Unordered List

6/recent/ticker-posts

Tuhan Berkenan yang Rendah Hati

 


 

Renungan kita pada hari ini bertema: Tuhan Berkenan Yang Rendah Hati. Sikap rendah hati ialah sebuah pegangan kebenaran tentang pandangan terhadap diri sendiri yang tidak lengkap atau sempurna, sehingga sangat memerlukan pihak lain untuk melengkapi. Sesama kita selalu berperan melengkapinya. Bagi orang beriman, pihak lain yang menjadi sumber semua pertolongan ialah Tuhan.

 

Tuhan tahu betul anak-anak-Nya yang rendah hati dan sombong atau angkuh. Mereka yang rendah hati Ia lengkapi dengan berkat karunia untuk menutupi dan melengkapi yang kurang pada mereka. Mereka yang tinggi hati dan sombong atau angkuh jelas tidak memerlukan lagi sesuatu untuk melengkapi dirinya. Mereka sudah penuh dan memadai, sehingga yang diperlukan hanya pujian, hormat, ketenaran, kemasyhuran, dan nama baik yang mentereng.

 

Penampilan dan penghayatan kerendahan hati yang berlawanan dengan kesombongan dapat dilihat dalam berbagai sisi kehidupan. Pembicaraan yang menggunakan bahasa dan pilihan kata-kata sudah cukup menandakan siapa yang rendah hati dan siapa yang sombong. Bahasa tubuh yang kita pakai, berpakaian, makanan atau minuman yang kita konsumsi, dan pergaulan di antara sesama merupakan contoh-contoh yang sangat nyata memperlihatkan seseorang itu tulus bersikap rendah hati atau sebaliknya tampak sombong.

 

Bacaan liturgi kita pada hari ini menggambarkan aspek doa atau ungkapan iman kita. Di dalam berdoa dan berada di hadirat Tuhan seseorang dapat dipandang bersikap rendah hati atau sebaliknya sombong. Injil Lukas menampilkan profil kerendahan hati itu pada si pemungut cukai yang merasa punya hubungan dengan Tuhan. Tetapi hubungan itu sungguh telah rusak oleh dosa-dosanya sehingga isi doanya ialah merasa bersalah, menyesali, mengakui dosanya, dan memohon ampun. Di dalam kerendahan hatinya, ia tahu Tuhan yang maha kuasa berkenan mendengar, menerima, dan mengampuninya.

 

Sebaliknya, profil kesombongan itu ada pada seorang Farisi yang tahu kalau ia punya hubungan dengan Tuhan, namun hubungan itu seperti orang-orang sebaya. Mereka seperti satu tingkat, yaitu sama-sama baik, indah, dan sempurna. Seperti orang sebaya, orang Farisi itu ungkapkan semua kualitasnya dengan niat supaya dipuji dan dihormati oleh Tuhan yang dianggapnya setingkat dengannya. Yesus mengatakan bahwa sikap sombong seperti ini jelas tidak berkenan kepada Tuhan dan tidak mendapatkan belas kasih-Nya.

 

Kunci untuk menjadi rendah hati ialah seperti yang dikatakan oleh nubuat nabi Hosea: doa dan persembahan kita harus berupa cinta yang tulus kepada Tuhan, dan bukan cinta diri yang berlebihan. (P Peter Tukan, SDB)

Posting Komentar

0 Komentar