Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kala Kita Menjadi Tanah Subur

  




Renungan kita pada hari ini bertema: Kala Kita Menjadi Tanah Subur. Ada sebidang lahan di dekat rumah seorang petani yang diolah dengan rutin dan petani tersebut tentu sangat peduli dengan kesuburan tanahnya. Ini sangat berbeda dengan kebun nomaden di mana petani berpindah-pindah lahan setelah kesuburan tanah sudah berkurang. Untuk lahan yang tetap, tanahnya dikatakan subur hanya ketika sudah dibalikkan atas bawa, dipacul, digemburkan dan dipupuki. Tanah yang padat dan kering tidak dipandang subur untuk tanaman.

 

Berdasarkan firman Tuhan pada hari ini, kita sepantasnya mengakui diri kita sebagai tanah yang baik dan subur itu. Setiap hari kita bisa membuktikan dengan keyakinan dan kesetiaan bahwa firman Tuhan adalah kebutuhan dasar rohani kita. Tak ada kehidupan rohani yang berkembang sampai tingkat kesempurnaan jika tidak menggunakan instrumen firman Tuhan.

 

Tanah yang belum dibalikkan atau dipacul situasinya sama dengan manusia yang normal, mengalir saja atau nyaman dan aman saja. Tanah itu tidak terganggu atau tidak disentuh, maka tampaknya seperti itu apa adanya. Tak ada apa-apa yang baru bahkan yang dapat dihasilkannya. Demikiannya juga pribadi orang-orang yang normal, tenang, mengalir bersama waktu dan tak ada persoalan yang dihadapi atau kreativitas dan inisiatif yang dibuat, tentu ini tidak menarik.

 

Kalau mengenai tanah yang sudah melalui proses bolak-balik sampai menjadi gembur, ini menunjuk pada orang-orang yang mengalami persoalan atau kesulitan dalam hidupnya. Keadaan mereka rapuh, patah hati, sakit hati, menderita, tersiksa, teraniaya, terlantar, terpinggirkan. Siapa pun yang mengalami hidup seperti ini jelas sekali sebagai tanah subur, tempat Tuhan berkenan menanami firman dan karya-Nya. Sebagian dari kita menceritakan persoalan hidupnya sehingga dapat diketahui juga oleh sesamanya, sebagian lagi tidak sudi bercerita sehingga ia hanya menderita dalam diam, lalu sebagian lain berusaha melupakannya saja. Tetapi Tuhan tahu untuk berbuat atas keadaan itu.

 

Satu nasihat bagi kita pada hari ini ialah: sekiranya Anda saat ini mengalami suatu persoalan hidup yang mengganggu, jangan menanggap itu sebagai kutukan atau sekedar akibat dari kesalahan atau salib yang harus dipikul. Hendaknya Anda melihatnya sebagai tanah subur dan Tuhan berkenan menanami firman dan karunia-Nya di dalam dirimu. Tuhan ingin menanamkan sesuatu yang istimewa di dalamnya.

(Pastor Peter Tukan, SDB)

Posting Komentar

0 Komentar