Apa yang dilakukan Yesus mendapat banyak reaksi terutama orang-orang
Yahudi yang tahu tentang hukum Taurat. Seorang guru, tidak perlu duduk, apalagi
makan bersama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya. Yesus sendiri,
kehadiran-Nya di tengah manusia membawa perubahan sekaligus mengundang reaksi
berlebihan dari orang-orang yang mapan dengan tata aturan sosial religius. Para
pemungut cukai adalah gambaran mereka yang menjadi tukang pemeras masyarakat
terutama kalangan petani dan nelayan. Penagihan pajak yang tinggi menjadikan
kelompok-kelompok pinggiran menjadi terdepak secara ekonomis dan memelaratkan
hidup mereka.
Keberadaan Yesus
yang seharusnya menjadi kerinduan besar kelompok petani dan nelayan untuk
menentang para pemungut pajak, namun justeru Yesus membaur dengan Matius,
seorang pemungut cukai. Mengapa Yesus bergaul dengan pemungut cukai? Tidak
adakah orang lain yang lebih layak diperhatikan oleh Yesus? Apa yang dilakukan
Yesus menjadi pertentangan bersama bahkan dengan peristiwa di mana Yesus
bergaul dengan Matius, menjadi pilihan mereka untuk menjerat-Nya.
Apa kata Yesus, seorang yang sehat tidak memerlukan tabib. Hanya orang sakitlah yang memerlukan tabib. Yesus memperlihatkan secara implisit tujuan kedatangan-Nya untuk mengembalikan kondisi hidup mereka yang dipandang dengan sebelah mata. Tidak hanya Matius, Zakheus pun demikian. Mereka sama-sama sebagai pemungut cukai selalu membuka diri bagi kehadiran Yesus. Menyadari pentingnya kehadiran Yesus, Zakheus pun rela memanjat pohon agar melihat, seperti apakah Yesus itu. Baginya, Yesus tidak hanya lewat begitu saja di hadapannya tetapi justeru ia memaknai “safari rohani” Yesus dalam mencari mereka yang terbuang.
Kehadiran Yesus mengubah hidup mereka dan menjadikan hidup mereka lebih bermakna. Matius sebagai pemungut cukai, dijadikan oleh Yesus sebagai murid-Nya. Inilah bukti kemuridan Yesus yang menempatkan para murid-Nya dengan nuansa kesederhanaan. Mereka-mereka inilah yang membuka diri, membiarkan rahmat mengalir dari dalam dirinya agar tertumbuhkan benih-benih kebaikan. “Ikutlah Aku. Matius pun bangkit dan mengikut Dia.” Bangkit dan mengikuti Dia tidak hanya dimengerti sebagai gerak tubuh secara normatif, tetapi lebih dari itu mereka bermakna, mereka sudah bangkit dari keterpurukan, dari ketakberdayaan untuk menggapai rahmat keselamatan.***(Valery Kopong)
0 Komentar