Beberapa
media nasional melansir berita tentang beberapa menteri pada pemerintahan
Jokowi sibuk melakukan kegiatan yang lebih pada pencitraan diri agar bisa
digaet untuk menjadi calon presiden pada 2024 nanti. Editorial Media Indonesia
secara gamblang menyoroti kesibukan menteri dengan judul “Menteri Sibuk Memoles
Citra.” Pilihan judul ini menarik karena memperhadapan pada gaya pencitraan dan
kinerja yang menjadi target kabinet pada pemerintahan Jokowi. Memang tahapan
pemilu 2024 dan proses penjaringan calon presiden masih jauh tetapi menjadi
penting adalah bagaimana membangun dialog dan memperlihatkan diri di hadapan
publik semakin gencar dilakukan oleh beberapa menteri yang memiliki peluang untuk
menjadi seorang calon presiden.
Langkah politik beberapa menteri yang memanfaatkan kesempatan kunjungan di moment lebaran tahun ini menjadi sesuatu yang sah-sah saja. Para politisi dari parpol, di mana menteri itu berasal mulai memberikan pembelaan bahwa apa yang dilakukan semata-mata silahturahmi biasa tanpa ada pembicaraan serius mengenai peluang di masa pilpres nanti. Namun di balik silahturahmi itu, banyak menebarkan aroma politis yang cenderung memanfaatkan kesempatan untuk bergerak membangun kekuatan pada pihak-pihak yang mendukung langkah politiknya.
Politik memang dinamis dan politisi bisa memanfaatkan kesempatan untuk meraih kantong-kantong suara. Ada menteri yang bersilahturami pada ketua umum partai dan ada pula yang mendatangi pondok-pondok pesantren menemui kiyai. Orang-orang yang punya pengaruh mendapat kesempatan untuk ditemui dan dengan harapan agar suara para massanya bisa mengarah pada figur yang menemuinya untuk perhelatan demokrasi nanti.
Di era kebebasan demokrasi ini setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri untuk menjadi calon presiden nanti. Tetapi di masa milenial dengan keterbukaan media sosial ini, setiap gerak para politisi yang mencalonkan diri nanti, rekam jejak digital mereka diabadikan dalam google. Di sini, setiap pemilih bisa berselancar dunia maya untuk mencari tahu, siapa sesungguhnya si A atau si B yang berani menawarkan diri sebagai salah satu calon presiden nanti. Pencitraan boleh-boleh saja tetapi jauh lebih penting, tunjukkan hasil kinerjamu pada masyarakat sebagai bukti otentik dalam meyakinkan para pemilih nanti.***(Valery Kopong)
0 Komentar