Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kata Imam Asal Adonara, Flores Nusa Panggilan


Flores adalah nama yang berasal dari bahasa Spanyol dan Portugis yang berarti bunga atau kembang. Ungkapan lain untuk memaknai kata Flores sebagai sebuah pulau di Indonesia tepatnya di NTT kami sering menyapanya dengan Nusa Bunga walau Flores sendiri bukan penghasil bunga atau kembang. Namun ungkapan ini memberi makna pada kehidupan, sukacita dan persaudaraan dalam aneka warna perbedaan.

Dalam kehidupan beriman Flores memang bukan penghasil bunga namun melahirkan bunga dalam bentuk lain yaitu: umat Katolik dan panggilan menjadi imam, suster, bruder dan frater. Lahirnya panggilan menjadi imam, suster, bruder dan frater yang sedemikian subur dari seluruh wilayah pulau Flores menjadi bunga atau kembang Gereja Katolik yang mewarnai sejarah perjalanan Gereja Katolik di Indonesia. Berdirinya sekian seminari menengah (sekitar 5) di daratan pulau Flores yang masih berdiri kokoh kuat hingga hari ini.
Saya menuliskan pengalaman ini tidak pernah ada niat untuk membedakan ataupun melakukan diskriminasi terhadap umat Katolik maupun para imam, suster, bruder dan frater yang berada di wilayah dan propinsi lain di rahim Republik Indonesia. Namun tulisan ini berdasarkan pengalaman saya sebagai misionaris di Filipina sekaligus menjadi sebuah ajakan bagi sesama umat Katolik dan kaum berjubah dari Flores untuk menjadi contoh dan teladan di dalam menghidupi iman sebagai umat Katolik sekaligus panggilan yang khusus dan khas ini dan bukan kesombongan serta kekerdilan rohani yang ditunjukan.

Sejak saya menjadi pastor paroki di Christ the King-Keuskupan Novaliches, Metro Manila pada tanggal 3 Juli 2016 dan selalu berjumpa dengan para imam religius atau yang sudah pindah menjadi imam keuskupan Novaliches yang tarekat mereka juga ada di Indonesia seperti: O.Carm, CMF, SSCC, OMI, SVD, OFM (Capusin dan Conventual), SX dan CICM; ketika saya memperkenalkan diri sebagai Indonesian Priest (Imam dari Indonesia), ungkapan pertama yang mereka lontarkan kepada saya adalah; “Padre taga Flores ka ba?” (Pater berasal dari Flores ya?).
Bahkan dengan para suster baik dari India, China, Vietnam dan orang Filipina ungkapan yang sama selalu mereka lontarkan; “Padre taga Flores ka ba?” (Pater berasal dari Flores ya?) ketika saya memperkenalkan diri sebagai Indonesian Priest. Dan sayapun menjawabnya dengan rasa bangga; “Opo padre, madre, taga Flores po ako pero sa isang isla na ang pangala’y Adonara” (Ya pater, suster, saya berasal dari Flores tetapi di salah satu pulau yang bernama Adonara).

Setelah itu, mulailah mereka berceritera tentang kisah perjalanan mereka ke Flores entah ke Manggarai, Labuan Bajo, Bajawa, Maumere, Ende dan Larantuka termasuk Adonara. Yang selalu mereka ceritakan dengan rasa bangga adalah bahwa Flores mayoritas Katolik termasuk panggilan menjadi imam, suster, bruder dan frater. Dan diantara cerita indah mereka itu, selalu ada pertanyaan yang sama; “mengapa tidak masuk SVD?” Ya, pertanyaan ini wajar karena SVD telah menjadi kembang wangi yang mengharumkan rahim Gereja di Flores khususnya. Harus kita akui bersama fakta sejarah ini!
Pada tanggal 15-Februari 2022 yang lalu, saya mengikuti misa hari ulang tahun ke-25 berdirinya paroki Immaculate Conception yang dipimpin oleh Apostolic Nuncio untuk Filipina: Uskup Agung Charles Brown, DD. Setelah misa, saya meminta Beliau untuk selfie berdua seraya memperkenalkan diri; “His Excellency Archbishop, I am a Missionary and Indonesian Priest.” Mendengar perkenalan singkat saya itu, Beliau langsung mengatakan kepada saya; “Are you from Flores?” Yes, His Excellency Archbishop, jawabku.

Beliau mengatakan kepada saya; “saya tahu Flores karena ketika saya menjadi Pastor Rekan di paroki St. Brendan di Bronx-USA, sebelum diangkat oleh Paus Fransiskus menjadi Apostolic Nuncio saya melayani umat yang cukup banyak dari Flores dan berjumpa dengan banyak imam serta suster dari Flores.
Mendengar pernyataan Yang Mulia Apostolic Nuncio itu saya secara pribadi merasa senang dan bangga seperti juga pernyataan para rekan imam dan suster, bruder dan frater yang saya jumpai karena Flores di mata orang lain dan dari bangsa lain tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya seperti Labuan Bajo, Danau Kelimutu, tradisi penangkapan ikan paus, pantai yang indah ataupun perayaan religius Semana Santa melainkan karena kehidupan beriman sebagai Gereja dan tumbuh mekarnya kembang-kembang panggilan Allah menjadi imam, suster, bruder dan frater.

Bahwa karena warna kulit dan rambut saya yang membuat mereka langsung mengenal saya berasal dari pulau Flores, bisa ya, bisa tidak. Namun menurut keyakinan saya bahwa mereka mengenal Flores karena sisi spiritual (rohani) bukan semata keindahan pariwisata. Jika hanya berdasarkan warna kulit dan rambut tidak menjadi sebuah pengalaman yang meyakinkan.
Pengenalan mereka akan Flores paling tidak yang saya alami dan rasakan melalui ungkpan spontan mereka; “Pater berasal dari Flores ya” adalah pengenalan karena iman kepada Kristus yang dihidupi oleh umat Katolik di Flores, secara khusus mekar dan tumbuhnya kembang-kembang panggilan menjadi imam, suster, frater dan bruder (bdk. Mrk 8:29).

Pengenalan seperti yang saya alami dan rasakan ini sejatinya tidak membuat kita menjadi sombong dan berhenti pada rasa bangga, melainkan sungguh menjadi seorang Katolik yang rendah hati, sabar dan ramah serta sungguh menjadi teladan iman bukan hanya sebatas umat Katolik natal dan paskah atau umat Katolik pesta.

Flores Nusa Bunga yang dari segi alamnya kelihatan kering dan tandus serta bukan penghasil kembang atau bunga, telah menjadi Flores Nusa Panggilan, menjadi sebuah keindahan surga kecil yang dihiasi oleh aneka kembang atau bunga imam, suster, bruder dan frater (bdk Mrk 8:29). ***(Tuan Kopong, MSF-Imam di Filipina, Manila)





Posting Komentar

0 Komentar