Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kepemimpinan Kristiani

 

Kemarin sore saya diminta oleh teman untuk menyusun sebuah doa yang berisi tentang serah terima jabatan dari kepala sekolah yang lama ke kepala sekolah yang baru. Menerima info ini saya mulai memikirkan, konsep seperti apa doa yang harus saya rumuskan? Jarang sekali saya diminta bantuan untuk menyusun doa terkait serah terima jabatan ini. Lama saya bermenung dan memikirkan tentang esensi terdalam dari pola kepemimpinan Kristiani. Ketika merujuk pada dasar biblis, ada ada hal yang menjadi landasan dasar kepemimpinan Kristiani, yakni peristiwa inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia dan figur Yohanes Pembaptis yang rela “menjadi kecil” agar Mesias semakin dikenal.

Mengapa peristiwa inkarnasi menjadi landasan? Peristiwa inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia dijadikan dasar dalam pola kepemimpinan Kristiani karena Allah yang sebelumnya disadari sebagai yang transenden, kini menjadi Allah yang imanen. Dalam konsep kepemimpinan Kristiani juga sangat diharapkan untuk setiap orang harus turun ke bawah untuk bisa membaur dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan membaur maka seorang pemimpin  Kristiani perlu melihat secara lebih jauh apa yang sesungguhnya yang dibutuhkan oleh orang-orang yang dipimpinnya. Menjadi pemimpin harus peka terhadap setiap situasi dan berani menanggapi situasi itu dalam terang bimbingan Allah. Seperti Yesus dalam peristiwa inkarnasi, berani menghambakan diri, dilahirkan di kandang hewan sebagai tindakan keberpihakan dan mengambil bagian dalam penderitaan manusia.

Manusia mana yang berani dilahirkan di kandang hewan? Dalam catatan biblis, karena ketiadaan (rumah) bagi Bunda Maria untuk menumpang dan meliharkan Yesus maka pilihan satu-satunya adalah kandang hewan. Bayi Yesus dibaringkan dalam palungan dan dibungkus dengan kain lampin. Mengapa palungan? Palungan adalah tempat untuk menampung makanan ternak dan setiap ternak pasti tahu palungan yang selalu menyediakan makanan baginya. Hal ini bisa dimaknai bagaimana Yesus menyediakan dirinya sebagai makanan rohani bagi kita yang percaya kepada-Nya.  

Sementara itu sebagai umat Kristiani, selain peristiwa inkarnasi sebagai rujukan dalam pola kepemimpinan Kristiani, sosok Yohanes Pembaptis menjadi figur penting bagi kita untuk belajar tentang kerendahan hati dalam melayani. Yohanes Pembaptis  memiliki tugas penting dalam menyiapkan kedatangan Mesias. “Luruskanlah jalan yang bengkok, ratakanlah jalan yang berlekak-lekuk.” Seruan padang gurun ini memiliki makna simbolik, yakni setiap orang menyiapkan hati secara terbuka bagi kedatangan Sang Mesias. Oleh karena seruan padang gurun ini maka banyak orang mengira bahwa Yohanes Pembaptis adalah Mesias yang dinantikan. Dengan tegas Ia menjawab, aku bukan Mesias. Dia yang akan datang, membuka tali kasutnya pun aku tidak layak.  


Dalam rumusan doa itu, saya juga menyinggung tentang Salomo yang terkenal menjadi raja yang bijaksana. Saat dipilih menjadi raja menggantikan ayahnya, yakni Daud, doa Salomo hanya satu, meminta kebijaksanaan dari Allah agar sanggup memimpin bangsanya. Sebagai pemimpin Kristiani, kita harus sanggup memadukan tiga karakter dari tokoh penting, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Hanya dengan redah hati dan bijaksana, kepemimpinan seseorang tetap langgeng selama pada masa usia produktif.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar