Unordered List

6/recent/ticker-posts

Agama dan Politik Identitas


Mengikuti perkembangan suhu politik nasional saat ini, masih terbilang relatif aman. Tetapi bagi mereka yang ingin mencalonkan diri menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden pada tahun 2024 nanti, secara diam-diam membangun kekuatan politik dengan mengadakan silahturahmi. Silahturahmi atau apa pun istilahnya, walaupun dibalut dengan nuansa keagamaan, tetap memberikan aroma politik yang tajam. Beberapa waktu yang lalu, kita bisa melihat pertemuan antara Prabowo dan Muhaimin Iskandar, dua petinggi partai, bertemu untuk membangun dialog kepentingan politik jangka panjang. Masyarakat memang tidak tahu menahu tentang apa isi dari pertemuan dua anak bangsa ini tetapi yang jelas bahwa ada upaya kolaboratif dari dua partai besar dalam mengusung figur-figur potensial guna digadang pada pemilu nanti.

Para pengamat politik menilai bahwa pertemuan yang dibangun itu merupakan pertemuan bermakna dan saling membutuhkan satu sama lain. Memang dalam berpolitik tidak semestinya berdiri sendiri tetapi kerja dalam tim dan selalu berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mendukung suara dan tentunya kemenangan. Terhadap pertemuan yang dilakukan oleh Prabowo Subianto dengan Muhaimin, menimbulkan pertanyaan penting bagi kita. Mengapa Prabowo harus bertemu dengan Muhaimin dan mendeklarasikan diri sebagai capres dan cawapres pada pemilu 2024 nanti?

Naluri politik Prabowo itu sangat kuat. Memasuki tahun politik nanti, Prabowo sepertinya didorong untuk maju sebagai salah satu kandidat presiden. Ini peluang yang harus dibaca oleh Prabowo dengan melihat masa akhir kepemimpinan Jokowi dan tidak bertarung lagi pada pemilu nanti. Dengan membaca peluang seperti ini, Prabowo hendak menyatakan diri untuk siap bertarung dan terus membangun kekuatan dengan partai lain. PKB yang dinahkodai oleh Cak Imin menjadi incaran partai lain yang berhaluan nasionalis. Kita tahu bahwa PKB, sebuah partai berbasis agama dan memiliki massa dari NU, memainkan peranan yang sangat penting di tengah pertarungan politik bangsa ini.

Perjalanan politik PKB yang selama ini disanggah oleh suara-suara dari NU, sebuah ormas Islam yang berpengaruh di Indonesia, memberikan daya tarik tersendiri bagi Prabowo Subianto. Gerindra sebagai partai nasionalis ingin berkolaborasi dengan PKB, partai yang memiliki pengikut terbanyak dari kalangan NU. Prabowo ingin mendulang suara dari dua kelompok yang berbeda, yakni kelompok nasionalis dan kelompok agamis. Jika dalam berpolitik, narasi yang dimainkan adalah gagasan membangun ekonomi keumatan maka ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi pasangan Prabowo-Cak Imin. Memang, masyarakat masih menunggu, kapan, waktu yang tepat untuk memunculkan poros baru, nasionalis-agamis.

Sumber:www.mediaindonesia.com

Perpaduan ini menjadi penting karena mengingat bahwa politik identitas di Indonesia masih kental. Label-label primordial masih menjadi nilai jual secara politik dan bahkan jargon politik keagamaan sanggup meraup suara terbanyak dari proses pemilu selama ini.***(Valery Kopong)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar