(Bagian
kelima - catatan perjalanan di Flores)
Ketika bicara tentang kota Ende, sepertinya saya kehilangan kata-kata untuk melukiskan betapa kota Ende pernah menjadi tempat perenungan Bung Karno saat beliau diasingkan di kota itu. Membangun narasi tentang kota Ende, saya sendiri memiliki pengetahuan yang sangat minim tentang kota Ende dan terlebih, saya baru pertama kali menginjakkan kaki di kota Ende pada liburan Juni 2022. Selama mengenyam pendidikan di STFK Ledalero waktu itu, saya sendiri tidak pernah ke Ende, padahal pusat Provinsialat SVD yang mengurus para imam, frater dan bruder, ada di kota Ende. Mungkin karena saya tidak ada urusan yang mengharuskan saya ke kota Ende maka sampai menyelesaikan pendidikan di STFK Ledalero, tidak pernah saya menginjakkan kaki di kota Ende.
Sejarah tentang kota Ende lebih banyak saya tahu dari literatur dan cerita-cerita dari orang-orang Ende yang saya temui di perantauan. Ketika melihat kota Ende pada bulan Juni 2022, ternyata letaknya tidak jauh dari pelabuhan Ipi-Ende. Ada beberapa tempat lain, yang tidak jauh dari Ende, yakni pohon sukun dan taman perenungan Bung Karno. Pada selasar yang menjadi lorong masuk menuju pohon sukun, ada tulisan “Taman Perenungan Bung Karno.” Taman perenungan Bung Karno, menjadi pintu masuk untuk membuka memori para pengunjung bahwa tempat inilah yang dijadikan Bung Karno untuk merenung tentang butir-butir Pancasila dan terutama tentang Indonesia.
Kota
Ende menjadi titik dasar mengawali permenungan tentang keindonesiaan. Ketika
berada di Ende dalam kisah perasingannya, Bung Karno membangun perjumpaan
dengan pastor-pastor Katolik. Di “Serambi Soekarno,” tepatnya di biara Santo
Yosef Ende, kita bisa dapatkan ruang perpustakaan yang pernah menjadi tempat
Bung Karno membaca buku-buku. Bisa dibayangkan bahwa sebagai orang yang
dibuang, pasti tidak membawa apa-apa, termasuk buku-buku yang dijadikan sebagai
bahan bacaan. Karena itu sebagai orang yang kutu buku, Bung Karno pasti mencari
buku-buku bermutu untuk dibaca sebagai cara untuk menghilangkan kejenuhan
tetapi juga untuk menambah wawasan pengetahuan.
Ketika berada di biara Santo Yosef – Ende, saya bersama anakku Edmund, bertemu dengan Bruder Gaby Wangak, SVD. Bruder Gaby mengajak kami untuk melihat “Serambi Soekarno,” sebagai tempat perjumpaan Bung Karno dengan pastor SVD dan juga melihat ruang perpustakaan kecil yang dulu dijadikan sebagai tempat baca Bung Karno. Ada sedikit menarik bahwa di depan kamar biara itu, terpampang foto-foto para presiden Indonesia, mulai dari Ir.Soekarno sampai dengan Ir. Joko Widodo. Di biara itu, tempat di mana ada “Serambi Soekarno,” Jokowi saat mengunjungi kota Ende pada 1 Juni 2022, tepat hari kelahiran Pancasila, sempat mengunjungi biara itu.
Jokowi,
pada moment peringatan hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni yang lalu, seakan
menapak tilas sejarah perjalanan Bung Karno, yang sebelum menjadi presiden
Indonesia pertama, terlebih dahulu mengalami pembuangan di kota Ende. Bung
Karno, walaupun pernah dibuang ke Ende namun tidak mematikan langkahnya untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan pada akhirnya, beliau yang pernah
dibuang itu menjadi presiden pertama Indonesia.***(Valery Kopong)
0 Komentar