Nasdem,
sebuah partai yang dinilai berani mendeklarasikan Anis Baswedan sebagai calon
presiden pada perhelatan demokrasi melalui Pilpres 2024. Walau masih jauh,
namun partai politik sedang mengelus jagoannya untuk bisa bertarung nanti.
Banyak pengamat menilai bahwa langkah cepat Nasdem mendeklarasikan Anis
Baswedan sebagai calon presiden nanti, sebagai cara partai untuk menaikkan
popularitas. Namun respon sebagian besar masyarakat terhadap Nasdem justeru sebaliknya. Nasdem bisa redup
di tahun 2024 nanti karena secara terang-terangan mengusung Anis Baswedan
sebagai salah satu kandidat presiden.
Mengapa Anis kurang disenangi oleh hampir sebagian orang? Jawabannya sederhana, yakni ketika orang melihat rekam jejak. Kalau melihat rekam jejak perjalanan karir politik Anies Baswedan saat Pilkada di DKI Jakarta, sangat memiriskan masyarakat karena isu-isu yang dimunculkan adalah politik identitas untuk memenangkan pertarungan demokrasi. Memang, tidak bisa disangkal bahwa politik identitas tak akan hilang dari bumi pertiwi ini karena nilai jualnya sangat laku ketimbang isu-isu yang lain. Hanya menjadi problem adalah agama dibawa dalam pertarungan politik dan dengan demikian, masyarakat sebagai pemilih terbelah dan bahkan membawa ke arah benturan fisik.
Strategi yang dimainkan waktu pemilihan Gubernur pada Pilkada DKI Jakarta, yakni menggerakkan rumah-rumah ibadah sebagai mesin penggerak utama untuk mempengaruhi umat sekaligus pemilih yang aktif. Jika dilihat dari rekam jejak perjalanan Pilgub DKI maka ada kesalahan yang dilakukan oleh tim sukses Anies-Sandi yang memanfaatkan tempat ibadah sebagai ruang perjumpaan bersama umat. Sebenarnya area sekolah, tempat ibadah adalah tempat-tempat yang steril dari politik. Namun orang-orang yang haus kekuasaan, dengan cara apa pun bisa melakukan gerakan politik dengan target utama adalah kursi kekuasaan.
Cara-cara berpolitik yang pernah dimainkan di DKI Jakarta, sekarang sudah muncul kembali setelah deklarasi Anies sebagai calon presiden. Beberapa waktu lalu ada tabloit yang mendukung Anies jadi calon presiden beredar di masjid di daerah Malang – Jawa Timur. Dengan beredarnya tabloit yang mendukung Anies melalui “ruang suci” ini membahasakan ada agenda kepentingan bersama dari kelompok-kelompok pendukung Anies yang menginginkannya untuk menjadikan Anies sebagai calon presiden. Mengapa cara-cara ini dilakukan di “ruang-ruang suci?” Jawabannya sederhana, yakni bahwa di belakang Anies Baswedan, ada tokoh-tokoh penting yang memiliki modal yang kuat dan sekaligus pengurus dewan masjid Indonesia.
Tantangan berat sedang dihadapi oleh Nasdem sebagai partai pertama yang mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden pada pemilu 2024 nanti. Tidak ada masalah dengan deklarasi ini tetapi menjadi taruhan bangsa adalah bahwa politik identas akan terus terbawa pada pilpres nanti. Belajar dari pengalaman Pilkada Jakarta, banyak catatan buram akan peta perpolitikan itu. Anies itu baik tetapi di belakang Anies itu banyak pendukung dari kelompok-kelompok intoleran yang kehadirannya memperkeruh situasi politik bangsa dengan target kemenangan calon pemimpinnya.
Tugas berat partai Nasdem adalah menghadirkan narasi baru untuk “menganyam kembali” tenunan kebangsaan yang telah tetapi narasi-narasi baru ini agak sedikit sulit untuk menghapus rekam jejak calon presiden yang dijagokannya. Semuanya kembali pada masyarakat Indonesia yang akan menilai dan menentukan calon-calon terbaik untuk memimpin negeri ini. Semoga langit politik negeri ini tetap cerah.***(Valery Kopong)
0 Komentar