Unordered List

6/recent/ticker-posts

Fatamorgana

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti rangkaian persiapan pernikahan Agatha dan Febrian. Tanggal 27 Desember 2022, diadakan acara midodareni. Tradisi midodareni merupakan sebuah tradisi Jawa yang dilakukan menjelang pernikahan. Dari mana tradisi ini dimulai? Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa midodareni berasal dari sebuah legenda Nawangwulan dan Jaka Tarub. “Dikisahkan Nawangwulan sebagai Bidadari dari kayangan turun untuk menyambangi sang anak yang bernama Nawangsih yang hendak menikah. Dari kisah itulah muncul berbagai mitos pada saat midodareni di mana kamar calon pengantin perempuan akan didatangi oleh bidadari yang turun dari kayangan. Oleh karena itu calon mempelai wanita harus tetap di kamar pada malam menjelang hari pernikahan.”

Pada acara midodareni menjelang pernikahan Agatha dan Febrian, diadakan perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Romo Yosef Purboyo Diaz. Sebelum Romo Diaz berkhotbah, beliau mempersilahkan Bapak Yanuarius Suharjo, ayah dari Agatha sebagai calon pengantin perempuan untuk memberikan nasihat. Dalam catatan penulis, ada kurang lebih delapan nasihat yang dialamatkan pada calon pengantin yang keesokan harinya akan melangsungkan pemberkatan nikah. Ada satu pesan penting bahwa anda berdua sudah saling mengenal satu sama lain. Dalam masa pacaran, biasanya yang dimunculkan adalah sifat-sifat baik saja namun dalam hidup berumah tangga, akan terlihat sifat aslinya.

Sementara itu dalam khotbahnya, Romo Diaz memulai dengan sebuah pertanyaan penting. “Mengapa orang jatuh cinta?” Jatuh cinta biasanya dialami sebelum pasangan itu resmi membangun rumah tangga. Jatuh cinta itu didapat sebagai cara sederhana untuk menjalin relasi selama masa pacaran. Karena itu dalam membangun rumah tangga, mempelai harus berusaha membangunkan cinta yang dialami pada pengalaman jatuh cinta.

sumber: https://lifestyle.kompas.com/
Memang berat dalam membangun rumah tangga. Selalu ada tantangan yang datang menghampiri. Namun tantangan yang datang, bukan memberikan kesempatan pada kedua pasangan untuk lari dari persoalan itu tetapi justeru melalui tantangan itu, setiap pasangan berusaha untuk menghadapinya. Tantangan yang dialami dalam rumah tangga dilihat sebagai cara Tuhan mendewasakan pasangan untuk mengelola masalah itu menjadi sebuah berkat. Melalui tantangan pula, kemurnian cinta itu bisa terlihat secara jelas. Cinta, memang ibarat fatamorgana yang sulit terlihat dan setiap orang tak sanggup mendefinisikan cinta itu secara paripurna. Cita hanya bisa diwujudkan dalam tindakan nyata dalam keseharian hidup. Selamat menempuh hidup baru.***(Valery Kopong)

 

 

 

 

 
 

Posting Komentar

0 Komentar