Renungan kita pada hari ini bertema: Kala Kita Menjadi
Tanah Subur. Ada sebidang lahan di dekat rumah seorang petani yang diolah
dengan rutin dan petani tersebut tentu sangat peduli dengan kesuburan tanahnya.
Ini sangat berbeda dengan kebun nomaden di mana petani berpindah-pindah lahan
setelah kesuburan tanah sudah berkurang. Untuk lahan yang tetap, tanahnya
dikatakan subur hanya ketika sudah dibalikkan atas bawa, dipacul, digemburkan
dan dipupuki. Tanah yang padat dan kering tidak dipandang subur untuk tanaman.
Berdasarkan firman Tuhan pada hari ini, kita sepantasnya
mengakui diri kita sebagai tanah yang baik dan subur itu. Setiap hari kita bisa
membuktikan dengan keyakinan dan kesetiaan bahwa firman Tuhan adalah kebutuhan
dasar rohani kita. Tak ada kehidupan rohani yang berkembang sampai tingkat
kesempurnaan jika tidak menggunakan instrumen firman Tuhan.
Tanah yang belum dibalikkan atau dipacul situasinya sama
dengan manusia yang normal, mengalir saja atau nyaman dan aman saja. Tanah itu
tidak terganggu atau tidak disentuh, maka tampaknya seperti itu apa adanya. Tak
ada apa-apa yang baru bahkan yang dapat dihasilkannya. Demikiannya juga pribadi
orang-orang yang normal, tenang, mengalir bersama waktu dan tak ada persoalan
yang dihadapi atau kreativitas dan inisiatif yang dibuat, tentu ini tidak
menarik.
Kalau mengenai tanah yang sudah melalui proses bolak-balik
sampai menjadi gembur, ini menunjuk pada orang-orang yang mengalami persoalan
atau kesulitan dalam hidupnya. Keadaan mereka rapuh, patah hati, sakit hati,
menderita, tersiksa, teraniaya, terlantar, terpinggirkan. Siapa pun yang
mengalami hidup seperti ini jelas sekali sebagai tanah subur, tempat Tuhan
berkenan menanami firman dan karya-Nya. Sebagian dari kita menceritakan
persoalan hidupnya sehingga dapat diketahui juga oleh sesamanya, sebagian lagi
tidak sudi bercerita sehingga ia hanya menderita dalam diam, lalu sebagian lain
berusaha melupakannya saja. Tetapi Tuhan tahu untuk berbuat atas keadaan itu.
Satu nasihat bagi kita pada hari ini ialah: sekiranya Anda
saat ini mengalami suatu persoalan hidup yang mengganggu, jangan menanggap itu
sebagai kutukan atau sekedar akibat dari kesalahan atau salib yang harus
dipikul. Hendaknya Anda melihatnya sebagai tanah subur dan Tuhan berkenan
menanami firman dan karunia-Nya di dalam dirimu. Tuhan ingin menanamkan sesuatu
yang istimewa di dalamnya.
0 Komentar