Bulan Juni yang lalu, ketika berkesempatan libur di kampung Gelong-Adonara Timur, saya sempat mengikuti beberapa kegiatan penting. Ada dua moment penting yang menjadi titik temu orang banyak, di situlah saya bisa bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang seusia saya yang masih kenal baik denganku. Salah satu sosok yang pernah berinteraksi dengan saya adalah Bapak Bartolomeus Penana Payong. Kami bertemu dan sesaat saja berinteraksi saat mengikuti perayaan Ekaristi, sekaligus merayakan pesta pelindung Stasi Santo Petrus-Tapobali.
Memang tiap tahun ada kegiatan pesta pelindung Stasi Santo Petrus dengan mengadakan beberapa kegiatan, baik kegiatan olah raga maupun cerdas cermat dan lomba menyanyikan Mazmur. Masing-masing umat basis mengirimkan orang-orangnya untuk terlibat dalam kegiatan itu. Dari sekian banyak kegiatan itu, salah satu mata lomba yang menjadi perhatian dan sorotan utama dari Bapak Bartolomeus Penana Payong, yakni lomba menyanyikan Mazmur.
Saya sendiri belum terlalu tahu tentang alasan, mengapa Pak Barto menaruh perhatian lebih pada kegiatan perlombaan Mazmur. Saking mencintai kegiatan lomba Mazmur, Pak Barto pada akhir dari pengumuman lomba para pemenang, beliau sendiri memberikan apresiasi khusus dan memberikan hadiah tambahan pada mereka yang terlibat pada perlombaan Mazmur. Memahami Mazmur dari isinya menggambarkan banyak peristiwa dengan bahasa yang bermuatan sastrawi. Bila kita membandingkan teks kitab suci, Mazmur dilihat sebagai kitab yang paling unik karena menggunakan kata-kata puitis dalam menggambarkan sebuah peristiwa.
Daud dikenal tidak saja sebagai raja kedua Israel tetapi juga sebagai penulis Mazmur. Mazmur dinyanyikan sebagai pengantar untuk memahami bacaan kitab suci. Biasanya dalam tata aturan liturgi resmi, setelah bacaan pertama yang diambil dari Perjanjian Lama, setelah itu diselingi dengan nyanyian Mazmur, sebelum bacaan kedua. Ayat-ayat Mazmur yang dinyanyikan pada setiap hajatan liturgi menggambarkan refleksi mendalam dari Daud sebagai penulis. Mazmur, nyanyian untuk memuji kebesaran Allah yang diungkapkan oleh pengalaman iman seorang Daud.
Daud memiliki alasan kuat untuk mengungkapkan
syukur pada Allah yang telah memilihnya menjadi seorang raja untuk menggantikan
Saul. Di mata manusia, Daud adalah orang biasa, ia hanya seorang pengembala
kambing domba. Dari padang rumput yang hijau, tempat ia menggiring pada kawanan
kambing domba untuk mencari rumput, Allah memilihnya untuk menjadi seorang
pemimpin. Hidupnya Daud menjadi bermakna karena Allah telah merancang seluruh
bangunan jalan hidupnya. “Aku hendak
menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.” (Mazmur 77:13). RIP Bapak Barto Penana
Mazmur menjadi daya tarik tersendiri bagi
seorang Bartolomeus Penana Payong. Baginya, tidak mudah untuk menyanyikan
Mazmur karena harus menjiwai Mazmur itu sendiri sebelum dinyanyikan. Apresiasimu
pada para pemazmur di momen pesta pelindung Stasi Tapobali, rupanya menjadi
cerita akhir darimu. Dalam hidupmu juga merupakan sebuah “nyanyian,” sebuah
Mazmur yang perlu dinyanyikan sebagai ungkapan syukur atas kehidupan ini. Bermazmurlah
bagi-Nya di kediaman abadi di surga. Selamat jalan Pak Barto, Requiescat In
Pace.***(Valery Kopong)
0 Komentar