“Aku masih berdiri di sini, dalam satu ketaatan iman menyuarakan kebenaran sebagai jalan menguduskan dunia, melayanimu tanpa letih dan menyatukannya dalam satu perayaan kudus Ekaristi sebagai jalan menguduskanmu serta mengajarimu untuk ikut Taat sebagai pengikut Kristus dalam kesatuan satu Gereja yang Kudus, Apostolik dan Katolik.”
Segala pujian darimu untukku tak akan pernah membuatku menjadi besar kepala dan lupa diri. Namun pujian dan rasa banggamu itu semakin menyadarkan saya akan kelemahan dan kerapuhanku untuk membangun pertobatan dalam sebuah persembahan hidup yang taat dan kerendahan hati.
Demikian pula dengan segala hinaan, ketidakpuasan bahkan amarah yang kuterima tak akan pernah memadamkan semangat pelayananku dan tak akan pernah membuatku putus asa. Karena setajam apapun hinaan, bahkan setiap saat menyerukan ketidakpuasan akan pelayananku bahkan bara amarahmu selalu menyengat bahkan menguliti diriku, semakin menyadarkan saya bahwa engkau sedang mencintai, mendukung dan menguatkan saya sebagai imammu dengan cara yang berbeda.
Bagiku segala pujian yang engkau berikan adalah untuk Dia yang sudah memanggil saya menjadi imam-Nya, yang telah menganugerahkan sekian talenta yang kugunakan untuk mewartakan Kebenaran Sabda-Nya dalam seluruh gerak pelayananku yang jauh dari kata sempurna. Pujian yang engkau berikan tak mengubah cara saya dalam menghidupi imamat saya; “Bukan kehendaku, melainkan kehendak-Mu” (bdk. Mrk 14:36). Maka ketegasan bahkan mungkin terkesan marah ketika ketidaktaatanmu dipertontonkan hanya untuk memenuhi rasa haus untuk diperhatikan, dipuji dan dibanggakan.
Bahkan setiap hinaan, ketikdakpuasan bahkan amarah yang engkau layangkan kepadaku, semakin menyadarkan saya bahwa engkau sangat mencintaiku. Bagiku hinaan, ketidakpuasan dan amarahmu adalah cara engkau mencintai panggilan saya. Saya selalu mengatakan kepada umat saya; “kemarahan orang tua adalah cara mereka mencintai kita yang menginginkan masa depan kita cerah dan lebih baik. Mereka marah karena kerasanya hati dan kepala kita yang tidak mendengarkan dan mengikuti nasehat mereka.”
Maka bagiku hinaan, ketidakpuasan bahkan amarahmu adalah caramu menunjukan cintamu kepadaku, pada panggilan dan imamat saya yang menghendaki saya menjadi seorang imam yang lebih baik, yang melayani tanpa membedakan dan yang sungguh menghidupi ketaatan sebagai jalan kepasrahan pada kehendak Allah.
Untukmu yang melantunkan senandung pujian dan bagimu yang menarasikan hinaan, ketidakpuasan dan amarah, saya hanya bisa mengatakan kepadamu; “Terimakasih kepada Dia” yang telah memanggilku untuk menjadi imam-Nya sehingga boleh mengalami ragam pengalaman yang menguatkan dan meneguhkan jejak ziarahku sebagai seorang imam dan misionaris.
Pujian yang kuterima, bagiku adalah madah pujian bagi Dia yang memanggilku dan hinaan, ketidakpuasan serta amarah yang kuterima bagiku adalah Jalan Salib yang engkau sediakan bagiku untuk bersama dengan Yesus memulai perjalanan salib dari Getsemani menuju Golgota seraya membisikan kepadamu; “aku mengasihimu, saat ini juga bersamamu masuk ke dalam Firdaus” (bdk. Luk 23:43).
Manila: 14-April 2022
Tuan Kopong MSF
0 Komentar