Lembata, Gagas Indonesia Satu.com - - -
Tagawiti- Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) mendorong percepatan vaksinasi covid-19 bagi komunitas pekerja migran di Ile Ape dan Ile Ape Timur dengan menggelar kegiatan sosialisasi pentingnya vaksinasi covid-19 bagi komunitas pekerja migran perempuan yang berlangsung di aula kantor Desa Tagawiti, Kecamatan Ile Ape, Lembata Rabu, (27/4-2022).
Kegiatan yang menghadirkan Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Lembata, Rosa Delima Tuto sebagai nara sumber itu diikuti 36 orang perwakilan dari enam komunitas pekerja migran dan pemerintah desa di Ile Ape dan Ile Ape Timur, yang desanya sudah ditetapkan sebagai desa buruh migran (Desbumi).
Kepala Desa Tagawiti, Kornelis KB. Making dalam sambutannya menyebutkan bahwa saat ini total masyarakat Desa Tagawiti yang telah menerima vaksinasi Covid-19 berjumlah 496 orang untuk vaksin 1 dan 2. Adapun rinciannya, 114 orang berusia 12-17 thn, 295 orang usia 295 orang, dan 90 org usia 60 tahun ke atas. Sementara Boster baru 53 orang. Untuk itu, Kevin demikian Kades Tagawiti biasa disapa, mengharapkan agar komunitas perempuan pekerja migran bisa menjadi pioner untuk mendorong masyarakat mengikuti vaksinasi.
Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan (IBI)Lembata dalam paparan materinya menyebutkan saat ini cakupan vaksinasi Covid -19 di Kabupaten Lembata, sudah mencapai 98 persen, vaksin ke II 78 persen dan boster sudah mencapai 60 persen. Lembata kata Bidan Delima, merupakan salah satu dari lima kabupaten dengan capaian vaksinasi tertinggi di NTT. Bahkan kata dia, sebulan terakhir tidak ada kasus covid-19. Namun demikian lanjut dia, Covid-19 belum selesai. Bisa saja kasusnya ada tapi tidak terdeteksi karena tidak memeriksakan diri ketika mengalami gejala covid-19.
"Jangan pernah salahkan Nakes ketika anda batuk dan hasil pemeriksaan dinyatakan covid -19. Karena selama ini ada yang dinyatakan positip lalu mengatakan Nakes yg covidkan mereka. Nakes bekerja berdasarkan aturan mainnya. Diagnosa yg diberikan dokter berdasarkan hasil pemeriksaan," itu harus diketahui bersama.
Karena itu, protokol kesehatan menjadi wajib hukumnya. "Jangan pernah bilang saya sudah vaksin jadi kebal terhadap covid. Sekali bersin ada 1 juta partikel. Ada yg mengaku ketika mengenakan masker, mereka lebih kebal terhadap rangsangan dari luar. Ini benar karena ketika kita pake masker kita juga terlindungi dari debu, dan dari penderita TBC, juga batuk pilek. Karena itu saya berharap penggunaan masker harus menjadi kebiasaan baru selain protokol kesehatan lainnya yang harus tetap dipatuhi. Bahkan kalaupun suatu waktu pandemi berakhir, masker bisa tetap dipakai," pintanya.
Dijelaskan, dengan vaksinasi saja tidak cukup untuk tidak terpapar Covid-19, tapi juga harus mengkonsumsi makanan bergisi dan istirahat yang cukup.
Ia juga meminta masyarakat untuk tidak diskriminatif dengan penderita Covid-19 melainkan harus memberikan dukungan agar penderita bisa secepatnya sembuh.
"Ada kasus dimana keluarga mengambil jenazah dengan status Covid-19 dari fasilitas kesehatan yang ditangani Nakes dengan protap Covid-19, dan ketika keluarga yang melakukan kontak erat itu diperiksa hasilnya positip. Kalau sudah seperti ini siapa yang disalahkan," tukasnya bertanya.
Terhadap persoalan ini, ia minta komunitas pekerja migran untuk turut menjadi motor penggerak dalam vaksinasi covid-19 agar bisa mencapai cakupan 100 persen. Dengan begitu semua kita dapat saling melindungi satu sama lain dari Covid-19.
Menjawab pertanyaan peserta soal perlunya rapid tes sebelum bepergian ke wilayah lain, Bidan Delima mengatakan terdapat kebijakan pemerintah sesuai level kasus Covid di daerahnya. Daerah yang kasus covidnya sedikit ada kebijakan membebaskan warganya berpergian tanpa rapid tes, namun bila bepergian ke luar wilayah provinsi lain maka tergantung kebijakan di daerah tujuan.
Untuk diketahui, kegiatan sosialisasi pentingnya vaksinasi covid-19 ini merupakan kerja sama YKS dan Migrant CARE Jakarta dengan dukungan Inklusi. (*)
0 Komentar