Kisah
mendebarkan tenaga kesehatan (Nakes) di Kabupaten Flores Timur mengarungi ganasnya
gelombang laut ketika merujuk pasien dari pulau, ke satu-satunya rumah sakit rujukan di
Larantuka, mengingatkan kita pada kisah
Ibu Rabiah dalam film dokumenter Suster
Apung karya
Arfan Sabran, yang kemudian diteribitkan juga dalam bentuk novel. Atau
juga Novel
Wijaya Kusuma dari Kamar Nomor Tiga,
Karya Novelis, Maria Matildis Banda yang merekam dengan jujur pengabdian
paramedis di Nusa Tenggara Timur.
Kisah dalam
kedua novel tersebut tidak hanya
ceritera rekaan semata para penulisnya,
tapi bertolak dari fakta lapangan, bagimana para pekerja kesehatan berjuang di tengah
minimya fasilitas kesehatan. Mereka bertaruh nyawa untuk menyelamatkan nyawa
yang lain.
Meski begitu,
terkadang mereka mendapat umpatan dari pasien dan keluarganya yang tak puas
dengan layanan yang diberikan. Sekalipun mereka tahu betul, bahwa layanan yang
buruk, juga karena minimnya fasilitas pendukung.
Tak sedikit pun terbersit dalam pikiran,
bahwa Nakes juga punya keluarga yang
gelisah menanti kehadiran mereka kembali di
rumah dalam keadaan selamat.
Apalagi, mengantar pasien rujukan itu di saat kondisi alam sedang tidak
bersahabat. Tidak masalah bila rujukan itu saat musim kering Maret – November.
Karena direntang bulan ini laut lebih bersahabat, meski terkadang juga ada
angin besar. Namun mendebarkan bila dimusim gelomabang laut mengganas yang biasanya
berlangsung di bulan Desember hingga awal Maret. Merujuk pasien dimusim ini,
nyali Nakes pun ciut juga. Pelaut ulung sekalipun tentu menyebrang dengan penuh
perhitungan dan was-was, apalgi tenaga Nakes yang keseharin hidup mereka
identik dengan jarum suntik dan obat-obatan. Tapi, apa mau dikata, banyak orang
memandang itu sebagai resiko profesi yang
adalah pejuang nyawa dan sahabat perempuan sekaligus menjadi garda terdepan
dalam memberikan layanan kesehatan.
Dalam sebuah
seminar yang diselenggarakan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Flores Timur, dan dihadiri semua stakeholder di tahun 2016
silam, banyak kisah miris perjuangan para medis Flores Timur terungkap. Satu diantaranya adalah perjuangan
mereka ketika merujuk pasien dari Pulau Solor dan Adonara ke rumah sakit
rujukan yang berpusat di Larantuka.
Bagi mereka,
bukanlah masalah bila alam selalu bersahabat. Namun tidak demikian ketika
gelombang laut mengganas diantara bulan Desember hingga Maret. Sebagai manusia,
nyali para medis juga ciut menghadapi gempuran gelombang laut selat gonzalu ketika merujuk pasien. Apalagi fasilitas
keselamatan kapal terbatas.
Kesulitan yang
dihadapi para tenaga medis ini sudah berulangkali disampaikan kepada pengambil
kebijakan agar mengambil langkah konkrit dalam
mengatasi persoalan ini.
Bidan Ida,
salah seorang pekerja kesehatan yang berdinas di Pulau Solor, bahkan meminta
agar pemerintah memikirkan keselamatan petugas kesehatan saat melakukan rujukan
dengan mengadakan pelampung untuk para medis. Hal ini penting untuk dikenakan
petugas ketika merujuk pasien di kala gelombang laut mengganas. Apalagi, tambah
bidan Ida, kondisi transportasi laut yang ada jauh dari standar keselamatan
sehingga sangat tidak nyaman untuk pasien dan petugas kesehatan.
“Terkadang
pasien ibu hamil yang dirujuk melahirkan di atas kapal penumpang. Kondisi
semacam ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk memikirkan secara
serius,” ujar Bidan Ida dengan nada suara yang tinggi.
Terhadap
permintaan Bidan Ida, Bupati Flores Timur kala itu, Yoseph Lagadoni Herin,
S.Sos menyampaikan permintaan pengadaan pelampung untuk bidan, tidak bisa dipenuhi karena itu merupakan
bagian dari kelengkapan kapal. “Agak sulit bila kita membuat pengadaan
pelampung terpisah dari pengadaan kapal. Karena ini akan sulit dipertanggung
jawabkan,” jelas Herin.
Sayang, hingga
pemimpin Flores Timur berganti daro periode ke periode, harapan bidan Ida dan
para Nakes lainnya, belum bisa dipenuhi pemerintah karena minimnya anggaran
daerah.
Ambulans Laut Solusi Rujukan Cepat
Permintaan
Bidan Ida dalam seminar yang digelar IBI Flores Timur di Aula OMK 2006 silam,
bisa saja lepas dari ingatan pemerintah Flores Timur dan semua yang hadir
memenuhi ruang aula OMK. Namun tidak demikian bagi Yayasan Kesehatan untuk
Semua (YKS) yang ikut hadir kala itu.
Permintaan
Bidan Ida ini memantik YKS untuk terus berjuang memenuhi harapan bidan Ida dan
para Nakes lainnya yang bekerja di wilayah kepulauan. Setelah 15 tahun lamanya menanti, kini bidan
ida dan tenaga medis lainnya boleh berlega hati ketika YKS yang konsen
memgembangkan program penedekatan layanan
kesehatan dengan menggunakam sarana transportasi menghadirkan Ambulans Laut
yang akan melayani rujukan cepat antar pulau.
Ambulans Laut
ini dilengkapi dengan fasilitas kesehatan standar yang memungkinkan pasien
rujukan merasa nyaman selama perjalan. Kehadiran Ambulan Laut ini juga memangkas
waktu
tempuh agar pasien rujukan terutama yang emergensi lebih cepat mendapat penanganan
medis untuk menekan angka kematian
akibat terlambat mendapatkan penanganan medis.
Kehadiran Ambulans
Laut merupakan kerja sama YKS dengan Kedutaan Jepang, dan didasari atas fakta tentang
kondisi geografis Kabupaten Flores Timur, yang merupakan Kabupaten Kepulauan.
Sementara di sisi lain, sarana
transportasi laut yang dapat melayani
rujukan cepat dari wilayah kepulauan ke satu-satunya rumah sakit rujukan daerah
yang berada di ibukota Kabupaten belum ada. Lebih dari itu, kasus rujukan
tergolong tinggi. Pada tahun 2019 lalu misalnya, jumlah rujukan dari 11 wilayah
kecamatan yang ada di Pulau Adonara dan Solor mencapai 4.280 kasus. Alasan lain
kehadiran Ambulans Laut adalah kejadian ibu melahirkan di atas kapal dengan
fasilitas seadanya diantara para penumpang.
Sebelum
hadirnya Ambulans Laut, pasien yang membutuhkan rujukan cepat, harus dengan
kapal motor yang juga melayani penumpang umum. Karena itu jam keberangkatan
tidak bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kondisi inilah yang terkadang
membuat ibu hamil yang dirujuk, melahirkan di atas kapal dengan fasilitas
seadanya, dan diantara penumpang kapal yang berdesakan. Bila keadaanya seperti
ini, maka yang bisa dilakukan adalah
dengan membentangkan kain sebagi penyekat agar sang ibu bisa melahirkan dengan
sedikit lebih nyaman, meski dalam ketidak nyamanan. Bahkan dalam kasus-kasus
emergensi, terkadang terjadi kematian di atas kapal, karena transportasi laut
yang digunakan kalah cepat menggapai rumah sakit rujukan untuk ditangani dengan
segera.
DATA KASUS RUJUKAN TAHUN 2019 |
||
NO |
NAMA
PUSKESMAS |
JUMLAH RUJUKAN |
1 |
WAIWADAN |
434 |
2 |
SAGU |
155 |
3 |
LITE |
265 |
4 |
LAMBUNGA |
435 |
5 |
WITIHAMA |
539 |
6 |
ILEBOLENG |
568 |
7 |
WAIWERANG |
1.089 |
8 |
BANIONA |
274 |
9 |
MENANGA |
103 |
10 |
KALIKE |
293 |
11 |
RITAEBANG |
125 |
TOTAL |
4.280 |
Sumber data : Dinkes Flotim
Kolaborasi Bersama 2H2 Center
Dalam mengoperasikan
Ambulans Laut untuk pelayanan rujukan cepat antar pulau dengan rumah sakit
rujukan di Larantuka, YKS bermitra dengan 2H2 center Dinas Kesehatan Flores Timur untuk
melayani setiap pasien rujukan dengan alur pelayanan sebagai berikut :
§
Petugas kesehatan puskesmas menghubungi penanggung jawab
ambulance laut di kabupaten.
§
Penanggung jawab kabupaten meneruskan pesan ke juru mudi dan
crew ambulance laut untuk segera menjemput pasien.
§
Pasien rujukan mempersiapkan semua administrasi yang
dibutuhkan (surat rujukan dokter FKTP tempat rawat, jaminan kesehatan, dll).
§ Ambulance laut dikirim ke
titik labuh terdekat dengan
keberadaan pasien.
§ Pasien dijemput dan dibawa ke pelabuhan dimana rumah sakit rujukan berada.
§ Operator Ambulans Laut mengrim pesan
kepada sopir mobil ambulans untuk standby di pelabuhan yang akan menjadi
titik labuh Ambulans Laut.
§ Mobil Ambulans yang sudah standby membawa pasien ke rumah sakit rujukan
saat Ambulan Laut merapat di dermaga.
§ Petugas di IGD mengambil tindakan medis untuk menangani pasien rujukan.
Dari
Ambulans Motor hingga Ambulans Laut
Kiprah YKS
dalam mendekatkan akses layanan kesehatan kepada masyarakat dimulai sejak
pertengahan tahun 2002 dengan mengembangkan Program Manajemen Kerusakan Minimum
Sepeda Motor untuk pelayanan kesehatan di pedesaan Flores Timur atau lebih
dikenal dengan Ambulans Motor. Sejumlah armada sepeda motor dioperasikan untuk
memfasilitasi petugas kesehatan mendekatkan layanan kepada masyarakat dan
berjalan sukses saat ini.
Dalam
perjalanan program, YKS juga melihat banyak puskesmas memiliki armada mobil Ambulans yang terbatas.
Setiap Puskesmas hanya memiliki satu unit mobil Ambulans. Itu pun ada yang
kondisinya sangat memprihatinkan karena sudah termakan usia. Persoalan ini
sering menjadi keluhan masyarakat, ketika membutuhkan mobil ambulans untuk
mengantar pasien rujukan ke pelabuhan
yang menjadi titik penyebrangan menuju rumah sakit rujukan.
“Disini kami
sering menghadapi keluarga pasien yang ngamuk manakala ada pasien yang
membutuhkan rujukan cepat, tapi mobil Ambulans yang ada sedang dipakai untuk
pelayanan pasien lainnya termasuk melayani rujukan. Karena jarak antara
puskesmas dengan pelabuhan yang relatif jauh sehingga keluarga pasien
harus menunggu lama,” jelas Ansel Demon,
Kepala Puskesmas Lite, Kecamatan Adonara Tengah.
Apa yang
dirasakan Ansel, juga dirasakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas lainnya.
Karena itu tahun 2019 YKS membuat
pengadaan tiga unit Mobil Ambulans untuk tiga Puskesmas yakni Puskesmas
Waiwadan, Puskesmas Lite dan Puskesma Baniona. Selain tiga unit Mobil Ambulans,
terdapat juga 15 unit sepeda motor Honda CRF 150 untuk meregenerasi sepeda
motor yang dioperasikan sebelumnya guna melayani masyarakat di lima kecamatan yakni, Solor Barat, Wotan
Ulumado, Adonara Tengah, Adonara Barat dan Lewo Lema.
Adapun bantuan
15 unit motor tersebut, selain merupakan dukungan dari Kedutaan Jepang, tapi
juga Overland Magazine melalui Motorcycle Outreach Inggris dan Shell Adavance.
Lembaga lain
yang pernah memberikan dukungan yang sama dalam implementasi Program Ambulans Motor antara
lain, Millennium Rider, Triumph Tiger Forum, Astra International, AusAid melaui
program AIPMNH dan Riders for Health Inggris, RideAid Australia, dan sejumlah
organisasi penggemar sepeda motor dari luar negeri seperti Abate of Indiana,
Abate of Alaska, Abate of Ilinois, Suburban Captain Raide, dan In Memory of Ethan
Filosof Captain Ride.
Untuk
mendukung Program Penjangkauan Layanan Kesehatan dengan menggunakan sarana
transportasi ini, YKS mendirikan juga sebuah bengkel yang menjadi pusat
pemeliharaan semua kendaraan yang dioperasikan untuk pelayanan kesehatan di
lapangan. Selain, bengkel motor ini juga
dibuka untuk umum. Dana yang didapat dari usaha ini digunakan juga untuk biaya
operasional program.
Meski income bengkel belum bisa menutupi
keseluruhan biaya program, namun dapat membantu program ini tetap eksis untuk
melayani masyarakat. (mans balawala)
0 Komentar