Unordered List

6/recent/ticker-posts

Membaca Karakter Massa

 

Komentar Fahri Hamzah pada Kompas.com patut mendapat perhatian terkait Nasdem yang sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. Menurut Fahri, sulit sekali untuk menyatukan pendukung Anies yang selama ini dikenal sebagai yang beroposisi dengan pemerintah. Sementara itu, para pendukung Nasdem adalah mereka yang selama ini menjadi pendukung pemerintahan yang sedang berjalan saat ini. Kegelisahan Fahri Hamzah ini memiliki alasan yang kuat karena karakter para pendukung (Nasdem dan pendukung Anies selama ini) berseberangan. Bagi pendukung Anies selama ini, baik di kalangan warga Jakarta dan beberapa wilayah lain, terkesan frontal dan tidak tanggung tanggung memberikan kritik tajam pada pemerintahan saat ini.

Mencermati dua karakter kelompok pendukung ini agak sedikit berat untuk mau dikatakan ada penyatuan. Melihat kondisi riil seperti ini para politisi Nasdem mengalami dilema. Politisi Nasdem bisa melalukan tindakan pengunduran diri sebagai cara untuk menyelamatkan diri.  Para politisi Nasdem yang masih memikirkan perolehan suara pada pileg nanti dan  mendapatkan kursi legislatif, harus menguras energi dan berpikir panjang. Hemat penulis, figur yang didukung untuk capres nanti sangat berpengaruh pada pileg  nanti. Karena itu tidak heran, beberapa anggota Nasdem sudah mulai hengkang, walau belum berlabuh ke partai lain tetapi ini merupakan strategi untuk mencari titik aman.

Memang tidak ada yang salah dalam proses deklarasi itu, hanya figur yang diambil berasal dari luar partai, merupakan salah satu pemicu internal partai. Secara sederhana, fungsi partai sebagai upaya kaderisasi para politisi untuk bisa menjadi pemimpin-pemimpin masa depan, belum terlihat pada Nasdem. Nasdem selama ini belum pernah mempromosikan ketua umumnya atau salah satu anggota partai Nasdem yang berkompeten untuk bertarung pada pemilihan presiden dan wakil presiden. Jika kita melihat sepak terjang Nasdem selama ini yang mengusung tagline “restorasi” harusnya menyiapkan figur-figur potensial untuk menjadi pemimpin masa depan.


Makna restorasi yang terus digaungkan oleh Nasdem selama ini belum memberikan makna restorasi sesungguhnya. Kalau restorasi dimaknai sebagai pemugaran maka kondisi sosial yang rusak perlu dipugar kembali dengan menghadirkan figur-figur yang berusaha untuk menenun kembali situasi yang rusak itu. Ada narasi yang mengemuka ketika Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres, sebagai cara untuk memulihkan kembali polarisasi masyarakat yang muncul sebagai akibat dari politik identitas yang digulirkan pada pilkada DKI Jakarta. Narasi ini dinilai bertolak belakang karena bagaimana mungkin masyarakat bisa menerima orang yang karena mau berkuasa berusaha mencabik-cabik aspek primordial? Tantangan berat bagi Nasdem untuk mempromosikan Anies sebagai capres dan tantangan lain adalah membangun koalisi permanen dengan partai lain untuk mendapatkan tiket  Presidential  Threshold 20 % ***(Valery Kopong)

 

 

Posting Komentar

0 Komentar