Unordered List

6/recent/ticker-posts

"Ende Gut Alles Gut"

 

(Bagian ketiga dari catatan perjalanan di Flores) 

Ada ungkapan dalam bahasa Jerman, “Ende gut Alles gut,” akhir baik, semuanya baik. Ungkapan ini saya dapatkan saat mengikuti pelajaran bahasa Jerman dari Pater Paulus Boli Lamak, SVD ketika saya mengenyam pendidikan di Seminari Hokeng. Ketika Pater Paulus Boli menanyakan ungkapan ini pada saat ujian bahasa Jerman, ada seorang siswa menerjemahkan “Ende gut Alles gut,” orang Ende baik semua. Setiap siswa baru yang masuk, terjemahanan bahasa Jerman yang salah ini menjadi sebuah guyonan. 

Kata “Ende” menjadi terkenal tidak dalam lingkup ruang kelas namun kota Ende lebih terkenal lagi karena menjadi tempat pembuangan Bung Karno. Selama mengenyam pendidikan di Seminari Hokeng dan juga di Seminari Tinggi Ledalero, saya sendiri belum pernah menginjakkan kaki di kota Ende. Setelah dua puluh tahun berada di tanah Jawa dan berkesempatan pulang liburan, kini saya menyempatkan diri untuk berwisata di danau Kelimutu dan kota Ende. 

Berwisata ke kota Ende merupakan sebuah kebetulan. Tidak ada rencana dan di luar agenda liburanku pada bulan Juni-Juli 2022. Bermula dari pertanyaan Edmund Narardy Lewo Werang, anakku yang kini duduk di bangku SD kelas VI. Dalam pelajaran IPS, ia mendapatkan informasi akan danau Kelimutu, danau tiga warna. Atas informasi ini maka ia berusaha untuk mencari tahu dan berusaha untuk mengunjungi danau itu. Dengan memenuhi keinginannya untuk mengunjungi tempat wisata itu, saya juga berkesempatan untuk menikmati perjalanan kembali, mulai dari ujung timur pulau Flores sampai ke Moni, sebuah perkampungan di sekitar area wisata Kelimutu.

Kami tiba di Moni malam hari, sekitar pukul 19.00. Langkah pertama yang kami lakukan adalah mencari penginapan. Tidak terlalu sulit mencari penginapan dan lumayan murah. Pelayanan yang baik dan menyenangkan. Menginap di Moni merupakan sebuah strategi agar pada pagi hari, keesokan harinya, bisa naik ke atas kawah danau pada dini hari. Pukul 05.30 kami mencarter mobil untuk naik ke atas kawah danau Kelimutu. Memang kami membawa mobil dari Larantuka, tetapi ketika naik ke kawah danau Kelimutu, kami harus mencarter mobil hotel, tempat penginapan. Alasan utama, mengapa kami mencarter mobil milik hotel karena yang menyetir mobil adalah orang setempat yang lebih paham tentang situasi, mana tempat yang baik dan mana tempat yang dianggap keramat. Kalau membaca informasi yang tertulis pada batu, bahwa tempat itu (danau Kelimutu) merupakan tempat keramat, karena itu bagi kami sebagai pengunjung perlu berhati-hati dalam menikmati pemandangan di atas danau Kelimutu.


 

Menikmati keindahan danau Kelimutu tidak lain adalah menikmati keindahan semesta yang diberikan oleh Allah. Dari ketinggian kawah danau Kelimutu, sebagai orang beriman kita memuji kebesaran Allah yang memancarkan keindahan-Nya melalui danau Kelimutu. Kelimutu memang berada di Ende tetapi bukan diciptakan oleh orang Ende, melainkan pemberian Allah yang Mahamurah. Orang Ende selalu membuka diri kepada setiap orang yang datang mengunjungi danau Kelimutu. Memandang Kelimutu, memandang kebesaran Allah yang menempatkan danau Kelimutu sebagai sebuah keajaiban. Di atas kawah danau Kelimutu, aku hanya mengatakan “Ende gut Alles gut,” akhir baik, semua baik. Liburanku menjadi baik dan menyenangkan karena boleh menikmati pemandangan dari atas ketinggian Kelimutu.***(Valery Kopong)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar