Jakarta, Gagas
Indonesia Satu.com - Indonesia
secara resmi terpilih sebagai tuan rumah World Water Forum (WWF) ke-10 2024
mendatang. Endra S. Atmawidjaja Juru Bicara Kementerian PUPR menyampaikan,
dalam menerima kepercayaan ini jangan hanya melihat Indonesia sebagai host, namun sebagai ibu kota air dunia.
"Indonesia dapat kehormatan menjadi tuan rumah. Bukan
hanya sebagai host tapi capital, water capital of the world.
Ibukotanya dunia tentang air. Semua mata akan tertuju ke Indonesia. Karena itu
ia kita harus menunjukan leadership
yang kuat sehingga berbagai isu tentang air ini diselesaikan pada level yang
tertinggi," kata Endra dalam diskusi bertema "Kelestarian Air
Kebutuhan Hidup Bersama" yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) pada
Senin (20/2/23).
Endra mengatakan hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko
Widodo (Jokowi) yang menekankan pentingnya mendapatkan manfaat nyata bagi
Indonesia ketika menjadi tuan rumah dalam menggelar acara-acara bertaraf
internasional, salah satunya dalam kegiatan World Water Forum (WWF) ke-10 pada
2024 mendatang.
"Kalau selama penyelenggaraan itu kan sudah pasti ya
kita dapat publikasi, exposure, UMKM
kita, tourism kita meningkat. Tapi di
balik itu kita juga berharap bahwa ada program terkait air yang memang bisa
masuk ke Indonesia dan itu bisa membantu kita menyelesaikan berbagai masalah
tentang air tadi," kata Endra.
Relasi Human and Nature hingga Water
Security
Endra menegaskan, selama penyelenggaraan World Water Forum
(WWF) nanti, Indonesia akan mendorong 6 topik pembahasan. Diharapkan nantinya
menjadi program untuk diimplementasi sebagai bagian dari kebijakan tata kelola
air. Baik di tingkat nasional maupun
internasional bersama negara-negara anggota.
"Nah, ada beberapa masalah yang memang kita identifikasi
cukup penting. Ini harus di pikirkan solisinya ke depan. Pertama adalah tentang
relasi human and nature. Jadi
bagaimana perilaku manusia ini juga harus tetap bersahabat dengan lingkungan.
Tidak merusak lingkungan. Konservasi kita upayakan lebih intensif lagi,"
tegasnya.
Endra mencotohkan, bencana yang terjadi di Bengawan Solo
beberapa bulan lalu merupakan dampak dari relasi manusia dan alam yang tidak
harmonis. Meningkatnya urbanisasi membuat lahan-lahan yang seharusnya merupakan
DAS (daerah aliran sungai) menjadi berkurang.
Terkait water security,
Indonesia ingin mendorong negara-negara anggota untuk bersama-sama menjaga
ketahanan air, ketahanan pangan hingga menjamin air bersih yang cukup serta
menjaga sanitasi yang layak.
Selanjutnya, kata Endra mengurangi resiko bencana, terutama
terkait air. Kemudian, meningkatkan kerjasama tentang air. Menurutnya,
kerjasama tentang air ini bisa dilakukan di berbagai level mulai dari antar
daerah, nasional hingga global.
Endra lantas mencontohkan Sungai Rhein yang terdapat Eropa,
tepatnya di pengunungan Alpen di Swiss wilayah Graubunden. Sungai tersebut
memiliki aliran yang panjang mulai dari Chekoslasvia hingga Jerman.
"Kemudian ada sungai dari China sampai Vietnam. Di
Afrika juga begitu. Ada sungai yang dilalui beberapa negara begitu. Nah itu kan
butuh kerjasama internasional tentang air. Kita tidak bisa membayangkan ke
depan ini air bisa menjadi sumber konflik, sumber perang karena memang
jumlahnya terbatas," paparnya.
Berikutnya, Endra menambahkan, pihaknya juga akan mendorong
pembahasan tentang uang. Sebab menurutnya, apapun yang dibicarakan dari sisi
teknis, harus juga membicarakan water and
inovatif financing. Apakah pembiayaannya dibebankan kepada masyarakat,
pemerintah atau juga melibatkan partisipasi swasta. Lalu bagaimana pengaturan
skemanya.
"Terakhir yang tak kalah penting adalah adalah knowledge and inovation. Ini tugas para researcher, akademisi yang berkaitan
dengan data dan informasi science base
management," bebernya.
Untuk diketahui, World Water Forum (WWF) ke-10 merupakan
penyelenggaraan pertemuan internasional terbesar di bidang air yang rencananya
digelar di Bali, pada 3-9 Juni 2024 mendatang.
Adapun, Forum Air Dunia merupakan kegiatan pertemuan
internasional terbesar di bidang air yang membahas pengelolaan sumber daya air
melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Forum tersebut diprakarsai Dewan Air
Dunia atau World Water Council (WWC) dan diselenggarakan setiap tiga tahun
sekali sejak 1997.*
0 Komentar