinya paradigm pendidikan
bukan hanya mengutamakan aspek kognitif anak juga aspek karakter yang semakin baik.
***( Konrad R. Mangu)
0 Komentar