Unordered List

6/recent/ticker-posts

Catatan Jalanan


Romo War, didampingi Bapak Agus Sri Widodo (Ketua Stasi St. Petrus) 
                                                     berbincang-bincang dengan Pjs Lurah Kuta Jaya 
 

Sore yang mendung, selalu mengundang gerimis. Namun turunnya gerimis itu tak menyurutkan langkah untuk mengayun sembari melakukan kegiatan monitoring menjelang perayaan malam Natal. Bersama Bapak Petrus Kanisius, Penyelenggara Katolik, Kemenag Kabupaten Tangerang, memonitor kegiatan menjelang perayaan malam Natal 2021. Sekitar pukul 16.00 kami tiba di area Gereja Santo Agustinus – Paroki Karawaci. Sambil berbincang-bincang dengan bendahara paroki, kami melihat secara langsung, umat yang terus berdatangan. Terlihat ada beberapa petugas yang bersiap untuk melayani umat, mulai dari pengukuran suhu dan scan barcot pada setiap umat yang hadir.

Romo War memotong tumpeng

Memang, dalam lingkungan gereja Katolik sendiri, semua umat belum bisa diperbolehkan untuk mengikuti misa secara offline. Bagi umat yang ingin mengikuti misa secara offline di gereja maka harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti terdata pada BIDUK dan sudah mengupdate data vaksin. Selain memenuhi persyaratan itu, umat harus mendaftarkan diri pada website belarasa.id. Setelah mendaftar maka setiap  pendaftar berhak mendapatkan barcot dan barcot itu menjadi tiket masuk ke gereja dengan nomor kursi yang telah disediakan. Untuk Natal tahun ini, kuota umat yang menghadiri pada setiap kali perayaan, berjumlah 480 orang. Jumlah ini sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh pihak Keuskupan Agung Jakarta. Jumlah kehadiran umat yang dibatasi ini semata-mata bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang sampai dengan saat ini masih belum berakhir penyebarannya.

Setelah memonitor situasi gereja Agustinus, kami berpindah ke gereja Gregorius Agung – Kota Bumi. Memasuki area gereja Gregorius, semua umat sudah berada di dalam Gereja sambil mengikuti ibadat kanak-kanak Yesus. Di pintu gerbang gereja, kami menyodorkan barcot yang sudah dikirim oleh Pak Yohanes Munaji, sekretaris paroki Kutabumi – Gereja Gregorius. Setelah melewati pintu masuk, kami dijemput oleh pak Yanto, salah satu anggota dewan yang saat itu bertugas untuk menjemput setiap tamu yang hadir. Kami diantar ke area taman doa dan di sana sudah ada Romo Purboyo Diaz, pastor rekan pada Paroki Kutabumi.

Kami berbincang bersama Romo Diaz seputar persiapan Natal. Tidak hanya Romo Diaz, tetapi hadir juga Pak Kris sebagai wakil dewan dan juga ketua panitia Natal, Pak Very Kaka. Tak lama setelah kami tiba dan berbincang-bincang dengan romo dan para dewan paroki, camat Pasar Kemis dan pihak bibinsa serta kepolisian muncul juga dengan tujuan untuk memonitor seluruh proses pelaksanaan kegiatan misa pada malam Natal.   

Tak sampai sejam kami memonitor pelaksanaan malam Natal di Gregorius, kami mohon pamit dan berangkat ke Stasi Santo Petrus yang letaknya di Pasar Kemis. Ketika kami tiba di lokasi, umat sudah larut dalam keheningan untuk mengikuti misa malam Natal. Setelah parkir motor, kami mulai membaur dengan umat yang sedang mengikuti misa. Misa malam Natal kali ini terasa berbeda, khusus umat Stasi Santo Petrus. Romo War, Pastor Kepala Paroki Karawaci memimpin misa malam Natal.

 

Ada yang berbeda di misa malam Natal tahun 2021. Misa malam Natal ini merupakan misa untuk pertama kali di bedeng. Walaupun masih menggunakan ruangan serba guna yang telah disiapkan tetapi tidak mengurangi makna terdalam dari Natal yang dirayakan tahun ini. Natal tahun 2021 tidak sekedar memperingati kelahiran Yesus di Betlehem tetapi lebih dari itu, merupakan perayaan suka cita atas dimulainya misa perdana di malam Natal di bedeng, yang selama ini dijadikan sebagai titik kumpul bagi umat Stasi Santo Petrus.

Seperti Yesus yang lahir dalam kesederhanaan, bahkan dilahirkan kandang hewan, demikian juga Stasi Santo Petrus lahir dalam kesederhanaan tetapi dalam kesederhanaan itu, umat terus berproses untuk menjadikan ruang serba guna itu sebagai sebuah rumah Tuhan. Dalam khotbahnya yang singkat di malam Natal itu, Romo Stefanus Suwarno, OSC melontarkan pertanyaan pada umat. Apa yang kita takutkan selama ini? Pertanyaan sederhana saat memulai khotbah ini mengingatkan umat akan upaya yang dilakukan selama ini untuk memulai sebuah gerakan bersama sebagai sebuah komunitas iman untuk tetap menghidupkan Gereja.

 

Setelah misa, kami diajak oleh dewan Stasi Santo Petrus untuk duduk bersama di saung, yang terletak tidak jauh dari gedung serba guna. Tak lama setelah itu, datanglah Pjs Lurah Kuta Jaya bersama dua orang staf. Kita semua duduk santai dan obrolan kami mengalir di bawah teduhnya saung itu. Beberapa menit kemudian, datanglah Romo War untuk berjumpa dengan Pjs Lurah Kuta Jaya. Kebersamaan akhirnya dilanjutkan dengan makan malam bersama di dalam gedung serba guna itu. 

Hadir juga dalam acara makan malam bersama, yakni Bapak Agus Sri Widodo (Ketua Stasi), Bapak Bambang (dewan Paroki Karacawi), Hendrikus Zagota (Wakil dewan stasi). Turut hadir juga para sesepuh umat yang sudah lama berkecimpung pada Stasi Santo Petrus, yakni Bapak Moses, Bapak Darius Jo Soo, Bapak Murdiman.

Selain makan  malam bersama, juga diadakan pemotongan tumpeng oleh Romo War. Pemotongan tumpeng ini sebagai ungkapan syukur atas perjuangan yang dilakukan selama ini dan juga menjadi titik awal untuk memulai perjuangan selanjutnya, terutama untuk mendapatkan IMB dari pemerintah Kabupaten Tangerang. Kiranya segala perjuangan bisa membuahkan hasil. ***(Valery Kopong)

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Mantap. Semoga Tuhan memyertai perjuangan umat stasi st Petrus

    BalasHapus
  2. Trimakasih untuk semua pengurus Stasi pasar Kemis...tetap semangat ..GBU

    BalasHapus