Tema renungan kita pada hari ini ialah: Cinta Berbalas
Benci. Kalimat dari tema ini bukan merupakan ajaran Tuhan bagi kita. Sebaliknya
yang diajarkan Tuhan ialah cinta berbalas cinta atau cinta berbuah kebaikan
atau cinta menghasilkan cuka cita. Meski bukan ajaran Tuhan, namun kitab suci
dan ajaran Tuhan hendak menggambarkan betapa jahat dan buruk kehidupan itu jika
dikuasai oleh dosa. Iri hati, benci, marah, sombong, kejam, dan kekerasan
merupakan dosa-dosa yang menghancurkan kehidupan.
Bacaan-bacaan pada hari ini berkisah tentang perbuatan
cinta dari pihak yang punya kemurahan hati dan kasih kebapaan. Perbuatan itu
dibalas dengan kebencian dan kemarahan yang berujung pada kehancuran dan
kebinasaan utusan yang membawa pesan kasih itu. Yakob mengutus putra
terkasihnya Yusuf, yang berarti ia hadir sendiri menjumpai dan melayani
anak-anaknya di ladang. Tetapi Yusuf ditangkap, disiksa, lalu dijual. Utusan-utusan
tuan ke kebun anggur satu per satu dianiaya dan dihancurkan. Utusan terakhir
adalah anaknya sendiri yang disiksa dan dibunuh oleh para pekerja dan
pelayannya.
Di dalam masa Prapaskah ini peringatan tentang cinta
berbalas benci bertujuan memperkuat kewajiban kita untuk melakukan beberapa
tindakan. Pertama ialah ketidakmampuan membedakan cinta berbalas cinta atau
kebaikan dari cinta berbalas benci yang harus dihindari. Mereka yang menyatakan
diri beriman kepada Tuhan tetapi tidak bisa membedakan, lalu sengaja membalas
cinta dengan kebencian sebenarnya bukan pengikut Kristus.
Kedua, sebagai orang-orang beriman ketaatan kita menuntut
supaya kita berpihak pada pilihan untuk melakukan kehendak Tuhan. Terkait
dengan pembedaan tadi, pilihan kita ialah cinta berbalas cinta. Kebaikan
berbalas kebaikan. Suka cita berbalas suka cita. Supaya bisa memilih ini,
kedekatan dan keintiman kita dengan Tuhan sangat diperlukan, dan bukan sikap
dingin, malu, dan menjauh dari Tuhan. Sering berkomunikasi dengan Tuhan merupakan
cara yang paling umum untuk dilakukan.
Ketiga, cara cinta berbalas benci adalah medan laga yang
dihadapi oleh Yesus dalam pelayanan publik dan perjalanan salib-Nya, dan yang
diwariskan-Nya kepada kita para pengikut-Nya. Yesus tidak takut dan lari dari gempuran
kuat kebencian terhadap semua perbuatan kasih yang Ia lakukan. Semakin benci
dikobarkan, semakin besar pula cinta yang dilakukan. Banyak perlakuan penuh
kekerasan diterima, semakin banyak kesabaran, keteguhan iman, dan pengampunan
yang ditunjukkan sebagai balasnya. Cara ini yang Ia ajarkan kepada kita dan
kita dituntut untuk melakukannya. (Pastor
Peter Tukan, SDB)
0 Komentar