Unordered List

6/recent/ticker-posts

Tiga Misionaris Indonesia Nyekar ke Makam Bernard Bode SVD di Belanda

 


PASTOR Bernard Bode SVD dan Lembata, Nusa Tenggara Timur, ibarat dua sisi dari satu mata uang. Gereja Katolik Indonesia, khususnya Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD) Provinsial Ende, Pulau Flores lengket dengan nama bele tu’e, Pastor Bode, tuan Bode atau Bernard Bode. Di Jerman atau di pusaranya nan asri di kampung Style, Belanda nama bele tu’e ditulis P Bernhard Bode.

 Pastor Bode lahir di Bilshauesen, Jerman pada 20 Agustus 1885 dan meninggal pada 20 Agustus 1978 di Biara Pusat SVD di Steyl, Belanda dalam usia ke-76. Panggilan hidup sebagai imam mengantarnya ‘meneken’ kontrak mati imam ini mendharmabaktikan seluruh hidup dan karyanya sebagai pelayan Sabda, mewartakan kabar sukacita bagi umat dan warga bangsa di muka bumi di mana saja ia diutus. Bele tu’e Bode ditahbiskan menjadi imam tahun 1910. Oleh pimpinan SVD, ia dikirim menjadi misionaris dan berkarya selama enam tahun di Benua Afrika, tepatnya di Togo. Namun, akibat konflik Perang Dunia I pecah, bele tu’e Bode bale, pulang Eropa.

 

Panggilan sang Sabda dan dorongan kuat imam misionaris kuat yang dirindukan bele tu’e Bode jadi panduan. Bele tu’e Bode, misionaris yang saleh dalam istilah Vikaris Apostolik Kepulauan Sunda kecil dan Uskup Keuskupan Larantuka Mgr Heinrich Leven, SVD tempo doeloe, kemudian ia mendapat tugas untuk berkarya di Lembata. Pada 11 Mei 1920, bele tu’e Bode untuk pertama kali menjejakkan kakinya di Indonesia, sebuah negeri di kawasan Asia dengan mayoritas penduduk pemeluk Islam paling kaboak (besar, dalam terminologi bahasa gaul Kupang) di dunia.


Bele tu’e Bode menyapa Batavia (Jakarta, tempo doeloe) lalu menuju SVD Ende, menelusuri sebagian jalan darat menuju kota Reina (Larantuka) di ujung timur Flores, kemudian nae bero, tena (naik sampan) nyeberang melewati pinggiran selat Gonzalu, dalam dekapan bibir nusa tadon Adonara dan Solor, dua pulau eksotis di perairan Flores bagian timur sebelum akhirnya menelusuri perairan selatan Lembata lalu menetap di levo (kampung) Lamalerap, lereng Labalekan, tanah Misi yang dituju.

 

“Saya bersama Pastor Noker CSsR dan rindu sekali mengunjungi makam Pastor Bode di Steyl, Belanda. Jauh-jauh dari Jerman saya bersama Pastor Noker, imam Redemptoris putra asli Lamalera mewujudkan kerinduan nyekar ke makam Pater Bode di Steyl. Sekitar sebelas kali saya ke pemakaman umum khusus para anggota SVD, tapi sulit menemukan makam Pater Bode,” ujar Pastor Zakaris Sago Kalikur Pr, imam asal Ile Ape, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, yang kini tinggal di Jerman.




“Saya bersama Ibu Agatha, wisatawan asal Bandung yang tengah berlibur di Eropa putar-putar, keliling di antara makam-makam di setiap blok. Lumayan lama. Tiba-kami tiba diberitahu Pater Noker dan rekan imamnya asal Sumba kalau makam bele tu’e Bode diketahui. Bahagia, haru, dan syukur menyatu dalam hati. Saya melihat, Pater Bode sungguh menunjukkan dan membuka pintu agar Pater Noker, seorang cucunya yang mengikuti jalan panggilan berkesempatan melihat dari dekat makamnya. Kami berdua mengabdikan momen itu agar jadi knato, kabar baik dari Steyl untuk umat Katolik di Indonesia, khususnya Lembata dan teristimewa di levo Lamalerap, Paroki Santo Petrus dan Paulus Lamalera, tanah Misi yang pernah dilayani Pater Bode,” ujar Pastor Zakaris lebih jauh.

 

Mengapa Pastor Zakarias sulit menemukan makam bele tu’e Bode, ada alasannya. Di pemakaman umum milik SVD itu ada ribuan makam imam dan bruder petinggi maupun misionaris SVD sehingga menyulitkan imam Projo yang ramah dari kaki Ile Lewotolok itu sehingga mengecohkan saat mencari makam bele tu’e Bode. Tapi, kali ini Pastor Zakarias khusuk dalam doa, terharu penuh syukur. Ia percaya Pater Bode menunjukkan jalan kepada Pastor Gabriel Notan Keraf CSsR, nama komplit bele tu’e Noker, misionaris dari levo Lamalerap, Lembata. Pater Noker yang menemukan makam Pater Bode.


 Misi Orang Muda 

Menurut Pastor Noker CSsR, ia bersama rekannya, Pastor Gabriel Hunga Meha CSsR adalah misionaris dari Kongregasi Sang Penebus Mahakudus atau dalam kata bahasa Latin, Congregatio Sanctissimi Redemptoris (CSsR). Keduanya menjadi misionaris Redemptoris di Jerman. Sekadar tahu, CSsR awalnya didirikan Santo Alphonsus Ligouri di Scala, dekat Amalfi, Italia untuk orang-orang yang bekerja di antara orang-orang di negara yang diabaikan di lingkungan Napoli.

 

Anggota Kongregasi, entah imam Katolik maupun biarawan yang dikonsekrasi dikenal sebagai Redemptoris dan mengenakan gambar Bunda Maria Penolong Abadi. Mereka berkarya di lebih dari 77 negara di seluruh dunia. Saat bertemu Pastor Zakarias, niat Pastor Noker dan Pastor Hunga Meha kesampaian. Kedua imam Redemptoris ini bersama Pastor Zakarias dan ibu Agatha memenuhi kerinduan berziarah ke makam Pater Bode, misionraris sejati dan kudus yang pernah menggembalakan umat Paroki Lamalera dan Lembata umumnya.

 

Saya dan Pater Gabriel CSsR menjalani Misi di Biara Orang Muda milik Redemptoris di Jugend-Kloster Kirchhellen, Jerman. Biara ini mengkhususkan diri untuk pelayanan bagi orang muda. Namun tidak menutup kemungkinan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan dan kegiatan sosial lainnya,” kata Pastor Noker, imam Redemptoris kelahiran Lamalera 6 Juni 1990 dari pasangan Hendrikus Kia Keraf dan Lusia Nula Key.

 

Menurut Pastor Noker, bersua dengan Pastor Zakarias di tanah Misi, Jerman menggandakan rasa syukur dan bahagia di sela-sela kedua imam Redemptoris itu menunaikan tugas di negeri pimpinan Kanselir Federal Republik Federal Jerman Olaf Scholz. Mengapa? Mereka boleh berkesempatan nyekar di makam Pater Bode SVD nun di Steyl, negeri Belanda.

 

“Saya merasa sangat bersyukur dan senang bisa sampai di Belanda dan nyekar di makam bele tu’e Bode. Bele tu’e Bode adalah misionaris yang sangat berjasa buat umat Paroki Lamalera. Meskipun saya tidak melihat beliau secara langsung dan hanya mendengar cerita dari orang tua saya di levo, tetapi saya yakin dari cerita-cerita itulah saya menjadi yakin dan percaya bahwa beliau adalah misionaris yang pernah tinggal dan mencintai kami umat Paroki Lamalera,” kata Pastor Noker.


“Setelah Pater Noker beritahu letak kubur Pater Bode, kami semua satu dalam doa dan bernyanyi di makam. Kami semua bangga. Begitu juga Pastor Noker, anak nelayan dan lamafa (juru tikam paus) di lefa gehak (bidang tugas lain), melayani umat-Nya. Pastor Noker bahagia dan bangga boleh bertemu makam Pastor Bode, imam sejati yang lama mengabdi di levo Lamalera. Dia ingin membawa segenggam tanah dari makam Pater Bode untuk dihadiahkan kepada umat Paroki Lamalera,” kata Pastor Zakarias, misionaris yang puluhan tahun tinggal di Jerman.   ***( Konradus R.Mangu)

 

Foto

 

1: Dari kiri Pastor Zakarias Sago Kalik Pr, Pastor Gabriel Hunga Meha, CSsR, Pastor Gabriel Notan Keraf, CSsR (Noker) bersama dua suster SSpS saat berada di pemakaman SVD di Steyl, Belanda.

 

2. Dari kiri Pastor Gabriel Notan Keraf CSsR (Noker), dan Pastor Zakarias Sago Kalik Pr di makam Pastor Bernard Bode SVD di Steyl, Belanda.

 

3. Pastor Gabriel Notan Keraf CSsR (Noker) di makam Pastor Bernard Bode SVD di Steyl, Belanda.

 

Posting Komentar

0 Komentar