Jakarta, Gagas Indnesia Satu.Com
Penghujung 2021 menjadi momentum releksi sekaligus sebagai pijakan bagi langkah baru dalam rencana menghadapi tantangan, kesempatan, strategi menghadapi situasi tanah air di warsa yang baru. Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) membagikan refleksi melepas 2021 dan menyambut 2022.
*
Tahun 2021 adalah saat penuh ujian berat bagi bangsa kita, sekaligus menjadi momentum kita menaikkan syukur atas berbagai peristiwa yang menyentuh relung-relung terdalam kemanusiaan kita. Pada pertengahan 2021, Indonesia mengalami puncak gelombang ke-2 pandemi Covid-19. Di saat situasi tersebut, banyak dari Saudara-saudara kita yang terpapar dan bahkan ribuan nyawa lainnya terpaksa tidak tertolong.
Maka, Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) sungguh mengapresiasi langkah-langkah pemerintah yang cepat, tepat, sistematis, strategis dalam mengatasi badai pandemi yang berkepanjangan. Namun semua upaya pemerintah tak akan pernah cukup, tanpa dukungan dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat serta partisipasi penuh anak bangsa.
Demikian rilis yang diterima Gagas Indonesia Satu.com, Jumat ( 31 Desember 2021) yang ditandatangani oleh PP ISKA, Hargi Mandirahardjo di Jakarta.
Partisipasi itu terlihat dengan nyata dan terang, dan menerbitkan optimisme ata solidaritas tanpa sekat melalui berbagai karya kemanusiaan untuk melayani yang kecil, papa, putus asa, kehilangan harapan di tengah pageblug. “Kekuatan gerakan kemanusiaan ini mampu mengatasi badai pandemi yang melorotkan harapan hidup kita hingga ke titik nadir. “Dalam situasi kegentingan kesehatan, masyarakat dari berbagai lapisan menunjukkan identitas kekuatan bangsa Indonesia, yaitu solidaritas dan gotong royong,” ujar Hargo Mandirahardjo, Ketua Presidium Pusat ISKA.
“Kami terus menyerukan kepada segenap anggota ISKA yang tersebar di 34 DPD dan 125 cabang organisasi di kota/kabupaten seluruh Indonesia, untuk berpartipasi secara penuh dan optimal dalam kerja gotong-royong untuk karya-karya kemanusian dalam membantu seluruh lapisan masyarakat yang terpapar pandemi COVID-19 serta bencana-bencana alam lainnya,” Hargo menambahkan.
Pandemi juga mengingatkan kita kembali tentang kesadaraan komunal mempererat tali persaudaraan melalui spirit solidaritas tanpa sekat sebagai modal dasar kehidupan berbangsa.
Pandemi belum berakhir. Maka mematuhi protokol kesehatan harus dilakukan secara disiplin tanpa tawar menawar. Sangat disayangkan, sejumlah situasi akhir-akhir ini justru menunjukkan kondisi sebaliknya: lemahnya penerapan protokol kesehatan terlihat jelas diberbagai area publik.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan ditengah ancaman varian Omicron yang merebak diberbagai belahan dunia pada penghujung tahun ini --dan sudah pula menembus Indonesia.
“Untuk itu, PP ISKA mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya umat Katolik agar tetap waspada dan taat menjalankan protokol kesehatan. Hal ini menjadi syarat mutlak agar kondisi pandemi yg sudah menurun ini bisa dikendalikan ke arah yang lebih baik, “ kata Joanes Joko, Sekretaris Jenderal Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia.
Joanes Joko, yang juga dikenal sebagai Tenaga Ahli Utama Bidang Komunikasi Politik Kantor Staf Presiden (KSP) mengatakan, bonus demografi yang akan berpuncak pada 2030 menjadi kekuatan -- sekaligus tantangan -- nasional yang memerlukan perhatian seluruh elemen bangsa. “Kita harus mampu memanfaatkan peluang di mana lebih dari 64% masyarakat kita berusia produktif, secara optimal,” ujar Joanes Joko.
Hargo Mandihardjo menambahkan, bonus demografi bisa menjadi peluang keberhasilan sekaligus ancaman kegagalan. Apabila kita mampu mempersiapkan sumber daya unggul dengan peluang lapangan pekerja yang terbuka lebar, maka ini akan menjadi berkat. Sebaliknya, akan menjadi bencana bila kita gagal mempersiapkannya. Allah Maha Besar mengaruniai Indonesia keberagaman suku, etnis, budaya , dan kerpercayaan. “Kekayaan karunia ini patut kita rawat dan kelola dengan sebaik-baiknya,” ujar Hargo.
Kebhinekaan ini harus terus dirawat dengan menguatkan kesetaraan sesama anak bangsa. Hanya dengan cara ini, kita dapat menepis perbedaan yang menjerumuskan bangsa ke dalam konflik berbasis SARA. Kesetaraan akan menghasilkan keadilan tanpa diskriminasi mayoritas - minoritas. Persaudaraan dan kesetaraan adalah nilai universal kemanusiaan yang harus diperkuat, dirawat, dipertahankan.
Melalui spirit solidaritas tanpa sekat, persaudaraan, kesetaraan atas keadilan hak-hak dasar hidup, Indonesia berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu menumbuhkan kekuatan yang membawa bangsa ini ke luar dari tragedi pandemi COVID-19 (**Rad Mangu)
Foto; Hargo Mandirahardjo
0 Komentar