Unordered List

6/recent/ticker-posts

Membangun Koalisi


Ketika partai Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden, para analis politik mencoba untuk memprediksi seberapa lama partai ini terus menggaungkan dan melakukan loby politik dengan partai lain agar bisa memperoleh Presidential  Threshold 20 % sebagai syarat untuk mencalonkan Anies Baswedan. Dua partai lain, yakni Demokrat dan PKS juga belum menunjukkan keseriusan bersama partai Nasdem untuk berada dalam satu perahu koalisi. Tarik ulur kepentingan sebagai cawapres menjadi penyebab utama mandeknya komunikasi politik. Partai Demokrat tentu memiliki daya tawar pada partai Nasdem jika AHY digadang sebagai cawapres. Namun ini juga menjadi persoalan bagi Partai Keadilan Sejahtera yang terus memperkenalkan Aher, mantan Gubernur Jawa Barat sebagai cawapres.

Tarik ulur kepentingan inilah yang menjadi penyebab mandeknya komunikasi politik dan menyebabkan tiga partai ini yang sedari awal sudah membangun koalisi tetapi nyatanya mengalami kerapuhan. Banyak pengamat memprediksi akan bubarnya koalisi ini karena tidak mau mengalah soal cawapres yang digadang-gadang. Ataukah kedua partai ini sedang menunggu dampak dari deklarasi Anies sebagai capres dan pada akhirnya menentukan pilihan? Dari hasil survei beberapa lembaga memperlihatkan dampak yang muncul pada Nasdem pasca deklarasi Anies sebagai capres, yakni semakin tergerusnya elektabilitas partai Nasdem dan bahkan cukup banyak politisi Nasdem harus rela meninggalkan  partai besutan Surya Paloh itu.

Pangalaman keterpurukan yang dialami oleh Nasdem ini menimbulkan ketakutan politis dari dua partai ini, yakni Demokrat dan PKS maka untuk sementara menjaga jarak dari koalisi ini. Tentu mereka tidak ingin mengalami pengalaman pahit dan ditinggal oleh konstituen sebagai konsekuensi dari dukungannya terhadap Anies. Ketika mendengar komentar dari Fahri Hamza terkait deklarasi Anies sebagai capres, bagi Fahri Hamza, Anies Baswedan adalah simbol kemarahan karena kehadirannya di tengah partai sebagai capres bisa mematikan figur-figur politisi yang memiliki peluang menjadi capres ataupun cawapres. Kehadirannya pada ujung perjuangan partai politik, sepertinya menikung dan memamerkan pengalamannya sebagai pemimpin di DKI Jakarta.


Kalau kita mau melihat rekam jejak perjalanan Anies Baswedan, beliau pernah mengikuti konvensi untuk menjadi calon presiden yang diselenggarakan oleh Demokrat namun konvensi ini terkesan gagal. Beliau juga kemudian mengikuti Jokowi sebagai juru bicara saat kampanye. Setelah Jokowi berhasil mengalahkan pesaingnya, beliau menjadi menteri pendidikan namun juga dipecat. Kini beliau masuk sebagai capres melalui Nasdem sebagai kendaraan politiknya. Hanya saja bahwa saat ini belum ada momentum kampanye dan hal ini menurut Fahri Hamza dalam sebuah video di kanal yuotube, mengganggu jalannya pemerintahan, terutama Nasdem yang masih berada dalam koalisi pemerintahan saat ini. Mungkinkah Nasdem berani menarik menteri-menterinya dari kabinet agar leluasa menyokong Anies sebagai capres?***(Valery Kopong)   

 

Posting Komentar

0 Komentar