(Bagian
keenam - catatan perjalanan di Flores)
Ketika mencari alamat biara Santo Yosef-Ende, beberapa kali harus muter karena salah masuk ke gang menuju biara itu. Beberapa kali muter dan mencari biara Santo Yosef, pada akhirnya bisa ketemu juga alamat yang dituju itu. Mobil yang ditumpangi itu diparkir di pinggir jalan raya dan saya bersama Edmund yang masuk ke area biara itu.
Di jalan masuk menuju biara Santo Yosef, terlihat jelas kantor penerbit dan percetakan Arnoldus-Ende. Penerbit Arnoldus sangat berpengaruh dan memainkan peranan penting dalam menumbuhkan iman melalui penerbitan dan penyebaran buku-buku rohani Katolik. Tidak hanya buku yang diterbitkan tetapi juga melahirkan media cetak. Dalam lingkup Nusa Tenggara Timur, peran Gereja sangat berarti terkait pengembangan media cetak, dimotori oleh Serikat Sabda Allah (SVD).
Ketika berada di biara Santo Yosef Ende, sempat saya bertanya pada seorang penghuni biara itu. Bagaimana dengan perkembangan koran “Flores Pos?” Ia menjawab bahwa koran “Flores Pos” edisi cetak tidak terbit lagi. Mendengar apa yang disampaikan itu, di satu sisi saya sendiri sedikit kecewa karena Flores Pos menjadi media, tempat saya mengirimkan tulisan-tulisan waktu itu. Tetapi di sisi lain, dengan perkembangan waktu dan teknologi yang kian canggih, banyak media cetak sudah mulai gulung tikar dan beralih ke media digital.
SVD telah banyak berjasa dalam menghidupkan media di NTT. Menelusuri peranan SVD dalam mengelola media cetak, salah satu sosok yang tak terlupakan adalah Pater Alex Beding, SVD yang begitu lama bergelut dalam dunia jurnalistik. Memang sebelumnya, ada beberapa media cetak muncul di permukaan Nusa Nipa, tetapi tidak lama bertahan karena tidak didukung dengan kekuatan finansial. Sejak lahirnya Orde Baru, saat yang sama, tepatnya 24 Oktober 1973 terbit Surat Kabar Mingguan DIAN. Kelahiran SKM DIAN dibawah tangan dingin seorang pastor sekaligus jurnalis handal, Pater Alex Beding, SVD. Cukup lama SKM DIAN terbit, kemudian lahirlah juga majalah anak-anak, yakni Majalah Kunang-Kunang. Majalah anak-anak ini terbit beberapa tahun dan pada akhirnya ditutup. SKM DIAN masih bertahan, namun posisi DIAN mulai tergeser sejak diterbitkannya Harian Umum Flores Pos pada 9 September 1999.
SVD
harus memikirkan kembali pengembangan media digital sebagai sarana pewartaan
dan edukasi bagi masyarakat. Media cetak sudah ditutup namun semangat untuk
menulis dan mewartakan kabar baik melalui media online tetap harus
diperhatikan. Saya mengingat kembali bagaimana Arnold Janssen pada saat awal
mengembangkan rumah misi pertama dan
menyebarkan informasi seputar misi melalui media cetak. Arnold Janssen tahu
baik bagaimana pengaruh dahsyatnya media cetak pada waktu itu yang bisa mempengaruhi
publik dan menjaring anak-anak muda untuk tertarik masuk pada Serikat Sabda
Allah yang didirikannya.***(Valery Kopong)
0 Komentar