Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Berkenan Yang
Rendah Hati. Sikap rendah hati ialah sebuah pegangan kebenaran tentang
pandangan terhadap diri sendiri yang tidak lengkap atau sempurna, sehingga
sangat memerlukan pihak lain untuk melengkapi. Sesama kita selalu berperan
melengkapinya. Bagi orang beriman, pihak lain yang menjadi sumber semua
pertolongan ialah Tuhan.
Tuhan tahu betul anak-anak-Nya yang rendah hati dan
sombong atau angkuh. Mereka yang rendah hati Ia lengkapi dengan berkat karunia
untuk menutupi dan melengkapi yang kurang pada mereka. Mereka yang tinggi hati
dan sombong atau angkuh jelas tidak memerlukan lagi sesuatu untuk melengkapi
dirinya. Mereka sudah penuh dan memadai, sehingga yang diperlukan hanya pujian,
hormat, ketenaran, kemasyhuran, dan nama baik yang mentereng.
Penampilan dan penghayatan kerendahan hati yang berlawanan
dengan kesombongan dapat dilihat dalam berbagai sisi kehidupan. Pembicaraan
yang menggunakan bahasa dan pilihan kata-kata sudah cukup menandakan siapa yang
rendah hati dan siapa yang sombong. Bahasa tubuh yang kita pakai, berpakaian,
makanan atau minuman yang kita konsumsi, dan pergaulan di antara sesama
merupakan contoh-contoh yang sangat nyata memperlihatkan seseorang itu tulus
bersikap rendah hati atau sebaliknya tampak sombong.
Bacaan liturgi kita pada hari ini menggambarkan aspek doa
atau ungkapan iman kita. Di dalam berdoa dan berada di hadirat Tuhan seseorang
dapat dipandang bersikap rendah hati atau sebaliknya sombong. Injil Lukas
menampilkan profil kerendahan hati itu pada si pemungut cukai yang merasa punya
hubungan dengan Tuhan. Tetapi hubungan itu sungguh telah rusak oleh
dosa-dosanya sehingga isi doanya ialah merasa bersalah, menyesali, mengakui
dosanya, dan memohon ampun. Di dalam kerendahan hatinya, ia tahu Tuhan yang
maha kuasa berkenan mendengar, menerima, dan mengampuninya.
Sebaliknya, profil kesombongan itu ada pada seorang Farisi
yang tahu kalau ia punya hubungan dengan Tuhan, namun hubungan itu seperti
orang-orang sebaya. Mereka seperti satu tingkat, yaitu sama-sama baik, indah,
dan sempurna. Seperti orang sebaya, orang Farisi itu ungkapkan semua
kualitasnya dengan niat supaya dipuji dan dihormati oleh Tuhan yang dianggapnya
setingkat dengannya. Yesus mengatakan bahwa sikap sombong seperti ini jelas
tidak berkenan kepada Tuhan dan tidak mendapatkan belas kasih-Nya.
Kunci untuk menjadi rendah hati ialah seperti yang
dikatakan oleh nubuat nabi Hosea: doa dan persembahan kita harus berupa cinta
yang tulus kepada Tuhan, dan bukan cinta diri yang berlebihan. (P Peter Tukan, SDB)
0 Komentar