Unordered List

6/recent/ticker-posts

"Poros Beringin"

 

Pada hari-hari belakangan ini, partai Golkar cukup gencar melakukan komunikasi politik. Golkar sebagai inisiator untuk membangun komunikasi dengan beberapa partai. Ketika Airlangga Hartanto bertemu dengan ketua umum PAN dan ketua umum PPP, beliau sempat bergurau bahwa beringin itu butuh matahari dan jika terus disinari matahari maka beringin akan hijau. Gurauan ini memberikan sebuah pesan penting bahwa dalam berpolitik perlu adanya kolaborasi yang mutualistik, sama-sama menguntungkan.

Golkar sebagai partai tua dan menjadi tempat naungan bagi partai-partai lain. Golkar melalui ketua umumnya menawarkan kesejukan bagi siapapun yang bernaung di bawah beringin dan menjadi lambang partai itu. Beringin, lambang partai Golkar tidak hanya menampilkan diri sebagai partai yang kokoh tetapi juga memperlihatkan bagaimana badai politik terus menderanya sepanjang sejarah. Di bawah terpaan angin badai politik itu, Golkar tetap terlihat kokoh karena akar-akarnya terus menjalar ke mana-mana sebagai penyangga utama dan penopang keberdiriannya di tengah zaman.

Dalam tataran politik, Golkar itu merupakan partai yang lihai, sanggup membuka komunikasi dengan partai mana saja. Barangkali salah satu hal utama yang membuat Golkar terus membangun komunikasi dengan partai lain adalah bahwa para politisi di partai lain juga merupakan “mantan Golkar” dan pernah berada di bawah beringin itu. Lihat saja para politisi senior, umumnya mereka pernah berada di partai berlambang beringin itu. Mereka pernah belajar bagaimana sesungguhnya menjadi seorang politisi dan membangun strategi untuk bisa memenangkan sebuah pertarungan. Mungkin juga para politisi eks Golkar pernah belajar bagaimana membangun strategi untuk mematahkan lawan.

Memang dalam berpolitk itu tidak ada teman abadi. Hari ini seorang politisi mendapat teman, namun besok bisa berubah rupa menjadi lawan yang perlu diperangi. Dengan bermodal tidak ada yang abadi dalam kehidupan ini, seorang politisi sanggup menjelajahi teritori partai lain untuk meyakinkan mereka tentang “poros baru” di bawah beringin itu. Dalam kaca mata para pengamat politik ketika melihat “bangunan politik koalisi” sementara ini yang merupakan bentukan partai Golkar, PAN dan PPP merupakan bangunan politik yang rapuh.


Mengapa koalisi ini disebut sebagai bangunan rapuh? Alasan sangat sederhana bahwa mereka hanya membangun koalisi tetapi tidak punya calon presiden dengan elektabilitas yang tinggi. Karena itu bisa diprediksi, kerja sama tiga partai ini kemungkinan berakhir pada beberapa bulan ke depan. Untuk bisa eksis dalam koalisi menjelang tahun politik nanti, mereka harus menggadang seorang yang memiliki kharisma politik yang kuat dan bisa mempengaruhi massa pemilih. Masyarakat sebagai pemilik suara sudah cerdas dalam menentukan pilihan. Figur calon pemimpin yang bisa diterima masyarakat adalah calon pemimpin yang sudah memperlihatkan kerja nyata.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar