Tangerang, Gagas Indonesia Satu.com
PERNAHKAH anda mendengar perayaan Pek Cun? Perayaan budaya yang biasa dilaksanakan masyarakat Kota Tangerang khususnya warga Tionghoa ini memang menarik untuk disimak karena memilikipesan penting. Selama dua tahun lalu, Pek Cun tidak dirayakan meriah karena kasus pandemi Covid 19. Tahun ini pesta itu kembali dilaksanakan dengan kegiatan meski tak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
Seperti disaksikan pada Jumat ( 3 Juni 2022) puluhan masyarakat Tionghoa berkumpul di Lithang, Jalan Kisamaun, Pasar Lama Tangerang. Mereka datang melaksanakan doa bersama, dipimpin tokoh agama Khonghucu. Mereka menyebut doa itu disebut "Sembahyang Yue atau Duan Yang". Oey Tjing Eng, seorang tokoh budaya Tionghoa Tangerang menjelaskan doa yang dilaksanakan untuk ikut menjaga danmelestarikan alam ciptaan sehingga manusia bisa terhindar dari bencana alam.
''Sesungguhnya pesan terpenting perayaan Pe Cun adalah menjaga lingkungan dengan baik sehingga jangan sampai alam dirusak oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Ini perayaan Pek Cun mestinya disadari masyarakat yang merayakannya,'' kata Oey Tjing Eng.
Sebutan acara DuanYang mempunyai arti, saat matahari menyinari bumi dengan sangat kuat, saat pukul 11.00 sampai dengan13.00.Perayaan ini dilksanakan pada tengah hari.Saat itu matahari melambangkan curahan rahmat Tian (Tuhan). Cahaya matahari merupakan sumber energi, sumber kehidupan, lambang Rahmat dankarunia Tuhan bagi seluruh umat manusia.
Kisah tentang Pek Cun tidak lepas dari tokoh Perdana Menteri , Qu Yuan yang hidup pada masa Zan Quo (403 - 231) sebelum masehi atau zaman peperangan antar negara. Ia dibuang atas fitnah yang diterimanya, akhirnya ia rela mengorbankan dirinya ke sungai Miluo. Kejadian ini sebagai peringatan karena merasa prihatin atas kehancuran negerinya yang diserang oleh negeri Qin. Jenazah perdana menteri itu tidak berhasil ditemukan. Peristiwa kala itu membuat sekitar melempar beras yang diisi dalam tempurung bambu, denganharapan ikan-ikan dapat memakan jenazahnya.
''Ini peristiwa budaya yang dilakukan juga pesan bagi warga Tionghoa yang berada di negara ini untuk berkorban demi negara Indonesia ini. Diharapkan semua merayakan memberikan pesan kita ikut menjaga dan merawat bangsa Indonesia ini,'' kata Oey Tjing Eng.
Selain sembahyang juga lomba pembuatan bacan (makanan khas Tangerang) sesuai dengan tradisi yang dilakukan negeri Tionghoa, pemeriksanaan kolesterol, asam urat dan tekanan darah di lokasi Lithang - Tangerang. Selain itu juga ada kegiatan mendirikan telur ayam di tengah hari dengan curahan sinar matahari yang menyengat.
Di lokasi sekolah Perguruan Setia Bhakti dilakukan kegiatan yang sama mendirikan telur. Ini merupakan kegiatan unik yang dilakukan setiap tahun. Acara ini menjadi ajang menampilkan budaya yang perlu dilestarikan masyarakat Tionghoa di Tangerang umumnya. *** Konrad R. Mangu
0 Komentar