Ile Ape, Gagas Indonesia Satu.com
Adalah Lusia Barek, Sekretaris
Desa (Sekdes) Lamatokan, Kecamatan Ile Ape Timur. Dia adalah perempuan di Ile Ape Timur yang menduduki jabatan
sebagai sekretaris desa (Sekdes) sejak
2009 sampai saat ini. Sebelumya, Barek
adalah satu –satunya srikandi yang menjabat sebagai Sekdes, namun belum
lama ini bertambah lagi seorang srikandi yang menduduki posisi yang sama di Desa
Peduli Buruh Migran (Desbumi) Bao Lali Duli.
Sejak awal menjabat sebagai sekretaris desa, ia mengaku
pemerintah desa tak sedikitpun memiliki perhatian terhadap kehidupan buruh
migrant. Pada hal, sesungghnya dalam konteks Lembata terkhusus Ile Ape Timur,
hampir semua masyarakat merupakan bagian dari buruh migran. Pasalnya, hampir
setiap rumah ada anggota keluarga yang menjadi pekerja migran terutama dengan Negara tujuan Malaysia Timur.
“Sebagian besar masyarakat di desa ini (Desa
Lamatokan) menggantungkan hidup pada remitansi yang dikirim keluarga dari Malaysia.
Remitansi itu digunakan untuk aneka kebutuhan mulai dari kebutuhan makan
minum, biaya pendidikan anak, bangun
rumah sampai ke urusan adat,” ujar Lusia.
Meski sumbangsi pekerja migran di desa ini tergolong besar, namun perhatian pemerintah desa kala itu tidak menyentuh sama sekali soal kehidupan pekerja migran dan angota keluarganya. Sebagai contoh, ketika terjadi masalah dengan pekerja migran, pemerintah desa dan masyarakat, menganggap hal itu sebagai masalah pribadi. Karena itu tidak ada upaya sama sekali dari pemerintah desa. Tapi ketika di desa ada pembangunan fasilitas publik seperti rumah ibadah, pekerja migran memiliki sumbangan yang besar ketika khabar pembangunan itu terdengar oleh mereka, atau mereka dikirimi proposal pembangunan oleh panitia.
Begitupun dalam banyak hal,
pekerja migran selalu memiliki perhatian terhadap masyarakat di wilayahnya.
Sebut saja dalam peristiwa banjir bandang dan badai seroja tahun kemarin, mereka memiliki sumbangan yang besar untuk
warga yang terdampak.
Mulai Ada Perhatian
Meski kecil, demikian Barek,
Pemerintah Desa Lamatokan kini mulai memiliki perhatian terhadap pekerja
migrant dan anggota keluarganya. Hal ini dilakukan ketika pemerintah mulai
memiliki pemahaman yang lebih baik terekait
pekerja migrant ketika desanya menjadi
salah satu dampingan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) dalam program
perlindungan pekerja migrant yang bermitra dengan Migrant Care Jakarta.
“Kami banyak mendapatkan
pengutan kapasitas melalui berbagai kegaitan yang diselanggarakan YKS. Hal ini
yang membangun kesadaran kami soal perlindungan terhadap pekerja migran dan
anggota keluarganya. Apalagi sesunggguhnya
kami juga merupakan bagian dari pekerja migran itu sendiri. Meski bukan
kami yang bekerja sebagai PMI tapi keluaraga kami banyak yang menjadi PMI,”
jelas Barek.
Barek yang mengaku desanya
telah memiliki Perdes Perlindungan
Pekerja Migran Nomor 4 tahun 2016 yang
merupakan hasil kerja kolaboratif YKS, pemerintah desa dan berbagai pihak itu
mulai memiliki perhatian terhadap pekerja migran dan anggota keluargnya di tingkat
desa. Beberapa hal yang dilakukan pemerintah desa demikian Barek, yakni mendorong masyarakat migran yang
mimiliki skill apapun untuk membentuk kelompok usaha yang nantinya didanai
dengan dana desa melalui proposal yang diajukan kelompok.
“Dan itu kami sudah lakukan, termasuk mengalokasikan dana desa untuk mendukung
usaha yang dijalankan komunitas perempuan pekerja migran purna senilai Rp . 2.800.000.
Karena bencana banjir kemarin dan warga desa sempat mengungsi, maka untuk tahun
2022 ini pemerintah desa hanya mensuport sebatas operasional kelompok. Kami
juga selalu minta agar produk kelompok yang dihasilkan di bawa juga ke kantor
desa, biar pemerintah desa tahu dan bisa membuat intervensi anggaran untuk
mensuport,”turut Barek.
Diakhir perbincangan, Barek
mengharapkan satu hal yang urgen yang
harus dilakukan pemerintah kabupaten
adalah mendekatkan layanan dokumen keimigrasian seperti paspor untuk masyarakat
Lembata yang hendak bermigrasi. Kantor
imigrasi yang ada saat ini terlalu jauh untuk diakses masyarakat Lembata. Bila
layanan dokumen didekatkan kepada masyarakat maka akan menekan migrasi yang
dilakukan secara illegal tanpa dokumen. Untuk itu, kiranya program INKLUSI yang
merupakan kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia ini dapat memperkuat dan
lebih banyak lagi mendorong perubahan
yang berkaitan dengan isu perlindungan pekerja migran dan masyarakat rentan
lainnya. (Floresty)
0 Komentar