Foto: diambil dari FB Romo Amatus |
Membaca
berita sederhana pada dinding FB Romo Amatus, pastor Paroki Witihama-Adonara
tentang perayaan emas, 50 tahun “Puli Toben” Witihama, seakan membongkar
memoriku akan masa lampau. Mendengar nama Puli Toben, ingatanku mengarah pada
masa lampau di mana seorang suster sekaligus perawat yang melayani orang-orang
sekitar Witihama dengan sangat ramah. Nama suster itu, Sr. Zita, CB. Ya, nama
yang simpel dan bisa diingat oleh semua pasien yang mendapatkan sentuhan tangan
dinginnya sehingga bisa memulihkan kondisinya untuk kembali ke keadaan semula.
Balai
pengobatan “Puli Toben” Witihama didirikan oleh Pater Jessing, SVD pada 10 Mei
1972. Pastor berkebangsaan Jerman ini begitu peduli dengan masalah kesehatan
waktu itu. Daerah Adonara dan Flores Timur secara umum di tahun 1972 masih
terbilang daerah terisolir karena buruknya sarana dan prasarana transportasi
yang tidak memadai. Atas keprihatinan inilah maka menggerakan hati seorang imam
Societas Verbi Divini untuk mendirikan balai pengobatan itu.
Setelah
resmi berdiri, balai pengobatan itu dikelola oleh suster-suster dari Carolus
Boromeus (CB). Sebelum Suster Zita, CB yang mengelola Puli Toben, masyarakat
Witihama dan sekitarnya juga mengenal Sr. Mervina, CB. Kehadiran para suster
yang berkarya di Puli Toben, memberikan angin segar bagi masyarakat Adonara. Kini,
dalam usia 50 tahun berkarya, Puli Toben tetap memberikan perhatian dan
pelayanan maksimal pada masyarakat. Beberapa berita yang beredar bahwa ungkapan
syukur 50 tahun Puli Toben Witihana juga dihadiri oleh Mgr. Frans Kopong Kung,
Uskup Larantuka. Kehadiran sang gembala diterima secara resmi dan mendapatkan
kehormatan karena dikalungi oleh seorang perempuan muslim. Peristiwa ini juga
dilihat sebagai kesempatan untuk merajut toleransi, atau dalam bahasa Romo
Amatus, Witihama sebagai laboratorium toleransi. Proficiat Puli Toben, tetap
setia merawat yang sakit dan terluka.***(Valery Kopong)
0 Komentar