Ketika berada dalam satu
mobil pada perjalanan dari Tangerang menuju Kota Serang, ada hal menarik yang
perlu didiskusikan sepanjang perjalanan terkait kitab suci dan pada akhirnya
berbicara tentang Tuhan sebagai Sang Maha Ada. Saya, Aloysius, staf pada Bimas Katolik Banten, melontarkan
beberapa pertanyaan menarik seputar kitab suci, terutama Injil yang selama ini
menjadi pertanyaan baginya. Pertanyaan itu saya tujukan pada seorang penyuluh Agama
Katolik. Menurutku, mengapa ketika
membaca Injil, ada titik kesamaan cerita yang diperlihatkan pada tiga Injil
yang sering disebut sebagai injil sinoptik?
Injil Matius, Markus dan Lukas disebut sebagai Injil sinoptik karena
menceritakan tentang Yesus dan pewartaan-Nya dalam satu cara pandang yang sama
atau lebih tepatnya sebuah peristiwa yang sama diceritakan dengan narasi yang
hampir sama dan jika lihat dalam kaca mata yang sama, inti pokok persoalannya
ada kemiripan.
Mengapa ada kemiripan dari ketiga injil ini? Tanya Alo kepada penyuluh agama Katolik dengan penuh penasaran. Kita tahu bahwa tahun penulisan setiap Injil pasti berbeda dan hal ini bisa dipastikan bahwa para penulis Injil tidak saling menjiblak tulisan-tulisan. Tetapi diyakini bahwa para penulis kitab suci dan terutama Injil yang sedang didiskusikan itu diilhami oleh Roh Kudus. Roh Kudus memberikan pencerahan dan penerangan akal budi bagi para penulis untuk menuangkan gagasan itu dalam bentuk tulisan. Proses penulisan tentu mengalami kisah panjang. Seperti kita ketahui bahwa kitab suci pada mulanya ditulis pada kulit hewan atau sering disebut sebagai “perkamen.” Bisa dibayangkan, berapa kulit hewan yang digunakan sebagai media untuk menuliskan teks kitab suci itu.
Memang, membaca kemiripan cerita dalam Injil sinoptik, sekaligus membangun rasa penasaran terutama tentang beberapa hal yang terkesan tidak diceritakan secara utuh dalam Injil itu. Oleh penyuluh Agama Katolik dijelaskan bahwa membaca kitab suci tidak sama dengan membaca buku sejarah. Kitab Suci adalah Kitab iman yang memuat tentang pengalaman iman umat Israel (Perjanjian Lama) dan berkisah tentang Yesus dan karya pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah (Perjanjian Baru). Jika kita membaca buku sejarah maka ada kronologi waktu dan keutuhan cerita untuk mengungkap sebuah kisah yang terbenam pada masa lalu. Namun membaca kitab suci, terutama Injil, pada akhirnya menyisahkan sebuah pertanyaan.
Sebagai contoh, ketika membaca tentang mukjizat yang dilakukan oleh Yesus di mana Ia menggandakan lima potong roti dan dua ekor ikan, menyisahkan sebuah pertanyaan menarik. Apakah setelah Yesus berdoa, pada saat yang sama, lima roti dan dua ekor ikan berubah menjadi onggokan roti dan ikan untuk dimakan oleh banyak orang? Ataukah setiap orang mengambil satu potong roti, jumlah rotinya tetap sama, yakni 5? Mukjizat ini belum bisa dipecahkan oleh akal manusia. Tetapi dalam konteks iman, kita percaya bahwa Tuhan pasti memperlihatkan mukjizat dalam hidup kita masing-masing. Seperti lima ribu orang yang makan sampai kenyang dan terkumpul sisanya sebanyak dua belas bakul, hanya dengan mengandalkan lima roti dan dua ekor ikan, mukjizat yang sama bisa terulang kembali pada kita yang percaya pada-Nya.*** (Aloysius M.Sulistianto)
Bersambung....................
0 Komentar