Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kisah Para Tenaga Kesehatan: Bertaruh Nyawa Demi Nyawa yang Lain

 



Larantuka, Gagas Indonesia  Satu

Kisah mendebarkan tenaga kesehatan (Nakes) di Kabupaten Flores Timur mengarungi ganasnya gelombang laut ketika merujuk pasien dari pulau,  ke satu-satunya rumah sakit rujukan di Larantuka,  mengingatkan kita pada kisah Ibu Rabiah  dalam film dokumenter Suster Apung  karya Arfan Sabran, yang kemudian diteribitkan juga dalam bentuk novel. Atau juga  Novel Wijaya Kusuma dari Kamar Nomor Tiga,  Karya Novelis, Maria Matildis Banda yang merekam dengan jujur pengabdian paramedis di Nusa Tenggara Timur.

Kisah dalam kedua novel  tersebut tidak hanya ceritera  rekaan semata para penulisnya, tapi bertolak dari fakta lapangan, bagimana para pekerja kesehatan berjuang di tengah minimya fasilitas kesehatan. Mereka bertaruh nyawa untuk menyelamatkan nyawa yang lain.  

Meski begitu, terkadang mereka mendapat umpatan dari pasien dan keluarganya yang tak puas dengan layanan yang diberikan. Sekalipun mereka tahu betul, bahwa layanan yang buruk, juga karena   minimnya fasilitas pendukung.  Tak sedikit pun terbersit dalam pikiran,  bahwa Nakes juga punya keluarga yang gelisah menanti kehadiran mereka kembali di  rumah dalam keadaan  selamat. Apalagi, mengantar pasien rujukan itu di saat kondisi alam sedang tidak bersahabat. Tidak masalah bila rujukan itu saat musim kering Maret – November. Karena direntang bulan ini laut lebih bersahabat, meski terkadang juga ada angin besar. Namun  mendebarkan bila  dimusim gelomabang laut mengganas yang biasanya berlangsung di bulan Desember hingga awal Maret. Merujuk pasien dimusim ini, nyali Nakes pun ciut juga. Pelaut ulung sekalipun tentu menyebrang dengan penuh perhitungan dan was-was, apalgi tenaga Nakes yang keseharin hidup mereka identik dengan jarum suntik dan obat-obatan. Tapi, apa mau dikata, banyak orang memandang itu  sebagai resiko profesi yang adalah pejuang nyawa dan sahabat perempuan sekaligus menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan.

Dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Flores Timur,  dan dihadiri semua stakeholder di tahun 2016 silam, banyak kisah miris perjuangan para medis Flores Timur  terungkap. Satu diantaranya adalah perjuangan mereka ketika merujuk pasien dari Pulau Solor dan Adonara ke rumah sakit rujukan yang berpusat di Larantuka. 

Bagi mereka, bukanlah masalah bila alam selalu bersahabat. Namun tidak demikian ketika gelombang laut mengganas diantara bulan Desember hingga Maret. Sebagai manusia, nyali para medis juga ciut menghadapi gempuran gelombang laut selat gonzalu  ketika merujuk pasien. Apalagi fasilitas keselamatan kapal terbatas.

Kesulitan yang dihadapi para tenaga medis ini sudah berulangkali disampaikan kepada pengambil kebijakan agar mengambil langkah konkrit dalam  mengatasi persoalan ini.

Bidan Ida, salah seorang pekerja kesehatan yang berdinas di Pulau Solor, bahkan meminta agar pemerintah memikirkan keselamatan petugas kesehatan saat melakukan rujukan dengan mengadakan pelampung untuk para medis. Hal ini penting untuk dikenakan petugas ketika merujuk pasien di kala gelombang laut mengganas. Apalagi, tambah bidan Ida, kondisi transportasi laut yang ada jauh dari standar keselamatan sehingga sangat tidak nyaman untuk pasien dan petugas kesehatan. 

“Terkadang pasien ibu hamil yang dirujuk melahirkan di atas kapal penumpang. Kondisi semacam ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk memikirkan secara serius,” ujar Bidan Ida dengan nada suara yang tinggi. 

Terhadap permintaan Bidan Ida, Bupati Flores Timur kala itu, Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos menyampaikan permintaan pengadaan pelampung untuk bidan,  tidak bisa dipenuhi karena itu merupakan bagian dari kelengkapan kapal. “Agak sulit bila kita membuat pengadaan pelampung terpisah dari pengadaan kapal. Karena ini akan sulit dipertanggung jawabkan,” jelas Herin.

Sayang, hingga pemimpin Flores Timur berganti daro periode ke periode, harapan bidan Ida dan para Nakes lainnya, belum bisa dipenuhi pemerintah karena minimnya anggaran daerah.

Ambulans Laut Solusi Rujukan Cepat

Permintaan Bidan Ida dalam seminar yang digelar IBI Flores Timur di Aula OMK 2006 silam, bisa saja lepas dari ingatan pemerintah Flores Timur dan semua yang hadir memenuhi ruang aula OMK. Namun tidak demikian bagi Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) yang ikut hadir kala itu.

 

Permintaan Bidan Ida ini memantik YKS untuk terus berjuang memenuhi harapan bidan Ida dan para Nakes lainnya yang bekerja di wilayah kepulauan.  Setelah 15 tahun lamanya menanti, kini bidan ida dan tenaga medis lainnya boleh berlega hati ketika YKS yang konsen memgembangkan program penedekatan layanan  kesehatan dengan menggunakam sarana transportasi menghadirkan Ambulans Laut yang akan melayani rujukan cepat antar pulau.

Ambulans Laut ini dilengkapi dengan fasilitas kesehatan standar yang memungkinkan pasien rujukan merasa nyaman selama perjalan. Kehadiran Ambulan Laut ini juga memangkas  waktu  tempuh agar pasien rujukan terutama yang  emergensi lebih cepat mendapat penanganan medis  untuk menekan angka kematian akibat terlambat mendapatkan penanganan medis.

Kehadiran Ambulans Laut merupakan kerja sama YKS dengan Kedutaan Jepang, dan didasari atas fakta tentang kondisi geografis Kabupaten Flores Timur, yang merupakan Kabupaten Kepulauan. Sementara di sisi lain,  sarana transportasi laut  yang dapat melayani rujukan cepat dari wilayah kepulauan ke satu-satunya rumah sakit rujukan daerah yang berada di ibukota Kabupaten belum ada. Lebih dari itu, kasus rujukan tergolong tinggi. Pada tahun 2019 lalu misalnya, jumlah rujukan dari 11 wilayah kecamatan yang ada di Pulau Adonara dan Solor mencapai 4.280 kasus. Alasan lain kehadiran Ambulans Laut adalah kejadian ibu melahirkan di atas kapal dengan fasilitas seadanya diantara para penumpang.

Sebelum hadirnya Ambulans Laut, pasien yang membutuhkan rujukan cepat, harus dengan kapal motor yang juga melayani penumpang umum. Karena itu jam keberangkatan tidak bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kondisi inilah yang terkadang membuat ibu hamil yang dirujuk, melahirkan di atas kapal dengan fasilitas seadanya, dan diantara penumpang kapal yang berdesakan. Bila keadaanya seperti ini, maka yang  bisa dilakukan adalah dengan membentangkan kain sebagi penyekat agar sang ibu bisa melahirkan dengan sedikit lebih nyaman, meski dalam ketidak nyamanan. Bahkan dalam kasus-kasus emergensi, terkadang terjadi kematian di atas kapal, karena transportasi laut yang digunakan kalah cepat menggapai rumah sakit rujukan untuk ditangani dengan segera.

DATA KASUS RUJUKAN 

TAHUN 2019

NO

NAMA PUSKESMAS

JUMLAH

RUJUKAN

1

WAIWADAN

434

2

SAGU

155

3

LITE

265

4

LAMBUNGA

435

5

WITIHAMA

539

6

ILEBOLENG

568

7

WAIWERANG

1.089

8

BANIONA

274

9

MENANGA

103

10

KALIKE

293

11

RITAEBANG

125

TOTAL

4.280

                          Sumber data : Dinkes Flotim

 

Kolaborasi Bersama 2H2 Center

Dalam mengoperasikan Ambulans Laut untuk pelayanan rujukan cepat antar pulau dengan rumah sakit rujukan di Larantuka, YKS bermitra dengan  2H2 center Dinas Kesehatan Flores Timur untuk melayani setiap pasien rujukan dengan alur pelayanan sebagai berikut :

§  Petugas kesehatan puskesmas menghubungi penanggung jawab ambulance laut di kabupaten.

§  Penanggung jawab kabupaten meneruskan pesan ke juru mudi dan crew ambulance laut untuk segera menjemput pasien.

§  Pasien rujukan mempersiapkan semua administrasi yang dibutuhkan (surat rujukan dokter FKTP tempat rawat, jaminan kesehatan, dll).

§  Ambulance  laut  dikirim ke  titik labuh terdekat  dengan keberadaan pasien.

§  Pasien dijemput dan dibawa ke pelabuhan dimana rumah sakit rujukan berada.

§  Operator Ambulans Laut mengrim pesan  kepada sopir mobil ambulans untuk standby di pelabuhan yang akan menjadi titik labuh Ambulans Laut.

§  Mobil Ambulans yang sudah standby membawa pasien ke rumah sakit rujukan saat Ambulan Laut merapat di dermaga.

§  Petugas di IGD mengambil tindakan medis untuk menangani pasien rujukan.

 

Dari Ambulans Motor hingga Ambulans Laut

Kiprah YKS dalam mendekatkan akses layanan kesehatan kepada masyarakat dimulai sejak pertengahan tahun 2002 dengan mengembangkan Program Manajemen Kerusakan Minimum Sepeda Motor untuk pelayanan kesehatan di pedesaan Flores Timur atau lebih dikenal dengan Ambulans Motor. Sejumlah armada sepeda motor dioperasikan untuk memfasilitasi petugas kesehatan mendekatkan layanan kepada masyarakat dan berjalan sukses saat ini.

Dalam perjalanan program, YKS juga melihat banyak puskesmas  memiliki armada mobil Ambulans yang terbatas. Setiap Puskesmas hanya memiliki satu unit mobil Ambulans. Itu pun ada yang kondisinya sangat memprihatinkan karena sudah termakan usia. Persoalan ini sering menjadi keluhan masyarakat, ketika membutuhkan mobil ambulans untuk mengantar pasien  rujukan ke pelabuhan yang menjadi titik penyebrangan menuju rumah sakit rujukan.

“Disini kami sering menghadapi keluarga pasien yang ngamuk manakala ada pasien yang membutuhkan rujukan cepat, tapi mobil Ambulans yang ada sedang dipakai untuk pelayanan pasien lainnya termasuk melayani rujukan. Karena jarak antara puskesmas dengan pelabuhan yang relatif jauh sehingga keluarga pasien harus  menunggu lama,” jelas Ansel Demon, Kepala Puskesmas Lite, Kecamatan Adonara Tengah.

Apa yang dirasakan Ansel, juga dirasakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas lainnya. Karena itu    tahun 2019 YKS membuat pengadaan tiga unit Mobil Ambulans untuk tiga Puskesmas yakni Puskesmas Waiwadan, Puskesmas Lite dan Puskesma Baniona. Selain tiga unit Mobil Ambulans, terdapat juga 15 unit sepeda motor Honda CRF 150 untuk meregenerasi sepeda motor yang dioperasikan sebelumnya guna melayani masyarakat di  lima kecamatan yakni, Solor Barat, Wotan Ulumado, Adonara Tengah, Adonara Barat dan Lewo Lema.

Adapun bantuan 15 unit motor tersebut, selain merupakan dukungan dari Kedutaan Jepang, tapi juga Overland Magazine melalui Motorcycle Outreach Inggris dan Shell Adavance.

Lembaga lain yang  pernah memberikan dukungan  yang sama dalam  implementasi Program Ambulans Motor antara lain, Millennium Rider, Triumph Tiger Forum, Astra International, AusAid melaui program AIPMNH dan Riders for Health Inggris, RideAid Australia, dan sejumlah organisasi penggemar sepeda motor dari luar negeri seperti Abate of Indiana, Abate of Alaska, Abate of Ilinois, Suburban Captain Raide, dan In Memory of Ethan Filosof Captain  Ride.

Untuk mendukung Program Penjangkauan Layanan Kesehatan dengan menggunakan sarana transportasi ini, YKS mendirikan juga sebuah bengkel yang menjadi pusat pemeliharaan semua kendaraan yang dioperasikan untuk pelayanan kesehatan di lapangan. Selain, bengkel motor ini  juga dibuka untuk umum. Dana yang didapat dari usaha ini digunakan juga untuk biaya operasional program.

Meski  income bengkel belum bisa menutupi keseluruhan biaya program, namun dapat membantu program ini tetap eksis untuk melayani masyarakat.   (mans balawala)

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar