KUPANG, Gagas Indonesia Satu.com
– Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya (61) meninggal
di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, Bali, Minggu (19/12). Kabar duka itu tersebar
melalui berbagai lini media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Kabar
berpulangnya, Lebu Raya, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
itu tak hanya membuat duka Ibu Lucia Adinda Lebu Raya, isteri terkasih dan
keluarga besar. Duka juga dirasakan kolega dan rekan-rekan Almahrum di internal
PDI Perjuangan, termasuk para kader dari Saudi Arabia.
Wakil Ketua DPRD Nusa Tenggara Timur Viktor Mado Watun mengenang Lebu Raya
sebagai sosok tokoh politik brilian, ayah, dan sahabat yang pekerja keras dan
rendah hati di internal PDI Perjuangan semasa hidup. Wakil Bupati Kabupaten
Lembata itu juga melihat sosok Lebu Raya sebagai politisi dengan rekam jejak
panjang mulai dari bawah hingga mendapat kepercayaan sebagai Gubernur Nusa
Tenggara Timur.
“Almahrum Pak Frans Lebu Raya kita semua tahu, Beliau merintis karier dari
bawah. Sempat menjadi guru di Watoone, kampung halamannya di Adonara, Flores
Timur. Ia lalu merintis karier politik selepas jadi aktivis Gerakan Mahasiwa
Nasional Indonesia Kupang. Kemudian ia terpilih mengemban tugas sebagai anggota
hingga Wakil Ketua DPRD NTT. Lima tahun beliau menjabat Wakil Gubernur sebelum
akhirnya dipercaya masyarakat menjadi Gubernur selama dua periode,” ujar Wakil
Ketua Organisasi dan Keanggotaan DPD PDI Perjuangan NTT Viktor Mado Watun
melalui keterangan tertulis yang diterima Senin, (20/12).
Menurut Mado Watun, Almahrum Lebu Raya, senior dan koleganya itu adalah
seorang pemimpin dan politisi yang sangat santun dalam setiap tutur katanya.
Lebu Raya, kata Mado Watun, adalah sosok yang terbuka atas kritik baik di
kalangan rekan kerja bahkan internal maupun eksternal partai. Nilai-nilai
keutamaan politik seperti berpolitik secara santun, bersih dan santun selalu
dipegang Lebu Raya menghadapi setiap perbedaan pandangan maupun faksi politik.
“Pak Frans punya kelebihan itu yang tak banyak didapatkan dari sesama
politisi senior dan juga kami yang belakangan merenda karier di bidang politik.
Beliau sosok yang rendah hati. Nilai-nilai keutamaan menjadi warisan berharga
bagi siapa saja pemimpin NTT tetap dikembangkan di tanah Flobamora agar daerah
ini dibangun dalam semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan persahabatan,”
lanjut Mado Watun, Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT dari Fraksi PDI
Perjuangan.
Ungkapan duka berpulangnya Lebu Raya juga dari pengurus Taruna Merah Putih,
organisasi sayap PDI Perjuangan. Marianus Wilhelmus Lawe Wahang, Wakil Ketua
Taruna Merah Putih merasa kaget dan bersedih setelah medengar kabar
berpulangnya Lebu Raya, politisi senior dan Gubernur NTT dua periode di Rumah
Sakit Sanglah, Denpasar, Bali.
“Rasanya seperti disambar petir siang bolong. Saya sempat berdiam diri
sejenak di atas perairan di wilayah Saudi Arabia. Saya berdoa untuk keselamatan
jiwa kaka Frans sekaligus mengenang jasa dan kebaikan beliau semasa hidup.
Tapi, tentu sebagai umat beriman saya tetap memahami bahwa setiap jejak langkah
manusia sudah diatur Tuhan. Kita hanya menjalani saja. Sungguh, kaka Frans
sangat berjasa bagi masyarakat dan daerah NTT. Ia mengabdi dalam durasi sangat
panjang, hampir dua puluh tahun lebih. Baik sebagai anggota DPRD NTT dan
menjabat wakil ketua, Wakil Gubernur satu periode hingga dua periode menjabat Gubernur,”
kata Lawe, Chief Engineer di sebuah kapal asing di Saudi Arabia dan sosok muda lulusan
Program Pascasarjana Universitas Trisakti, Jakarta.
Menurut Lawe, Almahrum Lebu Raya juga sosok yang sangat terbuka dan
mengutamakan rasionalitas dalam berpolitik. Jejak pengabdiannya juga terbilang
langka, unik, dan menarik. Keputusannya kerap membuat setiap kolega kembali
berpikir namun akhirnya memahami setiap
keputusan yang diambil semata-mata untuk kebaikan bersama yang lebih luas.
“Pada Pemilu Legislatif lalu, saya juga mengikuti seleksi sebagai calon
anggota DPR RI PDI Perjuangan dari Daerah Pemilihan NTT 1 bersama kaka Frans Lebu Raya. Sebagai
anak muda di politik, saya berusaha sekuat kemampuan namun akhirnya saya harus
obyektif setelah tidak diakomodir sebagai calon anggota DPR dari PDI Perjuangan
saat itu,” kata Lawe, anak muda dan politisi PDI Perjuangan yang pernah menjadi
Chief Engineer sebuah kapal berbendera asing dari Kepulauan Tansmania, Austria
menuju Singapura.
Menurutnya, saat masuk dalam bursa Caleg DPR RI PDI Perjuangan dari Daerah
Pemilihan NTT 1 kala itu partai memutuskan mengakomodir kaka Frans Lebu Raya dan
ia terelimir. Namun baginya, keputusan apapun dari pimpinan partai di tingkat
pusat adalah keputusan obyektif berpijak pertimbangan partai untuk pengabdian
yang lebih besar bagi rakyat.
“PDI Perjuangan sebagai partai wong
cilik, selalu membuat keputusan strategis dan berkiblat kepada kebaikan
bersama yang lebih luas. Saya juga mulai memahami bahwa keputusan partai selalu
baik adanya sekalipun kerap sulit dipahami segelintir kader muda seperti saya.
Satu hal pasti bahwa loyalitas adalah hal penting yang diwariskan Almahrum kaka
Frans Lebu Raya,” kata Lawe, sosok muda yang lama menjadi Chief Engineer sejumlah
kapal berbendera asing di perairan Uni Emirat Arab. ***
0 Komentar