Larantuka, Gagas Indonesia Satu.com
HIDUP rukun penuh persaudaraan, toleransi
antarumat beragama di Witihama bukan hal yang baru. Kehidupan yang penuh
kedamaian ini adalah warisan dari nenek moyang. Momentum Idul Fitri di Witihama
kali ini berbeda atau istimewa karena, tidak ada lagi dilakukan
dengan memperhatikan jarak antara satu dengan lain tapi yang menjaga keamanan
dan ketertiban dari tim dari pemuda Katolik di wilayah tersebut.
‘’Tidak hanya itu sebagai Muslim, selalu dilibatkan
dalam kegiatan penjemputan ketika ada Tahbisan Imam Baru. Bahkan tokoh Muslim
dilibatkan duduk dalam kepanitiaan dalam panitia imam baru itu. Inilah yang
istimewa,’’ demikian dikatakan Date Rugi, pengajar TK Al Amal, Desa Lamablawa , Kec. Witihama,
Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dalam live Talkshow Merawat Kebhinekaan di
Kanal Katolikkana, Kamis ( 5 Mei 2022).
Kegiatan diawali pukul 20.00-21.00 wib mengusung
tema “Idul Fitri dalam Harmoni NTT” menghadirkan nara sumber : Maksimus Masan
Kian ( guru SMPN I Lewolema – juga ketua PGRI Flotim), Roslinah Date Rugi (guru
TK) dan Januar Lamablawa (pegiat kemanusiaan). Acara ini dipandu,
Lukas Ispandriarna.
Mengawali pemaparan, Maksimus Masan mengatakan
persaudaraan yang rukun itu usiannya jauh lebih lama ada di Adonara dan Lamaholot pada
umumnya. Bahkan sebelum kehadiran agama-agama di wilayah ini telah ada persaudaraan
yang sangat baik.
Dikisahkan di wilayah Honihama, desa kelahiran
Ketua PGRI ini, dua agama Katolik dan Islam disebarkan dua tokoh kakak beradik,
dan kerukunan itu tetap terjaga di wilayah desa ini. Histori ini membuat warga
selalu rukun, maka ketika Idul Fitri umat Katolik selalu datang bersama-sama “bersilaturahmi’
dengan komunitas Muslim di wilayah ini. Demikian juga saat Natal, umat Muslim
dalam bersama mengunjungi umat Katolik.
Kisah toleransi beragama layak jadi contoh baik
untuk negara Indonesia yang dikenal pluralis. Diceritkan Maksimus, masih di Honihama di satu dusun
dari ratusan kepala keluarga, hanya satu keluarga Muslim, dan berapa tahun lalu
ia membuka kesempatan umat Katolik datang ke rumahnya untuk menjalin
silaturahmi.
Januar Lamablawa, pegiat kemanusiaan di Flores
Timur mengatakan, falsafah hidup bagi
masyarakat Lamaholot, memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada toleransi.
Toleransi ada di Lamaholot itu karena kehadiran agam sementara persaudaraan itu
telah ada jauh sebelum kehadiran agama – agama. Seperti diketahui, persaudaraan
itu terungkap dalam ungkapan klasik “Kakan dike arin sare” ( = Antara kakak dan adik
sama –sama baik, saling mengasihi dan menyayangi).
Menjawab pertanyaan audiens tentang peran Pemda Flotim memberikan penguatan soal toleransi, Januar menjelaskan Kesbangpol bekerja sama dengan Kemenag Flotim untuk membentuk Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) yang melibatkan unsur perwakilan Katolik, Islam, Hindu, Kristen yang berjumlah 11 orang. Anggota FKUB secara berkala ke tingkat kecamatan untuk memantau kehidupan beragama sekaligus adanya tantangan lapangan yang bisa menimbulkan konflik agama. ***
Konradus Mangu
0 Komentar