Eksistensi
Confreria Reinha Rosari, sebuah Serikat Awam Katolik di Larantuka memainkan
peranan penting dalam perkembangan Gereja lokal. Konon Serikat awam ini adalah yang tertua di
indonesia.
Adapun tujuan awal pembentukan
Serikat Konfreria didasarkan pada
pemikiran agar gereja di tanah misi tidak tergantung pada misionaris atau imam saja (Misionaris Portugis dan Spanyol).
Hal ini pula yang mendorong, Paus Innocentius VII pada tahun 1405 mengakui
adanya Persaudaraan Pertapaan Santo Dominikus yang kemudian pada tahun 1484
mengubahnya menjadi Ordo ke – III dari Ordo Dominikan dan terdaftar untuk
selamanya pada Archiconfreria di Vatican – Roma sebagai salah satu Serikat Awam
dalam Conggregatio de Propaganda Fide (yang dibentuk oleh Paus Gregorius XV
tahun 1562).
Setelah Ordo Dominikan
meninggalkan dan tidak berkarya lagi di Larantuka, Confreria Reinha Rosari
Larantuka untuk selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada ordinaris wilayah
keuskupan setempat (sekarang Uskup Larantuka).
Sejak awal kehadiran-nya, Confreria Reinha Rosari Larantuka dalam
pengabdiannya bertugas dan bertanggung jawab pula dalam hal pembinaan iman dan
pengetahuan agama. Hal ini sangatlah nampak dan menonjol terutama di saat-saat
Larantuka mengalami kekurangan bahkan ketiadaan Imam di masa lampau selama
hampir seabad.
Selain tugas-tugas tersebut,
Confreria juga memelihara dan melaksanakan semua peribadatan devosional
terutama Devosi Jumad Agung (Semana Santa) yang memang telah berakar dan membudaya
bagi orang Larantuka.
Mulanya, Serikat Awam Katolik ini hanya terdapat di Kota Larantuka,
Wureh dan Konga. Kemudian diperluas pembentukannya di setiap stasi Misi /
Paroki, terutama setelah Perang Dunia ke II. Oleh karena pembentukan iman umat
maupun kehidupannya terjadi di tengah-tengah tradisi Portugis dimasa lalu maka hingga kini masih ditemukan banyak
tradisi Portugis serta penggunaan bahasa
Portugis dalam acara-acara peribadatan devosi.
Keanggotan
Confreria
Keanggotaan mereka bersifat terbuka
bagi semua Umat Katolik yang mau bergabung. Hanya saja mereka harus bersedia
menjalankan berbagai kegiatan Pastoral dengan sukarela. Kebanyakan mereka
yang bergabung dalam Serikat Awam
Katolik ini adalah orang-orang yang menjadi panutan dalam keseharian hidup
berkeluarga dan rata-rata dari mereka adalah orang-orang yang sudah berusia di
atas 50 tahunan, meskipun terdapat satu
dua orang yang umur di bawah itu.
Dalam sebuah kesempatan
wawancara yang dilakukan penulis dengan Almarhum Rofinus Nara Kean semasa hidupnya, yang kala itu menjabat Ketua Serikat Confreria Reinha Rosari Paroki San Juan, membenarkan, bila serikat ini adalah satu-satunya di
Indonesia bentukan Misionaris Dominikan.
Mulanya keanggotaan mereka hanya sebatas
orang-orang yang berpendidikan guru pada zaman itu, namun seiring perkembangan
zaman, keanggotaan
terbuka bagi siapa saja yang mau
bergabung dan sudah memiliki kesiapan dalam segala hal terutama dalam soal iman
dan kesanggupan untuk menjalankan tugas-tugas pastoral.
Di Larantuka, selain pada
saat Semana Santa, peran menonjol komunitas ini juga dapat diketahui pada saat
peristiwa kedukaan yakni pada saat doa
penguburan dan juga doa pada malam Spidialma atau Nebo.
Ia mengisahkan serikat awam Katolik ini sebelumnya ada juga di Maluku. Ketika Bangsa Portugis menduduki wilayah itu, para misionaris Dominikan yang ikut dalam perdagangan rempah-rempah membentuk juga di Maluku. Sayangnya, di maluku serikiat ini tidak eksis lagi sejak lama. (Mans Balawala SMGM Cabang Larantuka)
)
0 Komentar