Unordered List

6/recent/ticker-posts

Cinta Berbalas Benci

 



Tema renungan kita pada hari ini ialah: Cinta Berbalas Benci. Kalimat dari tema ini bukan merupakan ajaran Tuhan bagi kita. Sebaliknya yang diajarkan Tuhan ialah cinta berbalas cinta atau cinta berbuah kebaikan atau cinta menghasilkan cuka cita. Meski bukan ajaran Tuhan, namun kitab suci dan ajaran Tuhan hendak menggambarkan betapa jahat dan buruk kehidupan itu jika dikuasai oleh dosa. Iri hati, benci, marah, sombong, kejam, dan kekerasan merupakan dosa-dosa yang menghancurkan kehidupan.

 

Bacaan-bacaan pada hari ini berkisah tentang perbuatan cinta dari pihak yang punya kemurahan hati dan kasih kebapaan. Perbuatan itu dibalas dengan kebencian dan kemarahan yang berujung pada kehancuran dan kebinasaan utusan yang membawa pesan kasih itu. Yakob mengutus putra terkasihnya Yusuf, yang berarti ia hadir sendiri menjumpai dan melayani anak-anaknya di ladang. Tetapi Yusuf ditangkap, disiksa, lalu dijual. Utusan-utusan tuan ke kebun anggur satu per satu dianiaya dan dihancurkan. Utusan terakhir adalah anaknya sendiri yang disiksa dan dibunuh oleh para pekerja dan pelayannya.

 

Di dalam masa Prapaskah ini peringatan tentang cinta berbalas benci bertujuan memperkuat kewajiban kita untuk melakukan beberapa tindakan. Pertama ialah ketidakmampuan membedakan cinta berbalas cinta atau kebaikan dari cinta berbalas benci yang harus dihindari. Mereka yang menyatakan diri beriman kepada Tuhan tetapi tidak bisa membedakan, lalu sengaja membalas cinta dengan kebencian sebenarnya bukan pengikut Kristus.

 

Kedua, sebagai orang-orang beriman ketaatan kita menuntut supaya kita berpihak pada pilihan untuk melakukan kehendak Tuhan. Terkait dengan pembedaan tadi, pilihan kita ialah cinta berbalas cinta. Kebaikan berbalas kebaikan. Suka cita berbalas suka cita. Supaya bisa memilih ini, kedekatan dan keintiman kita dengan Tuhan sangat diperlukan, dan bukan sikap dingin, malu, dan menjauh dari Tuhan. Sering berkomunikasi dengan Tuhan merupakan cara yang paling umum untuk dilakukan.

 

Ketiga, cara cinta berbalas benci adalah medan laga yang dihadapi oleh Yesus dalam pelayanan publik dan perjalanan salib-Nya, dan yang diwariskan-Nya kepada kita para pengikut-Nya. Yesus tidak takut dan lari dari gempuran kuat kebencian terhadap semua perbuatan kasih yang Ia lakukan. Semakin benci dikobarkan, semakin besar pula cinta yang dilakukan. Banyak perlakuan penuh kekerasan diterima, semakin banyak kesabaran, keteguhan iman, dan pengampunan yang ditunjukkan sebagai balasnya. Cara ini yang Ia ajarkan kepada kita dan kita dituntut untuk melakukannya. (Pastor Peter Tukan, SDB)

 

Posting Komentar

0 Komentar