Unordered List

6/recent/ticker-posts

Doa Tulus Seorang Pemungut Cukai

 

Bacaan Kitab Suci hari ini mengajarkan kita tentang bagaimana bersikap yang baik dalam berdoa. Doa dilihat sebagai cara kita membangun komunikasi dengan Tuhan. Doa menjadi jembatan penghubung antara Allah dan manusia.  Karena dalam berdoa,  sangat dibutuhkan keterbukaan hati dan esensi doa itu mestinya lahir dari kebeningan batin. Namun dalam teks Injil Lukas 18:9-14 hari ini menampilkan dua sosok pendoa yang kontradiktif, antara pemungut cukai dan orang farisi.

Dalam doa orang farisi lebih menampilkan diri sebagai orang baik dan suci di hadapan Tuhan dan merendahkan orang lain. Sementara doa pemungut cukai memperlihatkan diri apa adanya tanpa menutupi kekurangan dirinya di hadapan Tuhan. Jika dilihat dari narasi doa antara kedua orang ini, menampilkan ciri yang berbeda. Dalam perbedaan pandangan terhadap esensi doa ini melahirkan pertanyaan baru bagi kita. Untuk apa kita berdoa?

Doa tidak sekedar membangun relasi dengan Tuhan namun dalam doa pula, Tuhan tahu isi hati kita dan apa yang diminta dalam doa-doa itu. Dalam perumpamaan itu Yesus memperlihatkan pada kita akan nilai kerendahan hati yang perlu dibawa dalam doa-doa itu. Rendah hati di hadapan Tuhan menjadi sebuah tuntutan utama dan Tuhan bisa menilai kadar kebermaknaan doa itu. Makna doa di hadapan Tuhan bukan diukur dari persoalan rumusan panjang dan dibalut dengan kata-kata yang indah tetapi justeru doa yang benar itu lahir dari kebeningan batin dan kerendahan hati.  

Belajar dari para pemungut cukai, walaupun dicap sebagai manusia berdosa di hadapan manusia tetapi justeru karena kerendahan hati mereka dalam doa dan menyesali segala kesalahan yang dilakukan maka dibuka jalan pertobatan bagi mereka. Zakheus menjadi contoh konkret di mana ia mengalami perjumpamaan dengan Yesus. Perjumpaan dengan Yesus membawa suka cita dan keselamatan itu terjadi atas dirinya. Rumah Zakheus sebelum berjumpa dengan Yesus, dilihat sebagai rumah yang selalu merancang tindakan pemerasan terhadap rakyat kecil. Namun setelah berjumpa dengan Yesus, Zakheus mengalami pertobatan dan rumahnya terus memproduksi nilai-nilai kebaikan bagi orang lain.


Hari ini juga Gereja merayakan minggu misi. Dalam bermisi berarti bergerak keluar untuk menjumpai yang lain. Para misionaris, berusaha bergerak keluar, melepaskan segala-galanya demi Kristus yang telah memanggilnya. Kekuatan seorang misionaris adalah doa. Doa menjadi senjata utama bagi seorang misionaris dalam menghadapi pelbagai tantangan yang dihadapi di tanah misi. Doa tulus seperti yang terucap oleh seorang pemungut cukai menjadi rujukan bagi setiap orang yang membangun relasi dengan Tuhan. Hanya dalam doa, setiap orang merasa rendah diri dan tak berarti di hadapan Allah.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar