Jakarta, Gagas Indonesia Satu.com - - -
MUNGKIN banyak orang yang tidak mengetahui keberadaan Sekolah Dasar Katolik (SDK Honihama), dulu dikenal Sekolah Rakyat Honihama pernah menjuarai prestasi gemilang, juara III bidang akademik. Lembaga pendidikan awalnya berada di dusun Lewoblolon itu memiliki nama pelindung St. Petrus, memilih nama baptis tetua adat atau “ata kebelen” di Honihama/Tuwagoetobi.
Filipus Kopong, alumni SR Honihama kini menetap di Depok, Jawa Barat
menceritakan hal itu kepada Gagas Indonesia Satu.com belum lama ini . Dikisahkan sejumlah teman seangkatan yang
diingatnya di saat itu, tahun 1958.
Mereka adalah Butu Miten, Mahmud Laga Oron, Ina Palan Hada. Sedangkan guru yang
mengajar kala itu Guru Heri juga beberapa nama seperti guru Mikhel Medhon, Guru
Pedo dan sejumlah nama penting lainnya
yang berkarya di SD Katolik Honihama, waktu itu.
SR Honihama menurutnya layak dikenang karena dalam
bidang seni suara dikenal karena diasuh dan dibina para guru yang kompeten di
bidang seni suara. Menurutnya, guru- guru dulu diakuinya hebat-hebat, tidak
hanya bidang akademik tapi dalam bidang keterampilan music, seni suara.
Filipus sendiri mengakui keinginan waktu itu untuk melanjutkan
sekolah memang ada yaitu dengan tujuan ke Serani (sebutan Larantuka kala itu ),
namun karena kurangnya motivasi dari kedua orangtua akhirnya niatnya itu hanya
di angan-angan saja. Filipus hanya memendam cita-citanya itu dalam hati dan
tidak bisa merealisasikan impiannya mengenyam pendidikan.
Kembali ke soal prestasi SDK Honihama, pemerintah
Nusa Tenggara waktu itu mencatat dari segi prestasi Sekolah rakyat Honihama
dengan lulusan terbaik di wilayah Nusa Tenggara. ada pun sekolah menjadi tiga
besar; SD Waibalun (100 %), disusul SD Hinga (80 %) dan SR Honihama menjadi
juara III dengan skor lulusan 76%.
Kepala SDK Honihama
(2017-2020), Frans Kia Beda mengaku bahwa SD Honihama dikenal luas
sebelumnya dengan prestasi yang
membanggakan. Dengan adanya data informasi mengenai hal ini menjadi inspirasi
bagi seluruh komponen yang bekerja di
lembaga pendidikan berbasis Katolik itu.
Sejumlah warga Honihama yang dihubungi baru
mengetahui hal ini namun mereka bangga dengan capaian itu dan sekiranya lembaga
ini menginspirasi saat memasuki usia 75 tahun bulan Juli 2022 mendatang.
*** ( Konrad. R Mangu)
0 Komentar