Unordered List

6/recent/ticker-posts

Arnold Janssen dan Budaya Menulis

 

Setiap tanggal 15 Januari, seluruh anggota Serikat Sabda Allah (SVD= Societas Verbi Divini) merayakan pesta pendiri serikat, Santo Arnold Janssen. Mengenang kembali perjuangan seorang Arnold Janssen saat mendirikan biara dan menamainya Serikat Sabda Allah, merupakan sesuatu yang menarik. Ketika ditelusuri kisah perjuangan ini, begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh Arnold Janssen, terutama tantangan internal. Ia menjadi buah bibir dan bahkan menjadi bahan tertawaan rekan-rekan imam ketika melihat upaya mendirikan serikat Sabda Allah dengan tanpa modal uang. Di mata Arnold Janssen, uang bukan menjadi modal utama dalam mendirikan sebuah biara tetapi jauh lebih penting adalah mengandalkan Sabda Allah dan kekuatan Roh Kudus yang menjadi penggerak utama dalam proses pendirian rumah misi itu.


Di tengah sikap skeptis rekan-rekan imam, ia terus bergerak. Mula-mula ia mendirikan rumah misi di Steyl. Walau tanpa uang ia tetap membangun rumah misi karena baginya, “uang masih ada di saku para penderma.” Apa yang dikatakan oleh Arnold Janssen ini memberikan sebuah spirit penyerahan diri pada penyelenggaraan Ilahi. Oleh perjuangannya yang gigih dalam membangun Serikat Sabda Allah, rumah misi pertama di Steyl berhasil mengutus seorang misionari pertama ke negeri China. Dalam perjalanan, Arnold Janssen menyadari bahwa harus dibuka biara untuk perempuan yang ingin menjadi seorang suster. Sampai dengan saat ini, ada tiga biara yang didirikan oleh Arnold Janssen, yakni SVD, SSpS dan SSpS Adorasi Abadi (Perpetual Adoration).

Tiga biara ini memainkan peranan yang sangat penting dan terlibat aktif dalam membangun Gereja dan melayani masyarakat. Dari tiga biara ini, ada dua biara yang aktif, yakni SVD dan SSps, sedangkan biara SSps Adorasi Abadi merupakan biara kontemplatif di mana para suster berdoa di depan sakramen Maha Kudus dalam 1 x 24 jam. Mereka berdoa secara bergilir. Jika dilihat karya besar Arnold Janssen dan ruang gerak pelayanan para imam, biarawan dan biarawati, memperlihatkan sebuah keseimbangan hidup. Bagi para imam, biarawan/biarawati yang aktif, tentu lebih berkonsentrasi pada aspek pelayanan yang terkadang tugas berlebihan sehingga lupa dengan kehidupan doa. Karena itu kekuatan doa dihidupkan pada biara kontemplatif yang bisa mendukung arah gerak misi penyebaran kabar baik kepada seluruh dunia.

Para imam SVD, para suster SSpS dan SSps Adorasi Abadi, yang ada di Indonesia, bekerja pada wilayah Nusa Tenggara Timur dan beberapa wilayah di daerah Jawa, Sumatera, Bali dan beberapa tempat lain. Namun pusat biaranya berada di Nusa Tenggara Timur. SVD mengelola beberapa paroki dan juga lembaga-lembaga pendidikan Katolik. Sementara itu, para suster SSps mengelola sekolah dan  rumah sakit sebagai bentuk pelayanan nyata pada masyarakat.

Pada misi awal,  Arnold Janssen memikirkan bagaimana biara-biara yang didirikan itu bisa dikenal oleh masyarakat luas, bahkan bisa menembus benua-benua. Cara sederhana yang dilakukan adalah membuat majalah sebagai media utama dalam mewartakan karya-karya para imam misionaris dan para suster, sekaligus mempromosikan penerimaan anggota baru untuk menjadi anggota SVD dan SSps. Menyadari pentingnya media pewartaan ini maka Arnold Janssen membuka percetakan dan mempublikasikan kegiatan-kegiatan misioner. Semangat mendirikan media ini terus dihidupkan oleh para anggota SVD dan tidak heran apabila menelusuri perkembangan pers di wilayah Nusa Tenggara Timur, SVD menjadi pioner.

Saya masih ingat baik ketika masih berada di bangku SD, ada majalah Kunang-Kunang, sebuah majalah khusus untuk anak-anak. Kemudian ada juga majalah DIAN dan yang terakhir adalah Harian Umum Flores Pos. Koran dan majalah ini dipelopori oleh para imam SVD dengan melandasi diri pada semangat Arnold Janssen. Hanya sayangnya, dengan perkembangan internet dan pengembangan dunia digital maka majalah cetak perlahan ditutup. Majalah Kunang-Kunang dan DIAN tinggal kenangan. Sementara itu Harian Umum Flores Pos masih bertahan walaupun di tengah gempuran dunia digital. SVD harus bertahan dan tetap mewartakan Kristus sesuai tuntutan zaman. Sudah saatnya harus beralih ke dunia digital terutama menulis dan mempublikasikan tentang Kristus agar Ia semakin dikenal oleh dunia.***(Valery Kopong)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar